![]() | |
|
Beberapa tahun terakhir, Lampu Gentur menjadi bagian dari identitas kota Cianjur, menghiasi berbagai sudut kota dengan estetika yang menawan. Di sepanjang jalan protokol, lampu ini dipasang tidak hanya sebagai dekorasi tetapi juga berfungsi sebagai penerangan umum. Salah satu landmark terkenal, Tugu Bundaran Jalan Ir H Juanda-Jalan Dr Muwardi-Jalan KH Abdullah bin Nuh, yang sebelumnya dikenal sebagai Tugu Tiga Pilar Budaya, kini telah diubah menjadi Tugu Lampu Gentur. Lokasi ini menjadi pemandangan ikonik yang akrab bagi pengendara dari Bandung, Sukabumi, hingga Jakarta yang melewati Cianjur.
Asal Usul dan Proses Pembuatan Lampu Gentur
Seperti namanya, Lampu Gentur berasal dari Kampung Gentur, Desa Jambudipa, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Sebagian besar masyarakat di wilayah ini, yang juga merupakan lingkungan salah satu pesantren tertua di Cianjur, menjadi pengrajin lampu hias tersebut.
Menurut Asep Miqdad (29), seorang pengrajin Lampu Gentur, hampir semua warga di kampung ini terlibat dalam pembuatan lampu hias. "Ada yang memproduksi dalam skala besar di bengkel kerja, seperti saya, dan ada juga yang membuat secara mandiri di rumah untuk kemudian dijual melalui toko daring," ungkapnya.
Awalnya, lampu ini berfungsi sebagai lampu minyak tanah yang digunakan oleh para santri untuk menerangi perjalanan mereka di malam hari, terutama ketika listrik belum tersedia. Lampu dibuat dari kaleng susu dan kaca bekas untuk melindungi nyala api dari tiupan angin.
Seiring waktu, sekitar tahun 1990-an, Lampu Gentur mulai bertransformasi dari alat penerangan sederhana menjadi lampu hias. Motif seperti "storloop" dan "Minangkabau" menjadi yang pertama dikenal dan digemari pasar. Kini, desain lampu ini berkembang pesat, mencakup ratusan motif, termasuk yang dibuat khusus sesuai permintaan pelanggan.
Keunikan dan Inovasi
Keunikan Lampu Gentur tidak hanya terletak pada desainnya, tetapi juga pada proses pembuatannya yang tetap manual, dari memotong bahan hingga menyelesaikan motifnya. Menurut Asep, model-model baru terus diciptakan agar Lampu Gentur tetap relevan dengan perkembangan zaman.
Untuk harganya, Lampu Gentur kecil ukuran 30 cm dijual sekitar Rp 200 ribu, sedangkan ukuran lebih besar bisa mencapai jutaan rupiah. Bahkan, lampu dengan ukuran 3-5 meter pernah dipesan dengan harga mencapai Rp 50 juta hingga Rp 65 juta.
Sejarah dan Inspirasi
Terdapat beberapa versi terkait sejarah awal pembuatan Lampu Gentur. Salah satu versi menyebutkan bahwa lentera ini pertama kali dibuat oleh Mus’in pada tahun 1820 menggunakan kaleng bekas sebagai bahan utama. Versi lain menyatakan bahwa lampu ini dibuat oleh seorang guru ngaji bernama Usin sekitar tahun 1965 sebagai solusi terhadap minimnya penerangan di malam hari. Model awal lampu ini terinspirasi dari Lampu Maroko, sebuah desain khas Timur Tengah.
Popularitas Lampu Gentur semakin meningkat ketika masyarakat yang berkunjung ke makam Mama Gentur, seorang ulama terkenal di Cianjur, mulai mengenalnya. Keunikan dan estetika lampu ini kemudian menarik minat banyak orang, sehingga produksinya berkembang menjadi bagian penting dari perekonomian lokal.
Saat ini, Lampu Gentur telah tersedia dalam berbagai desain dan ukuran, mulai dari lampu gantung, lampu meja, hingga kotak cincin. Walaupun proses pembuatannya masih mengandalkan teknik manual, inilah yang menjadikan Lampu Gentur sebagai karya seni bernilai tinggi.