Menyusuri Jejak Kolonial di Balik Kokohnya Bendungan Cisuru

Jabar Tourism
2 minute read
0

Bendungan Cisuru (sumber: google maps/Neng Agni)

Mungkin tidak banyak yang tahu, dibalik perbukitan hijau dan lanskap sawah yang membentang di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, tersimpan sebuah peninggalan sejarah yang tak banyak diketahui orang. Namanya Bendungan Cisuru. Meski tak sebesar bendungan-bendungan modern lain, warisan zaman kolonial ini memegang peran krusial bagi kehidupan pertanian ribuan warga di sekitarnya.


Didirikan pada tahun 1897, jauh sebelum Indonesia merdeka, Bendungan Cisuru adalah bukti nyata bagaimana infrastruktur masa kolonial bisa bertahan hingga lebih dari satu abad. Dibangun di aliran Sungai Cisokan, konstruksinya masih terlihat kokoh dan tangguh. Air mengalir lancar dari sungai menuju saluran irigasi, melewati pintu-pintu air yang hingga kini masih berfungsi sebagaimana mestinya.


Tak hanya menyimpan nilai sejarah, kawasan di sekitar bendungan juga menjadi tempat bersantai yang menenangkan. Taman kecil di sekelilingnya menawarkan pemandangan alam yang menyejukkan mata—tempat sempurna untuk sejenak melupakan hiruk pikuk kehidupan kota.


Namun, yang paling unik dari Bendungan Cisuru adalah keberadaan terowongan air sepanjang satu kilometer. Terowongan ini menembus perbukitan, melintasi kawasan hutan dan perkebunan, lalu mengalirkan air menuju jaringan irigasi yang menopang pertanian tiga kecamatan: Bojongpicung, Ciranjang, dan Haurwangi.


"Bendungan ini bukan hanya bangunan tua biasa, tapi bagian dari sejarah dan identitas Bojongpicung," ungkap Camat Bojongpicung, Aziz Muslim. Ia menegaskan bahwa keberadaan bendungan ini sangat vital bagi pertanian di wilayahnya. Berkat aliran air dari Bendungan Cisuru, lebih dari 5.000 hektare lahan pertanian tetap subur meski musim kemarau melanda. Bahkan, para petani bisa menikmati hingga tiga kali musim tanam dalam setahun.


Tak hanya fungsional, bendungan ini juga menjadi simbol budaya lokal. Setiap tahun, masyarakat mengadakan tradisi bersih-bersih terowongan air yang disertai dengan berbagai ritual adat. Ritual ini bukan sekadar kegiatan rutin, tetapi juga perwujudan dari penghormatan terhadap alam dan warisan leluhur. Sayangnya, pandemi sempat membuat kegiatan ini terhenti. Namun kabar baiknya, tradisi tersebut direncanakan akan kembali digelar dengan semarak sebagai bagian dari upaya menarik kunjungan wisatawan.


Dalam upaya pelestarian dan pengembangan kawasan, pemerintah kecamatan kini tengah menjajaki kerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum dan Perhutani. Harapannya, kawasan Bendungan Cisuru bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata lokal yang sarat nilai sejarah dan budaya.


“Kami ingin mengangkat bendungan ini sebagai ikon wisata sejarah di Cianjur. Dengan bangunan heritage yang masih berdiri megah, kami yakin tempat ini punya potensi besar untuk menarik minat pengunjung,” ujar Aziz optimis.


Bendungan Cisuru bukan hanya sekadar peninggalan masa lalu. Ia adalah saksi bisu perjalanan waktu, penjaga kehidupan para petani, dan sebentar lagi, bisa jadi primadona baru wisata sejarah di Cianjur.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)