![]() |
Museum Sri Baduga (sumber : pinterest) |
Terletak di Kota Bandung, Jawa Barat, Museum Sri Baduga menjadi destinasi bagi siapa saja yang ingin memahami sejarah dan budaya Sunda lebih mendalam. Museum ini menyimpan berbagai koleksi dan peninggalan sejak masa kerajaan kuno, menjadikannya pusat penting untuk melestarikan akar budaya Sunda.
Sejarah Berdirinya Museum Sri Baduga
Museum ini mulai dirancang pada tahun 1974 atas prakarsa Gubernur Jawa Barat saat itu, Aang Kunaefi. Pada 5 Juni 1980, museum ini diresmikan sebagai Museum Negeri Provinsi Jawa Barat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Daoed Joesoef. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada 1990, museum ini berganti nama menjadi Museum Sri Baduga. Nama tersebut diambil dari Prabu Siliwangi III, seorang raja besar Kerajaan Sunda yang bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji, seperti yang tertulis pada Prasasti Batutulis.
Bangunan museum ini dirancang dengan gaya rumah panggung tradisional khas Jawa Barat yang berpadu dengan sentuhan arsitektur modern. Berdiri di atas lahan seluas 8.030 meter persegi, tempat ini dulunya adalah kantor Kawedanan Tegallega.
Sejak tahun 2002, pengelolaan Museum Sri Baduga berada di bawah Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2018, museum ini menjadi bagian dari UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat dengan fokus pada pelestarian cagar budaya dan pengelolaan koleksi museum.
Koleksi Museum Sri Baduga
Museum Sri Baduga menyimpan berbagai jenis artefak, mulai dari pakaian adat, alat musik tradisional, senjata kuno, hingga kerajinan khas Sunda. Koleksi museum ini terus bertambah hingga mencapai 6.979 item pada 2017. Semua koleksi dikelompokkan ke dalam sepuluh kategori, seperti geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika, seni rupa, dan lainnya.
Penataan koleksi dilakukan dengan mengikuti alur cerita atau storyline yang menggambarkan perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Lantai pertama menampilkan fosil hewan dan tumbuhan, artefak dari masa Hindu-Buddha, serta sejarah terbentuknya Jawa Barat. Lantai kedua melanjutkan perjalanan budaya dengan memamerkan sistem religi (Islam, Kristen, Konghucu), alat-alat tradisional, dan pakaian adat. Sementara itu, lantai ketiga menyajikan koleksi yang berhubungan dengan perdagangan, teknologi, dan permainan tradisional anak-anak.
Salah satu koleksi ikonik di museum ini adalah Kecapi Naga Maung, alat musik kecapi besar berwarna emas. Selain itu, terdapat pula senjata, lukisan, serta kain tradisional yang disimpan di ruang berpintu jeruji besi.
Pengunjung dan Tujuan Kunjungan
Museum Sri Baduga menarik sekitar 300-400 pengunjung setiap hari, meskipun pada hari-hari tertentu, jumlahnya bisa mencapai 700-800 orang. Para pengunjung, seperti diungkapkan oleh Rizky Maulana, dapat mempelajari sejarah Jawa Barat melalui koleksi yang tersaji. Wildan, salah satu pengunjung yang berasal dari jurusan Sejarah Peradaban Islam, mengaku museum ini adalah pilihan ideal untuk tugas riset karena koleksinya yang lengkap dan terjangkau secara lokasi.
Lokasi, Tiket, dan Jadwal Kunjungan
Museum Sri Baduga beralamat di Jl. BKR No.185, Astanaanyar, Bandung, berseberangan dengan Taman Tegallega. Tiket masuknya sangat terjangkau, hanya Rp2.000 untuk anak-anak dan Rp3.000 untuk dewasa. Museum ini buka dari Selasa hingga Jumat pukul 08.00-16.00 WIB, serta Sabtu dan Minggu pukul 08.00-14.00 WIB. Pada hari Senin, museum tutup untuk perawatan koleksi.