Pesona Situ Bagendit: Permata Tersembunyi di Utara Garut yang Penuh Cerita Legenda

Jabar Tourism
2 minute read
0

Situ Bagendit Garut (sumber : pinterest)

Jika Anda mencari destinasi wisata yang memadukan keindahan alam dan kisah legenda yang memikat, maka Situ Bagendit di Garut bisa menjadi jawabannya. Terletak di wilayah utara Kabupaten Garut, tepatnya di Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, danau ini merupakan salah satu tempat favorit warga lokal untuk bersantai dan menikmati panorama alam yang menyejukkan mata.


Situ Bagendit hanya berjarak sekitar empat kilometer dari pusat kota Garut, yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit. Begitu sampai di lokasi, Anda akan langsung disambut oleh hamparan danau yang luas, berpadu harmonis dengan latar belakang empat gunung megah: Gunung Guntur, Gunung Putri, Gunung Papandayan, dan Gunung Cikuray yang merupakan puncak tertinggi di Garut. Nuansa alam yang menenangkan ini menjadi magnet kuat bagi para wisatawan, baik dari Garut sendiri maupun dari luar kota.


Dengan luas area sekitar 125 hektare, Situ Bagendit bukan hanya menawarkan panorama alam yang menawan, tetapi juga pengalaman berwisata yang khas. Salah satunya adalah menyusuri danau menggunakan rakit bambu tradisional. Sensasi mengapung di atas permukaan air yang tenang, sambil merasakan semilir angin dan panorama pegunungan di kejauhan, menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengabadikan momen ini dalam bidikan kamera, karena pemandangan dari atas rakit memberikan sudut pandang yang sangat memukau.


Tak hanya memanjakan mata, Situ Bagendit juga menyimpan cerita rakyat yang telah hidup dalam ingatan masyarakat selama bertahun-tahun. Konon, danau ini tercipta dari kisah tragis seorang wanita kaya raya bernama Nyai Endit. Sosok Nyai Endit dikenal sebagai orang yang sangat pelit dan serakah, enggan berbagi dengan sesama meski hidup bergelimang harta.


Suatu hari, datanglah seorang nenek pengemis yang meminta sedikit makanan. Namun, bukannya membantu, Nyai Endit justru mengusir si nenek dengan kasar. Sebelum pergi, nenek itu menancapkan tongkatnya ke tanah di depan rumah Nyai Endit. Anehnya, tidak ada satu pun anak buah Nyai Endit yang mampu mencabut tongkat tersebut. Keesokan harinya, nenek itu kembali dan mencabut tongkatnya sendiri. Seketika, dari tanah itu menyembur air deras yang terus mengalir dan menenggelamkan rumah Nyai Endit serta wilayah sekitarnya.


Sementara warga berlarian menyelamatkan diri, Nyai Endit tetap bertahan di dalam rumahnya, enggan meninggalkan harta bendanya. Akhirnya, ia pun tenggelam bersama kekayaannya. Dari peristiwa itulah danau ini lahir, dan masyarakat menamainya "Situ Bagendit" — mengabadikan nama tokoh yang menjadi simbol kerakusan.


Kini, Situ Bagendit bukan hanya menjadi tempat pelarian dari hiruk-pikuk kota, tetapi juga menyimpan nilai moral dari cerita rakyat yang turun-temurun diceritakan. Keindahan alamnya menyentuh rasa, sementara kisahnya menyentuh hati — sebuah kombinasi yang menjadikan Situ Bagendit layak untuk dikunjungi dan dikenang.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)