Upacara adat Rahengan merupakan tradisi yang telah berlangsung turun-temurun di Kampung Pasir Peuti, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Upacara ini menjadi salah satu bentuk manifestasi rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta atas berkah dan anugerah yang telah diberikan, terutama dalam hal hasil panen, kesehatan, dan keselamatan. Tradisi ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan menjadi simbol harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Sejarah dan Makna Upacara Adat Rahengan
Rahengan berasal dari istilah Sunda yang memiliki arti "bersama-sama." Dalam konteks adat, Rahengan merupakan ritual yang melibatkan seluruh anggota masyarakat Kampung Pasir Peuti untuk berdoa dan menyampaikan rasa syukur secara kolektif. Tradisi ini diyakini sudah ada sejak masa nenek moyang mereka yang hidup dengan prinsip menjaga keseimbangan antara alam dan kehidupan manusia.
Pada awalnya, upacara ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dalam tradisi Sunda yang dipercaya memberikan hasil panen berlimpah. Seiring berkembangnya kepercayaan masyarakat yang kini lebih banyak menganut ajaran Islam, tradisi ini mengalami penyesuaian, namun esensi utamanya sebagai wujud syukur tetap terjaga.
Rahengan biasanya dilaksanakan setelah musim panen atau saat masyarakat memperoleh rezeki yang melimpah. Masyarakat membawa hasil bumi, seperti padi, buah-buahan, dan makanan tradisional, untuk dijadikan sesajen dalam ritual ini. Prosesi upacara dipimpin oleh seorang sesepuh adat yang dipercaya memiliki pengetahuan dan hubungan spiritual yang mendalam.
Proses Pelaksanaan Upacara Adat Rahengan
Upacara Rahengan diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh adat. Doa tersebut berisi ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta atas segala nikmat yang telah diberikan. Setelah itu, masyarakat berkumpul untuk menikmati hidangan secara bersama-sama sebagai simbol kebersamaan dan solidaritas.
Uniknya, dalam upacara ini, masyarakat tidak hanya menyampaikan rasa syukur tetapi juga berjanji untuk terus menjaga kelestarian alam. Hal ini mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem.
Pelestarian Tradisi di Tengah Modernisasi
Meskipun arus modernisasi terus berkembang, masyarakat Kampung Pasir Peuti tetap teguh mempertahankan tradisi Rahengan. Hal ini tidak terlepas dari peran para tokoh adat dan masyarakat setempat yang aktif mengenalkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Selain itu, upacara ini juga mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah sebagai salah satu potensi wisata budaya.
Tradisi Rahengan tidak hanya menjadi warisan budaya tetapi juga alat untuk mempererat hubungan sosial antarwarga. Dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, Rahengan menjadi momentum untuk memperkuat rasa persaudaraan dan menjaga identitas lokal di tengah derasnya pengaruh globalisasi.
Upacara Rahengan bukan sekadar ritual, melainkan identitas yang memperkuat jati diri masyarakat di tengah perubahan zaman. Tradisi ini perlu dilestarikan agar nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.