Mengenal Kuliner Perkedel Bakar dan Jejak Sejarah "Belanda Depok"

Jabar Tourism
4 minute read
0

Perkedel Bakar Depok (sumber : coockpad)

Jika ada yang bertanya tentang makanan khas Depok, mungkin tak banyak yang langsung bisa menjawab. Namun, jika menilik sejarah, ada satu kuliner yang bisa dianggap sebagai warisan khas dari kota ini—Perkedel Bakar. Hidangan ini merupakan perpaduan antara kentang tumbuk dan daging yang dibumbui rempah-rempah khas, lalu dipanggang hingga matang sempurna. Berbeda dengan perkedel kentang yang lazim dikonsumsi masyarakat Indonesia—yang digoreng hingga keemasan—Perkedel Bakar lebih menyerupai sajian khas Barat karena dipanggang dalam loyang kaca di dalam oven.


Tak bisa dipungkiri, hidangan ini memiliki pengaruh dari kuliner Belanda. Hal ini sejalan dengan sejarah Depok yang erat kaitannya dengan kolonialisme Belanda. Bahkan, hingga kini, istilah "Belanda Depok" masih sering terdengar, merujuk pada komunitas asli Depok yang memiliki latar belakang unik dalam sejarah Indonesia.


Untuk memahami asal-usul Perkedel Bakar, kita perlu menelusuri sejarah "Belanda Depok" atau yang lebih tepat disebut sebagai "Komunitas Orang Depok". Mereka adalah kelompok pertama yang menetap di Depok, sering kali disalahartikan sebagai keturunan langsung dari orang-orang Belanda. Namun, sejarah mencatat bahwa komunitas ini berawal dari sosok Cornelis Chastelein, seorang pejabat VOC yang pada masanya membeli beberapa lahan, termasuk wilayah Depok.


Chastelein mengembangkan wilayah tersebut sebagai perkebunan kopi, lada, kelapa, dan bambu. Untuk menggarapnya, ia mendatangkan tenaga kerja dari berbagai daerah. Berbeda dengan kebanyakan pemilik lahan saat itu, Chastelein justru mengambil langkah yang tak biasa—ia memerdekakan para pekerjanya dan membagi lahan kepada mereka setelah kematiannya. Hal ini tertuang dalam wasiat yang dibuat pada 13 Maret 1714, yang menyatakan bahwa 150 budak yang telah dibebaskan berhak atas tanah di Depok.


Pada saat itu, para budak ini telah memeluk agama Kristen, dan hanya satu keluarga yang memiliki nama marga, yaitu Soedira. Seiring berjalannya waktu, pada abad ke-19, para keturunan ahli waris Chastelein mulai menggunakan nama depan mereka sebagai marga keluarga. Hingga kini, terdapat 12 marga yang masih lestari, yaitu Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Josep, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense, dan Zadokh. Mereka adalah penduduk asli Depok dan menyebut diri mereka sebagai "Komunitas Orang Depok".


Karena sejak awal hidup dalam lingkungan yang kental dengan budaya dan tradisi Belanda, komunitas ini mengadopsi banyak kebiasaan Belanda, termasuk dalam bahasa dan kuliner. Walau secara fisik mereka tampak seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, mereka tetap terbiasa berbicara dalam Bahasa Belanda dan menyantap makanan khas Eropa, seperti roti dan keju untuk sarapan.


Perkedel Bakar: Perpaduan Rasa dan Sejarah

Perkedel Bakar Depok (sumber : coockpad)

Pada suatu siang, saya berkesempatan menikmati hidangan khas "Komunitas Orang Depok" bersama Moesje Yonathan, seorang keturunan marga Yonathan. Bersama komunitas Love Our Heritage, saya bersemangat mencicipi Perkedel Bakar yang disiapkan oleh Moesje. Aroma cengkeh yang kuat menyeruak dari dalam loyang saat hidangan ini keluar dari oven.


"Resepnya sebenarnya hampir sama dengan perkedel kentang pada umumnya, hanya saja kami menambahkan cengkeh dan lada untuk cita rasa yang lebih khas," ujar Moesje. Kentang tumbuk dicampur dengan daging sapi cincang, lalu diperkaya dengan susu dan telur untuk menghasilkan tekstur yang lebih lembut dan gurih. Susu menjadi salah satu bahan yang membedakan Perkedel Bakar dengan perkedel biasa, memberikan sensasi rasa yang lebih creamy dan berpadu sempurna dengan bumbu lainnya.


Moesje bercerita bahwa resep ini diwariskan secara turun-temurun, tanpa dokumentasi tertulis. "Saya belajar langsung dari ibu saya. Kami tidak punya buku resep. Semua diajarkan secara lisan dan praktik sejak kecil," katanya. Selain Perkedel Bakar, ia juga menyiapkan hidangan lain yang tak kalah menarik, yaitu Sla dan Macaroni Schotel.


Sajian Belanda yang Tetap Lestari

Sla, atau salad dalam bahasa Belanda, memiliki tampilan yang mencolok dengan warna merah terang karena menggunakan bit sebagai salah satu bahan utama. Selain itu, salad ini berisi kentang goreng, nanas, wortel, buncis, dan mentimun. Sausnya pun unik, dibuat dari campuran telur, mentega, dan bawang bombai yang dimasak bersama tepung maizena hingga mengental.


Macaroni Schotel tentu sudah lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia. Namun, versi yang dibuat oleh Komunitas Orang Depok tetap mempertahankan keaslian resepnya dengan menggunakan keju edam—keju khas Belanda yang memiliki rasa gurih lembut tanpa aroma menyengat. Keju ini berbentuk bulat, berwarna kuning dengan lapisan luar merah, menjadi salah satu ciri khas dari Macaroni Schotel yang diwarisi dari tradisi kuliner Belanda.


Sayangnya, belum ada restoran atau rumah makan yang secara khusus menjual hidangan khas "Komunitas Orang Depok". Namun, Moesje masih menerima pesanan dari mereka yang ingin mencicipi cita rasa otentik warisan sejarah ini.


Perkedel Bakar bukan sekadar makanan khas, tetapi juga cerminan dari perjalanan panjang sejarah Depok. Dari tangan-tangan para leluhur yang menerima tanah dari Chastelein, hingga dapur-dapur yang tetap melestarikan resep turun-temurun, Perkedel Bakar menjadi bagian dari identitas budaya yang masih bertahan di tengah arus modernisasi.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)