Jejak Sejarah Gedung SMKN 12 Bandung: Dari Sekolah Pertukangan Kolonial Hingga Cagar Budaya Bernilai Tinggi

Jabar Tourism
0

Gedung SMKN 12 Bandung (sumber : gmaps/Harto Mulyono)

Bandung, kota yang dikenal sebagai “Paris van Java”, tak hanya memikat lewat keindahan alam dan kulinernya, tetapi juga lewat warisan arsitekturnya yang penuh sejarah. Salah satu saksi bisu perjalanan panjang pendidikan dan kebudayaan di kota ini adalah Gedung SMKN 12 Bandung, yang kini ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Di balik tembok-tebal dan jendela kayunya yang khas, tersimpan kisah panjang sejak masa kolonial Belanda hingga kini menjadi bagian penting dalam dunia pendidikan kejuruan Indonesia.


Gedung ini pertama kali dibangun pada tahun 1930 oleh pemerintah Hindia Belanda dan diberi nama Gemeentelijk Ambachtschool, yang berarti Sekolah Pertukangan Kota. Lokasinya berada di Burgermeester Coopsweg, yang kini dikenal sebagai Jalan Pajajaran, Bandung. Pada masa itu, sekolah ini menjadi tempat pendidikan kejuruan bagi para pemuda pribumi dan Belanda yang ingin menekuni bidang keterampilan tangan dan teknik, sejalan dengan kebutuhan tenaga ahli untuk proyek pembangunan kolonial.


Dari Sekolah Teknik ke STM Penerbangan

Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, gedung bersejarah ini mengalami sejumlah perubahan nama dan fungsi, menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dari Sekolah Teknik Negeri (STN) 3, lembaga ini kemudian bertransformasi menjadi STM Penerbangan pada tahun 1986, seiring meningkatnya kebutuhan tenaga teknik di bidang aviasi nasional. Tak berhenti di sana, nama sekolah kembali berganti menjadi Sekolah Teknologi Menengah Negeri (STMN), hingga akhirnya resmi dikenal dengan nama SMKN 12 Bandung seperti sekarang.


Namun, di balik perubahan-perubahan tersebut, bentuk fisik bangunan masih terjaga dengan baik, menghadirkan suasana klasik yang kuat di tengah hiruk pikuk modernisasi kota.


Ciri Arsitektur dan Nilai Cagar Budaya

Gedung SMKN 12 Bandung menampilkan gaya arsitektur Hindia Baru (Nieuwe Indische Bouwstijl) yang populer pada era 1920–1930-an. Gaya ini merupakan perpaduan antara arsitektur Eropa modern dengan penyesuaian terhadap iklim tropis Indonesia. Ciri khasnya terlihat dari atap tinggi berbentuk pelana, ventilasi lebar, dinding tebal, serta jendela besar dari kayu jati yang memungkinkan sirkulasi udara alami.


Elemen-elemen ini bukan hanya estetis, tetapi juga fungsional—dirancang agar bangunan tetap sejuk tanpa bantuan pendingin udara, sebuah bukti kecerdasan arsitektur masa lampau yang masih relevan hingga kini. Di bagian fasadnya, terlihat simetri bangunan yang tegas dan kokoh, menggambarkan karakter arsitektur Belanda yang disiplin dan efisien.


Selain keindahan arsitekturnya, keunikan lain dari gedung ini terletak pada material aslinya yang masih dipertahankan. Lantai tegel kuno, kusen pintu, hingga besi tempa di tangga utama masih menunjukkan keaslian masa kolonial. Hal inilah yang membuat gedung SMKN 12 Bandung dinilai memiliki nilai historis dan arsitektural tinggi, sehingga pemerintah menetapkannya sebagai salah satu bangunan cagar budaya Kota Bandung.


Simbol Warisan Pendidikan dan Budaya

Bagi banyak warga Bandung, terutama alumni dan tenaga pendidik, gedung ini bukan sekadar tempat belajar, melainkan simbol ketekunan dan warisan pendidikan kejuruan yang telah mencetak banyak tenaga profesional di berbagai bidang teknik. Di sinilah semangat “belajar dari karya” tumbuh, sesuai dengan semangat awal pendirian sekolah pertukangan pada masa kolonial dulu.


Kini, meski zaman telah berubah dan teknologi terus berkembang, Gedung SMKN 12 Bandung tetap berdiri megah—menjadi pengingat bahwa kemajuan pendidikan tak bisa dilepaskan dari akar sejarah dan budaya. Di balik dinding tuanya, masih bergema semangat para pelajar masa lampau yang berjuang membangun negeri dengan keterampilan dan dedikasi.


Sebagai salah satu bangunan cagar budaya, keberadaan gedung ini menegaskan pentingnya melestarikan jejak sejarah arsitektur dan pendidikan di Kota Bandung. Ia bukan sekadar bangunan, tetapi saksi hidup perjalanan bangsa menuju kemajuan.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)