Mengenal Tradisi Seren Taun di Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi

Jabar Tourism
2 minute read
0

Upacara Seren Taun di Kasepuhan Ciptagelar (sumber: twitter.com/andreOPA)

Tradisi Seren Taun merupakan salah satu upaya pelestarian budaya yang diwariskan secara turun-temurun di komunitas masyarakat adat. Hingga kini, tradisi ini tetap dipraktikkan, salah satunya di wilayah Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Secara umum, Seren Taun adalah upacara adat yang dilakukan setiap tahun setelah panen padi. Tradisi ini melibatkan seluruh warga desa, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dalam pelaksanaannya, Seren Taun dirayakan dengan semarak di berbagai desa adat Sunda.


Di Kecamatan Cisolok, Desa Sirnaresmi menjadi salah satu lokasi pelaksanaan tradisi ini. Di desa tersebut, terdapat tiga komunitas kasepuhan, yaitu Kasepuhan Ciptagelar, Sinaresmi, dan Ciptamulya. Bagi masyarakat setempat, Seren Taun merupakan acara besar desa yang melibatkan hampir seluruh warganya sebagai bentuk pelestarian tradisi warisan leluhur.


Secara etimologi, istilah "Seren Taun" berasal dari bahasa Sunda, di mana seren berarti menyerahkan, dan taun berarti tahun. Dengan demikian, Seren Taun adalah prosesi serah terima hasil panen dari tahun sebelumnya ke tahun yang akan datang.


Dalam wawancara awal tahun ini dengan Abah Ugi Sugriana Rakasiwi, Ketua Adat Kasepuhan Ciptagelar, ia menjelaskan lebih rinci mengenai prosesi Seren Taun. Abah Ugi menjabat sebagai Ketua Adat sejak 2007, meneruskan tanggung jawab dari ayahnya, Abah Encup Sucipta atau Abah Anom. Tradisi ini telah berlangsung sejak 1368, dimulai oleh leluhur mereka di Cipatat, Bogor, yang kemudian berpindah ke berbagai lokasi hingga akhirnya menetap di Ciptagelar.


Abah Ugi menjelaskan bahwa pelestarian tradisi menanam padi merupakan inti dari kehidupan masyarakat adat Ciptagelar. Proses penanaman padi dilakukan secara tradisional dan hanya sekali dalam setahun. Hasil panennya disimpan di lumbung untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak diperjualbelikan.


Proses penanaman padi pun memiliki aturan tersendiri yang diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat adat Ciptagelar menggunakan panduan posisi rasi bintang, yaitu Kidang dan Kerti. Rasi Kidang menjadi penanda waktu untuk memulai penanaman, sementara Kerti menandakan bahwa hama mulai muncul sehingga panen harus segera dilakukan.


Penanaman padi selalu diawali oleh ketua adat, baru kemudian diikuti oleh warga desa. Tradisi ini menggambarkan nilai-nilai harmoni dengan alam yang terus dijaga oleh masyarakat adat Ciptagelar sebagai warisan budaya nenek moyang mereka.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)