![]() |
Kesenian Badawang (sumber: Facebook/Layung Jagat) |
Di tengah kekayaan budaya Sunda, terdapat sebuah seni pertunjukan unik yang menghiasi berbagai perayaan dan arak-arakan, yaitu Badawang. Kesenian khas dari Kabupaten Bandung ini menampilkan boneka raksasa yang menyerupai tokoh-tokoh dalam cerita rakyat Sunda.
Sekilas, Badawang mengingatkan pada Ondel-Ondel dari Betawi, karena sama-sama menghadirkan boneka besar yang dikenakan busana khas. Boneka ini biasanya tampil dengan pakaian mewah atau sederhana dan menjadi bagian dari parade Benjang atau pawai lainnya. Keunikan dan keindahan seni Badawang menjadikannya salah satu warisan budaya yang berharga, bahkan telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) nasional sejak tahun 2018. Keistimewaan ini juga menarik perhatian dunia, menjadikan Badawang sebagai identitas seni dari Kabupaten Bandung.
Dari Memeniran ke Badawang
Menurut sumber dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, istilah "Badawang" berasal dari kata "memeniran." Dalam kamus yang disusun oleh Sicrk Coolsma (1913: 89), kata Badawang merujuk pada "een pop ter grootte en van de gedaante van een mensch," yang berarti boneka berbentuk dan berukuran seperti manusia.
Istilah ini juga berkaitan dengan kata "bebegig", yang dalam bahasa Belanda dijelaskan sebagai "pop in de gedaante en ter grootte van een mensen," atau boneka besar berbentuk manusia yang digunakan dalam arak-arakan atau sebagai orang-orangan sawah. Dari sinilah istilah Badawang berkembang, merujuk pada boneka raksasa yang menjadi bagian dari kesenian Sunda.
Badawang dalam Tradisi Sunda
![]() |
Pertunjukan Badawang (sumber: Facebook/ Bincang Seni Sunda) |
Dalam bahasa Sunda, Badawang menggambarkan sosok manusia bertubuh tinggi besar. Kesenian ini sering kali ditampilkan dalam berbagai acara, terutama hajatan dan iring-iringan Benjang.
Sebaran kesenian Badawang meliputi berbagai daerah di Jawa Barat, seperti Garut, Sumedang, dan Bandung (Kabupaten maupun Kota). Namun, kini pertunjukan Badawang lebih terkonsentrasi di wilayah-wilayah tertentu saja.
Salah satu daya tarik Badawang terletak pada karakter yang diusungnya, yang diambil dari tokoh-tokoh dalam cerita Sunda, seperti Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng. Boneka-boneka ini dibuat sedemikian rupa sehingga bisa bergerak layaknya wayang golek raksasa.
Mengendalikan Badawang bukanlah tugas yang mudah, mengingat kepala boneka bisa memiliki bobot hingga 30 kg. Oleh karena itu, dibutuhkan 4 hingga 9 orang pemain untuk mengoperasikan boneka ini. Setiap pemain juga harus memahami karakter yang diperankannya agar gerakan boneka terasa lebih hidup.
Selain itu, pertunjukan Badawang biasanya melibatkan berbagai pendukung, seperti:
- 3 orang pemain bendi atau kuda
- 16 nayaga (pemusik)
- 1 sinden (penyanyi)
- 1 dalang (pemandu cerita)
Jumlah pemain ini bisa berubah tergantung skala pertunjukan.
Harmoni Musik dan Tari dalam Badawang
Untuk menciptakan suasana yang lebih meriah, musik pencak silat digunakan sebagai pengiring utama dalam pertunjukan Badawang. Alat musik tradisional seperti dog-dog dan bedug juga sering ditambahkan, sementara lagu-lagu yang dibawakan antara lain Rayak-Rayak, Kembang Beureum, hingga lagu-lagu dangdut yang sedang populer.
Uniknya, pertunjukan Badawang sering dipadukan dengan kesenian tradisional lain, seperti Seni Reak. Dalam kolaborasi ini, boneka Badawang menjadi bagian dari atraksi tari yang dimainkan oleh para penari Reak. Tak jarang, Seni Keurseus dan berbagai tarian Sunda lainnya turut serta, menambah kemeriahan dan daya tarik pertunjukan.
Dengan segala keunikannya, Badawang bukan sekadar boneka raksasa, melainkan bagian dari identitas budaya Sunda yang terus lestari hingga kini. Kesenian ini menjadi bukti bagaimana tradisi lokal dapat bertahan dan berkembang seiring waktu, sekaligus memberikan hiburan bagi masyarakat yang menyaksikannya.