Kopi Bursel: Permata Tersembunyi dari Bandung Barat yang Siap Mendunia

Jabar Tourism
2 minute read
0

Kopi Bursel (sumber : instagram/@diazhollic)

Kabupaten Bandung Barat (KBB) dikenal dengan wilayahnya yang luas dan hamparan hijau yang membentang dari utara ke selatan serta dari barat ke timur. Di tengah lanskap hijau yang subur ini, tumbuhlah berbagai jenis pohon kopi yang menghasilkan biji berkualitas tinggi.


Salah satu kopi yang paling melekat dengan identitas Bandung Barat adalah Kopi Gununghalu. Kopi yang berasal dari wilayah selatan ini sudah dikenal luas dan menjadi kebanggaan daerah. Jika seseorang ditanya mengenai kopi khas Bandung Barat, hampir pasti jawabannya adalah Kopi Gununghalu. Namun, faktanya Bandung Barat tidak hanya memiliki Kopi Gununghalu, tetapi juga kopi unggulan lainnya seperti Kopi Tangkubanparahu yang memiliki aroma serta cita rasa yang khas.


Di antara deretan kopi berkualitas dari Bandung Barat, ada juga Kopi Burangrang Selatan atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kopi Bursel. Kopi ini berasal dari Desa Cipada, Kecamatan Cikalongwetan, yang terletak di kaki Gunung Burangrang. Meskipun namanya belum sepopuler Kopi Gununghalu, Kopi Bursel memiliki kualitas yang patut diperhitungkan. Bahkan, kopi ini pernah tampil di ajang bergengsi World of Coffee 2019 yang diadakan di Jerman.


Pada kesempatan tersebut, Kopi Bursel mewakili Indonesia bersama kopi dari Flores. Keikutsertaannya dalam ajang internasional ini membuka peluang besar bagi Kopi Bursel untuk menjangkau pasar global, termasuk negara-negara Eropa seperti Belgia dan Jerman, serta di Asia seperti Korea Selatan dan Kuwait. Sayangnya, setelah ajang tersebut, pamor Kopi Bursel mulai meredup.


Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2009 oleh 201 petani di Desa Cipada, Kopi Bursel menghadapi tantangan besar dalam pemasaran digital. Lemahnya pemanfaatan teknologi pemasaran membuat kopi yang termasuk dalam kategori Kopi Arabika Java Preanger (KAJP) ini sulit bersaing di pasaran.


Ketua Lembaga Masyarakat Desa dan Hutan (LMDH), Deni Sopari, mengungkapkan bahwa salah satu penyebab merosotnya popularitas Kopi Bursel adalah keterbatasan jaringan pemasaran, baik di tingkat nasional maupun internasional.


"Kurangnya akses ke jaringan bisnis menjadi faktor utama meredupnya Kopi Bursel. Tidak adanya sosok figur yang bisa memperkenalkan kopi ini serta keterbatasan hubungan bisnis membuat Kopi Bursel sulit berkembang," ujar Deni.


Sementara itu, Sugondo, salah seorang petani kopi di Cipada, menegaskan bahwa Kopi Bursel sebenarnya memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan kopi lain di Bandung Barat. "Ciri khas Kopi Bursel terletak pada cita rasanya yang lebih fruity. Ini seharusnya menjadi nilai jual utama," jelas Sugondo.


Saat ini, para petani kopi di Cipada tengah menikmati musim panen raya. Dalam satu hektare lahan, mereka bisa menghasilkan sekitar 5-6 ton biji kopi. "Alhamdulillah, permintaan pasar lokal sedang cukup baik. Kami berharap tren positif ini bisa terus berlanjut dan semakin stabil ke depannya," pungkas Sugondo.


Kopi Bursel memiliki potensi besar untuk kembali bersaing di pasar lokal maupun internasional. Dengan strategi pemasaran yang tepat serta pemanfaatan teknologi digital, bukan tidak mungkin Kopi Bursel kembali menjadi salah satu kopi unggulan dari Bandung Barat yang mendunia.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)