Mengenal Jejak Peradaban Kuno di Taman Purbakala Cipari Kuningan

Jabar Tourism
4 minute read
0

Taman Purbakala Cipari Kuningan (sumber : Google Maps/ Ang Acep)

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, memiliki pesona alam yang luar biasa, terutama di kawasan lereng Gunung Ciremai. Di balik keindahannya, wilayah ini menyimpan sejarah panjang kehidupan manusia sejak ribuan tahun lalu. Salah satu buktinya adalah Situs Purbakala Cipari, yang terletak di Dusun Cipari Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Situs ini menjadi saksi bisu kehidupan manusia sejak 3500 SM dan kini diabadikan dalam bentuk museum yang menawarkan perpaduan unik antara sejarah dan keindahan alam.


Lahan yang kini menjadi situs purbakala ini dulunya dimiliki oleh seorang pria bernama Wijaya. Pada tahun 1971, sebuah penemuan tak terduga terjadi ketika ditemukan batu-batu unik di lokasi ini. Bentuknya menyerupai batuan yang terdapat di Paseban Tri Panca Tunggal, sebuah situs budaya di Kuningan. Temuan ini kemudian dilaporkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta, yang segera melakukan penelitian lebih lanjut. Penggalian pun dipimpin oleh Pangeran Djatikusumah.


Setahun berselang, penggalian mengungkap temuan yang lebih mencengangkan. Batu-batu berukuran besar tersusun rapi membentuk struktur yang menyerupai peti mati, menandakan adanya makam kuno. Pada tahun 1975, penggalian lebih lanjut dilakukan dan ditemukan peti batu yang di dalamnya berisi benda-benda peninggalan seperti kapak batu, gelang batu, serta gerabah yang merupakan bekal kubur. Dengan semakin banyaknya temuan penting, pemerintah memutuskan untuk mendirikan museum di lokasi tersebut.


Pada tahun 1976, sebuah museum sederhana dibangun dengan desain khas. Bangunannya berbentuk oval memanjang dengan jendela kaca persegi yang mengelilinginya. Pintu masuk terletak di sisi tenggara, sedangkan atapnya yang terbuat dari ijuk menyerupai bentuk perahu terbalik, memberikan kesan tradisional yang unik. Teras museum dilengkapi dengan tiga anak tangga yang semakin memperindah bangunan.


Setelah dilakukan berbagai upaya penelitian dan pelestarian, akhirnya pada 23 Februari 1978, Taman Purbakala Cipari resmi dibuka untuk umum. Peresmian dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu, Prof. Dr. Syarif Thayeb, menandai komitmen pemerintah dalam melestarikan warisan budaya bangsa.


Perpaduan Peninggalan Zaman Neolitikum dan Megalitikum

Taman Purbakala Cipari Kuningan (sumber : Google Maps/Raynardthan Pontoh)

Taman Purbakala Cipari merupakan tempat yang mencerminkan dua periode penting dalam sejarah manusia, yaitu zaman neolitikum dan megalitikum. Beberapa artefak yang ditemukan, seperti perunggu, menunjukkan bahwa masyarakat saat itu telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Sementara itu, keberadaan batu-batu besar mengindikasikan bahwa mereka memiliki sistem kepercayaan yang kuat terhadap leluhur.


Di area luar museum, terdapat dua kuburan batu berbentuk trapesium. Saat ditemukan, kuburan ini hanya menyimpan gelang batu dan gerabah, tanpa sisa tulang manusia akibat kondisi tanah yang kurang mendukung pengawetan. Selain itu, terdapat berbagai monumen seperti altar batu, dolmen, batu gelang, menhir, dan batu dakon yang dahulu digunakan untuk ritual dan pemujaan leluhur. Di dalam museum, berbagai artefak seperti kapak batu, gelang batu, kapak perunggu, dan gerabah dipajang dengan rapi untuk memberikan gambaran tentang kehidupan masa lalu.


Taman Purbakala Cipari sebagai Destinasi Wisata

Museum Situs Taman Purbakala Cipari (sumber : Indonesia kaya)

Selain menjadi tempat edukasi sejarah, Taman Purbakala Cipari juga menawarkan suasana alam yang sejuk dan menyegarkan berkat lokasinya yang berada di kaki Gunung Ciremai. Keindahan alamnya menjadikan tempat ini destinasi yang menarik, baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Minat masyarakat terhadap peninggalan purbakala terbukti tinggi, dengan jumlah pengunjung yang terus meningkat setiap tahunnya.


Akses menuju situs ini cukup mudah. Dari Alun-Alun Kuningan, pengunjung dapat mengikuti rute melalui Jalan Aria Kamuning hingga Jalan Veteran, kemudian berbelok ke Jalan Nanggeleng–Cirahayu atau Jalan Syeh Maulana Akbar. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Jalan Raya Cigugur sebelum akhirnya tiba di Taman Purbakala Cipari. Situs ini dibuka setiap hari dari pukul 08:00 hingga 16:00 WIB dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, yaitu Rp5.000,-.


Selain berkeliling museum, ada beberapa hal menarik yang bisa dilakukan di Taman Purbakala Cipari. Salah satunya adalah melihat langsung peti kubur batu yang digunakan sebagai tempat pemakaman pada masanya. Di dalamnya, ditemukan berbagai perlengkapan seperti gerabah, kapak batu, perhiasan, serta benda-benda lain yang ikut dikubur bersama jenazah.


Tempat menarik lainnya adalah Batu Temu Gelang, sebuah susunan batu berbentuk lingkaran dengan area kosong di tengah yang dahulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah atau berkumpul. Kemudian, ada batu altar dan dolmen, yang masing-masing berfungsi untuk keperluan ritual keagamaan dan upacara pemujaan leluhur. Dolmen memiliki permukaan datar di atasnya yang digunakan sebagai tempat meletakkan sesajen.


Dua benda peninggalan lain yang patut dikunjungi adalah batu dakon dan batu menhir. Batu dakon memiliki bentuk mirip dengan permainan congklak dan berfungsi sebagai tempat meramu obat-obatan atau sesembahan. Sementara itu, batu menhir adalah batu tegak berukuran besar yang berfungsi sebagai simbol penghormatan kepada leluhur yang telah wafat.


Dengan keunikan dan nilai sejarah yang tinggi, Taman Purbakala Cipari tidak hanya menjadi pusat edukasi sejarah, tetapi juga destinasi wisata yang menarik. Melalui situs ini, pengunjung dapat memahami lebih dalam tentang kehidupan masyarakat masa lampau sekaligus menikmati keindahan alam yang masih terjaga hingga kini.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)