![]() |
Prasasti Batu Tulis Bogor (sumber: pinterest) |
Indonesia, dengan keragaman suku dan budaya serta wilayahnya yang luas, memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri melalui berbagai peninggalan bersejarah. Salah satu peninggalan yang menjadi saksi bisu masa kejayaan Nusantara adalah Prasasti Batutulis, yang terletak di Kota Bogor.
Prasasti Batutulis berada di Kelurahan Batutulis, Kota Bogor. Keberadaannya menjadi bukti nyata kejayaan Kerajaan Pajajaran, salah satu kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berkuasa di tanah Pasundan. Berdasarkan informasi dari pariwisataindonesia.id, prasasti ini dibuat pada tahun 1533 oleh Prabu Surawisesa untuk mengenang kebesaran ayahnya, Prabu Siliwangi.
Di dalam area situs Prasasti Batutulis, terdapat sebuah batu lingga yang tingginya hampir sama dengan prasasti. Batu lingga ini diyakini melambangkan Prabu Siliwangi, sementara prasasti itu sendiri dianggap sebagai perwujudan Prabu Surawisesa. Selain itu, terdapat tiga batu lain dengan ukiran berbentuk jejak tangan, jejak kaki, dan jejak lutut, yang semakin memperkuat nilai historis situs ini.
Ciri Khas dan Tulisan Prasasti Batutulis
Prasasti Batutulis berbentuk lempengan batu pipih meruncing dengan inskripsi yang ditulis dalam aksara Jawa Kuno menggunakan bahasa Sunda Kuno. Tulisan yang terukir pada prasasti terdiri dari sembilan baris dan menggambarkan silsilah serta kejayaan para raja Pajajaran.
Penemuan prasasti ini pertama kali dicatat pada tahun 1690 oleh seorang kapten VOC bernama Adolf Winkler, yang kemudian memasukkannya dalam catatan resmi daghregister. Setelah itu, banyak laporan VOC lainnya yang turut mencatat keberadaan prasasti ini.
Minat terhadap Prasasti Batutulis terus berkembang. Pada tahun 1817, Sir Thomas Stamford Raffles menyebut prasasti ini dalam bukunya yang terkenal, The History of Java, lengkap dengan faksimili. Pada 1853, seorang peneliti bernama R. Friederich menerbitkan artikel yang membahas prasasti ini beserta transliterasinya dalam bahasa Belanda. Kemudian, K. F. Holle menyempurnakan transliterasi tersebut.
Diskusi ilmiah tentang Prasasti Batutulis terus berlanjut hingga abad ke-20. C. M. Pleyte meneliti pertanggalan prasasti ini pada 1911, diikuti oleh P. A. Hoesein Djajadiningrat, yang membahasnya dalam disertasi di Rijksuniversiteit Leiden pada 1913. Sejumlah sejarawan lainnya, seperti R. Ng. Poerbatjaraka (1921), J. Noorduyn (1959), dan Saleh Danasasmita (1973-2006), juga turut memberikan kontribusi dalam kajian prasasti ini.
Isi Prasasti Batutulis dan Maknanya
Berdasarkan kajian yang diterbitkan dalam jurnal Archipel, berikut adalah isi teks Prasasti Batutulis menurut Aditia Gunawan dalam artikelnya Old Sundanese Inscriptions: Renewing the Philological Approach:
(1) Ø Ø vaṁ(ṅ) a‹m›(p)un· I(n)i sakakala, pr(ə)bu ratu pura:na pun·, ḍivas·tu
(2) ḍyi, viṅaran· prəbu guru ḍe(va)ta p(ra)n· ḍivas·tu ḍyə ḍiṅaran· sri
(3) baduga maharaja, ratu ha(j)i ḍi pakvan· pajajaran· sri sa‹ṁ› ratu ḍe-
(4) vata pun· ya nu ñusuk· na pakvan· ḍyə Anak· rahyi‹ṁ› ḍeva nis·-
(5) kala, sa‹ṁ› siḍa mok(·)ta ḍi gunuṁ tiga, qə‹ñ›cu rahyiṁ (n)is·kala vas·tu
(6) la, gugun(uṅ)an·, (ṅa)balay·,, ñyin· samiḍa, ñyin· saṁ hyi‹ṁ› talaga [va-]
(7) R̥na mahavijaya, ya syi pun·,, ØØ I saka, pañca pan·ḍa-
(8) va ṅ(ə)‹m›ban· bumi Ø Ø
Berikut adalah terjemahan dan maknanya:
(1) Aum, semoga segala kesalahan diampuni. Inilah tugu peringatan untuk mengenang raja terdahulu yang telah dinobatkan.
(2) Raja yang dikenal dengan sebutan Prabu Guru Dewata, yang juga dikenal sebagai Sri
(3) Baduga Maharaja, penguasa tertinggi di Pakwan Pajajaran, Sri Sang Ratu Dewata.
(4) Beliau yang menetapkan batas wilayah Pakwan, sebagai putra dari Rahyang Dewa Niskala.
(5) Sang ayah telah moksa di Gunung Tiga, sementara sang kakek, Rahyang Niskala Wastu Kancana, moksa di Nusa Larang.
(6) Dialah yang mendirikan tugu peringatan, membangun bangunan batu, tempat upacara, serta Telaga Warna yang suci.
(7) Sungguh ia adalah sosok yang berjaya!
(8) Pada tahun yang dikenal sebagai Lima Pandawa menjaga bumi.
Prasasti Batutulis menjadi salah satu bukti penting kejayaan Kerajaan Pajajaran di tanah Pasundan. Selain memiliki nilai sejarah tinggi, prasasti ini juga memberikan wawasan mengenai sistem penulisan, budaya, dan spiritualitas masyarakat Sunda pada masa lampau. Hingga kini, penelitian dan diskusi mengenai prasasti ini terus dilakukan oleh para sejarawan dan arkeolog guna mengungkap lebih dalam jejak kejayaan Nusantara.
Bagi yang tertarik dengan sejarah kerajaan di Indonesia, mengunjungi situs Prasasti Batutulis di Bogor bisa menjadi pengalaman berharga untuk melihat langsung peninggalan masa lalu yang sarat makna.