![]() |
Kesenian Gegel Jubleg (sumber : Disparbud Kab. Garut) |
Di pelosok Kecamatan Cisewu, Garut, terdapat sebuah kesenian tradisional yang unik dan penuh daya magis: Gegel Jubleg. Seni ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga menyimpan nilai sejarah, spiritualitas, dan keberanian yang luar biasa. Sebuah kesenian yang lahir dari pergolakan zaman, yang konon sempat membuat para penjajah ketakutan.
Gegel Jubleg merupakan hasil revitalisasi dari berbagai elemen seni tradisional yang ada di Cisewu, terutama seni debus yang dikemas dalam pertunjukan magis dan mistis. Seperti halnya kesenian tradisional Nusantara lainnya, Gegel Jubleg kental dengan unsur trance atau kesurupan yang dialami oleh para pelakunya. Akar dari seni ini dapat ditelusuri pada kesenian Panca Warna, sebuah pertunjukan multiseniman yang memadukan berbagai unsur seni dalam satu panggung.
Nama "Gegel Jubleg" sendiri diambil dari alat tradisional bernama "jubleg," yaitu alat penumbuk padi atau bumbu dapur. Keistimewaannya terletak pada atraksi utama: para pemain menggigit dan mengangkat jubleg—yang beratnya bisa mencapai 25 kilogram—sambil menggoyangkannya dan berjalan. Kemampuan luar biasa ini diperoleh melalui teknik khusus dan latihan yang keras. Seni ini semakin menarik karena dipadukan dengan unsur seni lain seperti Kuda Lumping dan Angklung, menjadikannya tontonan yang spektakuler.
Terinspirasi dari Alam: Perjalanan Ukri Menuju Karya Fenomenal
Gegel Jubleg lahir dari pemikiran seorang seniman bernama Ukri (Alm.), pendiri kelompok seni Giri Mekar Sewu. Kisah penciptaannya bermula dari sebuah kejadian tak terduga. Suatu hari, saat sedang mengambil kayu bakar di hutan, Ukri melihat seekor babi hutan besar menggigit dan menggoyang-goyangkan sebatang kayu sembari berjalan ke dalam semak-semak. Adegan ini meninggalkan kesan mendalam baginya.
Terinspirasi oleh pemandangan itu, Ukri menciptakan seni pertunjukan yang unik, di mana pemain menggigit dan mengangkat jubleg sebagai bagian dari atraksi utama. Tak hanya sekadar mempertunjukkan kekuatan, Gegel Jubleg juga mengandung unsur mistis dan simbolisme yang kuat, menjadikannya lebih dari sekadar hiburan.
Dalam perkembangannya, Gegel Jubleg menjadi bagian dari berbagai acara penting, seperti hajatan dan perayaan hari kemerdekaan. Seiring waktu, pertunjukan ini semakin menarik perhatian masyarakat, dan namanya pun semakin dikenal luas.
Di setiap pementasan, seni Gegel Jubleg tidak berdiri sendiri. Atraksi ini selalu diiringi oleh musik khas Sunda, seperti kendang pencak, reog, angklung, hingga debus. Semua elemen ini berpadu menciptakan suasana mistis yang memikat penonton. Tak jarang, pemain yang memasuki kondisi trance menunjukkan aksi-aksi luar biasa yang seolah tak masuk akal, menambah kesan magis pada pertunjukan.
Sayangnya, seni Gegel Jubleg mengalami masa suram di akhir tahun 90-an. Perubahan politik dari Orde Baru ke Reformasi membawa dampak besar bagi kesenian tradisional, termasuk Gegel Jubleg yang perlahan menghilang dari panggung pertunjukan.
Namun, pada tahun 2011, seorang warga bernama Ceceng Jaenudin bersama komunitas Global Art Kecamatan Cisewu berusaha menghidupkan kembali seni ini. Melalui acara budaya bertajuk Ngajugjug Cisewu Puseur Budaya Pasundan, Gegel Jubleg mulai kembali tampil di hadapan publik. Dukungan dari tokoh masyarakat, seperti Drs. Edi Supriadi dan AIPDA Dikdik Gunardi, semakin memperkuat posisi seni ini di tengah masyarakat.
Balong Sirah dan Simbolisme Air Keramat
Gegel Jubleg tidak hanya berkaitan dengan atraksi kekuatan fisik, tetapi juga erat dengan tradisi mistis masyarakat Cisewu. Keberadaan Balong Sirah, sebuah mata air besar yang dianggap keramat, menjadi bagian tak terpisahkan dari seni ini. Air dari Balong Sirah diyakini membawa keberkahan dan sering digunakan dalam upacara penyucian.
Dalam setiap pertunjukan Gegel Jubleg, air dari Balong Sirah disiramkan menggunakan daun hanjuang beureum sebagai simbol pemurnian dan keberkahan. Mitos setempat bahkan menyebutkan bahwa banyak pejabat tinggi yang mandi di Balong Sirah sebelum mencapai kesuksesan. Kepercayaan ini semakin mengukuhkan Gegel Jubleg sebagai seni yang sarat makna spiritual.
Kini, Gegel Jubleg kembali mendapat tempat di hati masyarakat. Kelompok seni Giri Mekar Sewu, dengan anggota dari berbagai kalangan, terus berupaya melestarikan seni ini agar tidak kembali hilang ditelan zaman. Dengan pertunjukan yang kaya akan simbolisme, sejarah, dan mistisisme, Gegel Jubleg bukan sekadar seni pertunjukan, tetapi juga sebuah warisan budaya yang patut dijaga.
Keberhasilan seni ini bertahan dari keterpurukan membuktikan bahwa budaya lokal memiliki daya hidup yang luar biasa. Gegel Jubleg adalah bukti bahwa kesenian tradisional bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga bagian dari identitas yang harus terus diperjuangkan di masa depan.