![]() |
Site Museum Lembah Cisaar (sumber : google maps/Ridwan Fauzi) |
Di tengah hamparan perbukitan Sumedang yang tenang, terdapat jejak kehidupan masa lampau yang tersimpan rapi dalam Site Museum Lembah Cisaar, Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo. Museum ini bukan sekadar bangunan berisi koleksi fosil, melainkan sebuah jendela waktu yang membawa kita mengintip kehidupan prasejarah jutaan tahun lalu. Resmi dibuka oleh Wakil Bupati Sumedang, Erwan Setiawan, pada 24 Agustus 2023, museum ini menjadi rumah bagi berbagai fosil binatang purba yang ditemukan di sekitar Jembarwangi dan Darmawangi sejak tahun 2004.
Koleksi museum ini begitu mengesankan, seakan membawa pengunjung kembali ke zaman di mana Sumedang masih berupa hamparan daratan luas yang dihuni oleh hewan-hewan raksasa. Di antara temuan paling mencolok adalah gading gajah stegodon, spesies gajah purba yang pernah menjelajahi wilayah ini dengan tubuhnya yang megah. Ada pula tempurung kura-kura raksasa, gigi buaya gavialis yang mencerminkan betapa ganasnya predator zaman dahulu, serta gigi kuda nil, rahang rusa, hingga tengkorak cervidae yang menjadi bukti keberagaman fauna yang pernah hidup di Lembah Cisaar. Setiap fosil menyimpan kisah tersendiri tentang ekosistem purba yang pernah berjaya di kawasan ini.
Namun, perjalanan fosil-fosil ini hingga akhirnya dipamerkan di museum bukanlah hal yang mudah. Setelah ditemukan oleh para peneliti dan warga setempat, fosil-fosil ini harus direkonstruksi terlebih dahulu di Museum Geologi Bandung sebelum akhirnya dikembalikan ke Sumedang. Upaya ini tidak hanya memastikan bahwa fosil-fosil tersebut tetap terjaga keasliannya, tetapi juga agar masyarakat dapat melihat langsung peninggalan sejarah yang luar biasa ini. Wabup Erwan mengapresiasi kerja sama dengan Museum Geologi Bandung yang telah berkontribusi dalam merekonstruksi dan merawat temuan fosil ini.
Lebih dari sekadar destinasi wisata, Site Museum Lembah Cisaar diharapkan menjadi pusat edukasi yang mampu memperkaya pengetahuan masyarakat tentang sejarah geologi dan keanekaragaman hayati masa lalu. Kepala Museum Geologi Bandung, Raden Isnu Hajar Sulistyawan, menekankan pentingnya museum ini sebagai wahana pembelajaran yang bermanfaat bagi generasi muda. “Museum ini bukan hanya untuk warga Jembarwangi dan Darmawangi, tetapi juga untuk seluruh masyarakat Indonesia sebagai sarana edukasi geologi,” ujarnya.
Harapan besar juga tertuju pada perkembangan infrastruktur di sekitar museum. Jalanan yang lebih baik serta fasilitas pendukung lainnya diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas wisatawan, sehingga museum ini bisa berkembang menjadi salah satu destinasi unggulan Sumedang. Lebih dari itu, kehadiran museum ini diyakini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Menariknya, para peneliti meyakini bahwa masih banyak fosil lain yang tersembunyi di sekitar Lembah Cisaar. Dengan konservasi yang tepat, bukan tidak mungkin temuan-temuan baru akan terus bermunculan dan menambah koleksi museum. Bagi siapa saja yang berkunjung, Site Museum Lembah Cisaar bukan sekadar tempat melihat fosil, melainkan pengalaman menyusuri lorong waktu dan menyaksikan bagaimana Sumedang menyimpan jejak kehidupan yang luar biasa dari masa lalu.