Menelusuri Jejak Tradisi di Kampung Adat Dukuh Dalam, Permata Tersembunyi di Kaki Tiga Gunung

Jabar Tourism
2 minute read
0

Kampung Adat Dukuh Dalam (sumber : facebook/Ahli Riwayat Vlog)

Tak banyak yang tahu bahwa di balik keanggunan tiga gunung di Kabupaten Garut—Gunung Batu Cupak, Gunung Dukuh, dan Gunung Batu—tersembunyi sebuah kampung adat yang masih lestari dengan segala kearifan lokalnya. Kampung Adat Dukuh Dalam bukan hanya soal lanskap alam yang memesona, tapi juga tentang bagaimana sebuah komunitas tetap teguh menjaga warisan budaya leluhur di tengah gempuran modernisasi.


Begitu kaki menapak di kampung ini, nuansa damai langsung menyapa. Deretan rumah kayu berbaris rapi, tanpa kaca, tanpa dinding beton, apalagi atap genteng. Sebagai gantinya, atap dari ijuk dan alang-alang melindungi setiap hunian, menciptakan kesan alami yang menyatu dengan sejuknya udara pegunungan. Kampung yang berada di Kecamatan Cikelet ini seolah mengajak siapa pun untuk menepi sejenak dari riuhnya kehidupan kota.


Kampung Adat Dukuh Dalam terdiri dari 36 rumah, termasuk sebuah balai rakyat tempat berkumpulnya warga dalam kegiatan adat dan musyawarah. Di antara rumah-rumah itu, ada satu yang tampak lebih tinggi dari lainnya—rumah sang juru kunci. Bukan tanpa alasan, posisi rumah ini mencerminkan peran penting sang pemimpin adat yang dihormati oleh seluruh warga kampung.


Suasana di kampung ini sangat jauh dari kesan modern. Namun justru di sanalah daya tarik utamanya. Arsitektur rumah yang seragam namun sarat makna, menjadi simbol kekompakan sekaligus penghormatan terhadap filosofi hidup nenek moyang mereka. Tak ada kemewahan, tapi setiap detail memancarkan kearifan.


Bukan hanya tempat tinggal, Kampung Adat Dukuh Dalam juga memiliki fasilitas pendukung kehidupan spiritual warganya. Sebuah musala berdiri sederhana namun kokoh, menjadi pusat ibadah bagi masyarakat sekitar. Di sisi lain kampung, sebuah madrasah kecil hadir sebagai tempat anak-anak menimba ilmu agama, menanamkan nilai-nilai luhur sejak dini.


Bagi pengunjung yang datang untuk lebih dari sekadar melihat-lihat, kampung ini menyediakan sebuah rumah khusus untuk melakukan “penyepenan” atau retret spiritual. Di sinilah para tamu bisa berdiam diri, merenung, dan merasakan kedekatan dengan alam serta sisi spiritualitas mereka sendiri.


Namun, yang paling sakral dari semuanya adalah makam Syekh Abdul Jalil—leluhur dan tokoh penting dalam sejarah kampung ini. Letaknya tersembunyi di hutan kaki Gunung Dukuh. Untuk mencapainya, peziarah harus mendaki jalur alami yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Sebelum menapak ke makam, setiap peziarah diwajibkan menyucikan diri dengan mandi dan berwudu di tempat yang telah disediakan. Ini bukan sekadar ritual, tapi bentuk penghormatan yang dalam terhadap tradisi dan spiritualitas yang dijaga ketat oleh warga.


Setiap hari Sabtu, makam ini ramai oleh para peziarah dari berbagai penjuru. Suasana yang tercipta tak hanya penuh ketenangan, tapi juga harapan dan kekhusyukan. Di sinilah, antara alam yang sunyi dan sakralitas tempat peristirahatan terakhir Syekh Abdul Jalil, para peziarah merasakan kedekatan spiritual yang sulit ditemukan di tempat lain.


Kampung Adat Dukuh Dalam bukan sekadar destinasi wisata. Ia adalah pelajaran hidup tentang kesederhanaan, harmoni dengan alam, dan keagungan budaya yang masih dijaga erat. Sebuah tempat yang layak dikunjungi bukan hanya dengan mata, tapi juga dengan hati.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)
May 23, 2025