Sejarah Perjalanan Kota Cimahi yang Masih Tersisa di Stasiun Cimahi

Jabar Tourism
2 minute read
0

Stasiun Cimahi (sumber : facebook/Pandu Budhiman)

Stasiun Cimahi, sebuah bangunan tua bergaya kolonial yang berdiri gagah di tengah hiruk-pikuk kota Cimahi, bukan sekadar tempat naik dan turun penumpang. Ia adalah saksi bisu dari geliat sejarah transportasi dan militer pada masa kolonial Belanda di tanah Priangan. Dibangun sebagai bagian dari proyek besar jalur kereta api yang menghubungkan Buitenzorg (kini Bogor) hingga Cicalengka, Stasiun Cimahi mulai beroperasi pada tahun 1884, di bawah pengelolaan perusahaan kereta api milik negara Belanda, Staatsspoorwegen (SS).


Jalur sepanjang 181 kilometer ini mulai digarap pada 1879 dan menjadi semacam "kalung besi" yang melilit dataran subur Priangan menuju Batavia. Tujuan utamanya jelas: mengangkut hasil bumi seperti karet, kopi, dan kina ke pelabuhan utama di Batavia secepat mungkin. Di masa itu, transportasi menggunakan Jalan Raya Pos memakan waktu berhari-hari, dan risiko hasil panen membusuk sebelum tiba di pelabuhan sangat tinggi. Jalur kereta menjadi solusi efisien, mempersingkat waktu tempuh hanya menjadi 6 hingga 8 jam saja.


Menurut Ketua Tjimahi Heritage, Machmud Mubarok, kemunculan Stasiun Cimahi bukan hanya penting secara ekonomi, tetapi juga strategis secara militer. Seiring dibangunnya Garnisun Cimahi sebagai pusat pelatihan dan markas besar tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger), stasiun ini diperbesar dan difungsikan sebagai simpul logistik. Keberadaannya sangat vital karena hanya beberapa langkah dari Rumah Sakit Dustira, rumah sakit militer tempat perawatan tentara kolonial yang terluka. “Tentara KNIL yang sakit atau terluka di pertempuran bisa langsung diturunkan di stasiun dan dibawa ke rumah sakit,” ujar Machmud.


Dulu, empat kereta berhenti di Halte Cimahi setiap harinya, termasuk rute dari Bogor ke Cicalengka dan dari Cianjur ke Cicalengka. Meski kecepatan rata-rata kereta hanya 25-30 km/jam, efisiensi yang ditawarkan menjadi revolusioner di masanya. Suasana masa lalu seolah masih berbisik dari sisa-sisa struktur bangunan yang kini masih berdiri, meski tak lagi utuh seperti dulu.


Water Toren Stasiun Cimahi (sumber : Facebook/Umi Sugiharti)

Salah satu peninggalan yang masih bisa disaksikan adalah tempat pengisian air untuk lokomotif uap, bangunan unik berbentuk kotak yang dulu menjadi bagian vital dari operasional kereta. Sayangnya, talang air yang menjadi ciri khas kini telah hilang. “Itu ciri khas Cimahi. Di sepanjang jalur Bandung-Cianjur, cuma Cimahi yang punya tempat pengisian air seperti itu,” tambah Machmud.


Kini, di bawah pengelolaan PT Kereta Api Indonesia, Stasiun Cimahi terus melayani masyarakat sambil membawa aroma nostalgia yang tak lekang waktu. Meskipun modernisasi perlahan merambah, nuansa heritage masih terasa, membiarkan kita sejenak menyusuri lorong-lorong waktu dari balik dinding-dinding yang menyimpan kisah panjang perjalanan sejarah bangsa.









Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)