![]() |
Naskah Sunda Kuno Sang Hyang Siksa Kandang Karesian (sumber : pinterest) |
Dunia kini kembali menoleh ke Nusantara. Dua peninggalan literasi dari tanah air berhasil menembus nominasi bergengsi Memory of the World (MoW) UNESCO periode 2024–2025. Adalah naskah kuno Sunda Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya sastrawan Melayu kenamaan, Hamzah Fansuri, yang diakui memiliki nilai sejarah dan budaya luar biasa, sehingga dinominasikan oleh Komite Penasihat Internasional MoW UNESCO dalam sidang eksekutif ke-221 yang digelar di Paris pada 11 April lalu.
Penetapan ini diumumkan secara resmi oleh Perpustakaan Nasional RI dan menjadi kebanggaan tersendiri, mengingat hanya 74 karya dari seluruh dunia yang berhasil lolos ke tahap nominasi. Indonesia tidak hanya menyumbang satu, melainkan lima dokumen berharga sekaligus, yang dianggap layak menjadi bagian dari ingatan kolektif dunia.
Menyusuri Jejak Ajaran Moral dari Tanah Pasundan
Di balik lembaran lusuh bertinta aksara Sunda kuno, tersimpan ajaran luhur yang begitu mendalam. Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, naskah yang kini terjaga rapi di Perpustakaan Nasional dengan nomor registrasi L 630, berasal dari abad ke-16 dan ditulis sekitar tahun 1518. Naskah ini bukan sekadar catatan masa lalu, tetapi juga cermin nilai-nilai kehidupan masyarakat Sunda kala itu—khususnya mengenai etika, kejujuran, dan integritas.
Tak hanya membahas soal ajaran moral, naskah ini juga menyentuh sisi sosial, politik, dan ekonomi masyarakat Sunda pada masa lampau. Menariknya, naskah ini turut menyinggung peran strategis seorang jurubasa darmamurcaya, yaitu penerjemah bahasa asing yang memainkan peran penting dalam diplomasi dan hubungan antarbangsa. Sebuah gambaran betapa masyarakat Sunda kala itu sudah melek akan pentingnya komunikasi lintas budaya.
Kepala Perpustakaan Nasional, E. Aminudin Aziz, menyebut bahwa pengajuan naskah ini ke register internasional merupakan upaya tunggal dari Indonesia untuk mengangkat kembali warisan leluhur agar dikenal lebih luas. Ia menekankan pentingnya menjadikan karya ini sebagai jembatan pengetahuan bagi generasi masa kini.
Hamzah Fansuri: Sang Pelopor Sastra Melayu Modern
Beralih ke ujung barat Indonesia, nama Hamzah Fansuri menjadi perwakilan dari jejak intelektual Melayu yang turut masuk dalam nominasi MoW. Melalui kolaborasi antara Perpustakaan Nasional RI dan Perpustakaan Negara Malaysia, karya-karya penyair dan pemikir sufistik ini didaftarkan sebagai bukti kejayaan intelektual di kawasan Melayu pada akhir abad ke-16.
Hamzah Fansuri dikenal sebagai tokoh yang merintis penulisan sistematis dalam bahasa Melayu. Ia menjadi pelopor diskusi ilmiah bernuansa keagamaan melalui karya-karyanya yang ditulis dalam bentuk puisi maupun prosa. Gaya bahasanya yang khas serta isi pemikirannya yang mendalam menjadikan tulisannya populer di berbagai wilayah, dari Aceh hingga Makassar, bahkan melintasi Selat Malaka ke Malaysia dan Singapura.
Karya-karyanya tidak hanya berpengaruh secara religius dan filosofis, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam perkembangan sastra Melayu yang berlanjut ke sastra modern Indonesia dan Malaysia. Aminudin Aziz menyatakan harapannya agar dengan masuknya Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan karya-karya Hamzah Fansuri ke dalam daftar Memory of the World, kedua warisan tersebut dapat lebih dikenal luas oleh publik, terutama generasi muda. Ia menegaskan pentingnya program pelestarian dokumen dan promosi nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Lebih lanjut, Pemerintah Indonesia pada periode 2024–2025 mengajukan lima dokumen untuk didaftarkan ke MoW UNESCO, di antaranya:
- Arsip Tarian Jawa Mangkunegaran (1861–1944), hasil kolaborasi Pura Mangkunegaran dan Arsip Nasional RI (ANRI).
- Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, oleh Perpustakaan Nasional RI.
- Karya-karya Hamzah Fansuri, hasil kerja sama Indonesia dan Malaysia.
- Surat dan Arsip R.A. Kartini, bersama ANRI, National Archives of Netherlands, dan Perpustakaan Universitas Leiden.
- Arsip Pembentukan ASEAN (1967–1976), bersama ANRI, arsip nasional Malaysia, Singapura, dan Arsip Film Thailand.
Dengan penambahan ini, Indonesia kini telah menyumbangkan total 16 warisan dokumenter ke dalam register dunia. Ini bukan sekadar prestasi, tapi juga wujud komitmen terhadap pelestarian sejarah dan budaya bangsa yang berharga.