![]() |
Festival Swarna Wastra Nusantara (sumber : Maxxindo Communication) |
Bandung tak hanya terkenal dengan udara sejuk, kuliner nikmat, dan pesona alamnya yang memikat, tapi juga sebagai kota yang penuh warna kreativitas. Sebagai salah satu kota kreatif dunia versi UNESCO, Bandung terus membuktikan diri sebagai rumah yang nyaman bagi para seniman, perajin, dan pelaku industri kreatif dari berbagai penjuru Nusantara. Salah satu buktinya adalah hadirnya Festival Swarna Wastra Nusantara, sebuah perayaan megah yang memadukan kekayaan budaya, ketekunan tangan-tangan terampil, dan semangat cinta produk lokal dalam satu wadah yang hangat dan membanggakan.
Digelar di Gedung Graha Manggala Siliwangi, festival ini resmi dibuka pada Rabu, 26 Mei 2025 dan menjadi magnet baru bagi masyarakat Bandung serta pengunjung dari luar kota. Selama lima hari penuh, mulai 28 Mei hingga 1 Juni 2025, para pengunjung bisa menikmati sajian kriya khas Indonesia yang autentik dan memikat, mulai dari batik klasik nan elegan, tenun yang kaya warna dan filosofi, hingga aksesori etnik yang menggoda untuk dibawa pulang.
Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, yang hadir membuka acara, menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terlibat dalam perhelatan istimewa ini. Ia menyebut festival ini bukan sekadar ajang pameran, tapi juga bentuk nyata dari kekuatan kreativitas bangsa.
“Batik, bordir, tenun—semuanya bukan sekadar kain atau motif. Itu adalah warisan leluhur yang membawa cerita, jati diri, dan kebanggaan kita sebagai bangsa,” ucap Erwin dengan penuh semangat.
Erwin juga menegaskan komitmen Pemerintah Kota Bandung dalam mendukung industri kerajinan lokal. Sebagai bagian dari jaringan Kota Kreatif UNESCO, Bandung tak henti membuka ruang bagi para pelaku UMKM dan perajin untuk tumbuh dan berkembang. Mulai dari pelatihan, dukungan promosi, hingga kemudahan perizinan, semuanya didorong agar kriya Indonesia bisa bersaing di pasar nasional bahkan menembus pasar global.
“Yuk, cintai karya anak bangsa. Jadilah pembeli yang bangga mengenakan produk lokal. Karena di balik setiap sulaman dan tenunan, ada kerja keras, ada cerita, dan ada cinta pada budaya sendiri,” ajaknya kepada seluruh masyarakat yang hadir.
Tak hanya pemerintah, semangat yang sama juga datang dari pihak penyelenggara. Yuwono, Ketua Penyelenggara Festival Swarna Wastra Nusantara, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas antusiasme dan dukungan dari banyak pihak.
“Tahun ini kami mengundang 96 peserta dari seluruh Indonesia, termasuk dari daerah timur seperti NTT dan Palembang. Ada juga UMKM dari Bandung yang baru pertama kali ikut pameran, ini pengalaman berharga buat mereka,” ujarnya bangga.
Festival ini menyuguhkan ragam tenant yang begitu menggoda mata dan hati. Ada tenun ikat dari Sumba Timur dan NTT yang memesona dengan motif khasnya, bordir halus dari Tasikmalaya yang tampak anggun dalam setiap detail, serta batik klasik dari Cirebon, Solo, Klaten, dan Sampang yang selalu mencuri perhatian. Tak ketinggalan, batu rimba dari Kalimantan, kosmetik lokal buatan UMKM, hingga produk-produk unggulan dari Dekranasda Kota Bandung turut meramaikan festival ini.
Dengan hanya membayar tiket masuk sebesar Rp10.000, pengunjung sudah bisa menikmati semua keindahan dan kekayaan budaya yang dipamerkan. Bukan cuma belanja atau sekadar melihat-lihat, festival ini juga menjadi ruang belajar—mengenal lebih dalam makna di balik selembar kain, menyerap filosofi yang tertuang dalam motif-motif tradisional, dan tentu saja membangun rasa bangga pada budaya sendiri.
Di tengah arus modernisasi dan gempuran tren global, Festival Swarna Wastra Nusantara hadir sebagai pengingat bahwa budaya Indonesia punya daya tarik dan nilai yang tak kalah tinggi. Lewat perayaan ini, Bandung kembali menunjukkan jati dirinya: kota yang tak hanya kreatif, tapi juga peduli, terbuka, dan terus bergerak merawat kekayaan budayanya.