![]() |
Bandoengsche Melk Centrale (sumber : pinterest) |
Jika kamu sedang jalan-jalan ke Bandung dan ingin merasakan nuansa tempo dulu yang berpadu dengan cita rasa otentik, mampirlah ke Bandoengsche Melk Centrale, atau yang lebih akrab disebut BMC. Kedai susu legendaris yang satu ini bukan hanya tempat nongkrong biasa—ia menyimpan sejarah panjang yang menjadi bagian penting dari kisah Bandung itu sendiri.
Kisah BMC dimulai dari peristiwa yang tak banyak diketahui orang. Pada tahun 1903, sebuah kapal dari Prancis bernama La Seyne berlabuh di Tanjung Priok, membawa kelompok The Dutch Boers—para pemukim asal Belanda yang sebelumnya tinggal di Afrika Selatan. Mereka kemudian menetap di dataran tinggi Jawa Barat seperti Lembang dan Pengalengan, yang terkenal subur dan sejuk.
Para Boers ini membawa serta ilmu peternakan modern dari negeri asalnya dan mulai mengembangkan peternakan sapi perah di tanah Sunda. Tujuannya? Menghasilkan susu segar berkualitas tinggi, layaknya susu dari wilayah Friesland di Belanda. Dari sinilah cikal bakal berdirinya Bandoengsche Melk Centrale di tahun 1928—sebuah pusat pengolahan susu yang kala itu menjadi satu-satunya di Hindia Belanda.
Bandung, Friesland-nya Hindia Belanda
Pada masa jayanya, BMC bukan hanya sekadar tempat jual beli susu. Ia menjadi pusat pengolahan utama dari berbagai peternakan di Bandung yang pada tahun 1938 sudah memproduksi lebih dari 10.000 liter susu setiap hari! Susu-susu ini dikumpulkan di BMC untuk dipasteurisasi, lalu disalurkan ke berbagai pelanggan di dalam dan luar kota.
Tak heran jika muncul slogan legendaris dari direktur BMC kala itu: "Vergeet U niet, dat er in geheel Nederlandsch Oost-Indie slechst een Melk centrale is, en dat is de Bandoengsche Melkcentrale!"
(“Jangan lupa, bahwa di seluruh Nusantara hanya ada satu pusat susu, dan itu adalah Bandoengsche Melk Centrale!”)
Tak hanya BMC, kawasan lain di Jawa Barat seperti Cisarua, Lembang, dan Situ Cileunca pun dipenuhi oleh perusahaan susu yang dikelola orang Eropa. Jumlah dan kualitas produksi yang luar biasa ini membuat wilayah Priangan dijuluki Friesland in Indie—Friesland-nya Hindia Belanda.
Dari Masa Penjajahan ke Masa Kini
BMC mengalami pasang surut. Dari tangan Belanda berpindah ke Jepang yang sempat mengganti namanya menjadi Koperasi Soesoe Bandoeng, lalu setelah kemerdekaan, BMC diambil alih oleh pemerintah daerah Jawa Barat. Pada 1954, perusahaan lokal Kerta Sari Mamin mulai mengelolanya, hingga kini berada di bawah PT Agronesia.
Namun satu hal yang tak berubah: kualitas dan rasa khas dari produk olahan susu BMC tetap dijaga hingga hari ini.
Wisata Kuliner Bernuansa Nostalgia
Kini, BMC bukan hanya pusat susu, tapi juga destinasi kuliner yang wajib masuk bucket list saat kamu ke Bandung. Beragam menu bisa kamu nikmati di sini, mulai dari susu murni, milkshake, yogurt cocktail, hingga hidangan makanan berat seperti nasi liwet, sup buntut, gado-gado, nasi bakar, sampai dessert legendaris seperti klappertaart dan crepes.
Soal harga? Tenang saja, semua menu dibanderol cukup ramah di kantong, mulai dari Rp5.000 hingga Rp50.000. Tempatnya juga nyaman untuk nongkrong bersama teman, keluarga, atau sekadar santai sore menikmati segelas susu dan sepotong kue klasik.
Lokasi Strategis dan Jam Operasional
Kamu bisa mengunjungi BMC di Jl. Aceh No. 30, Bandung, mulai pukul 08.00 pagi hingga 23.00 malam. Mau suasana yang lebih modern? Kunjungi juga cabangnya di Paris Van Java Mall, lantai 1.
Bandoengsche Melk Centrale (BMC) – Info Lokasi:
Alamat Utama: Jl. Aceh No. 30, Bandung
Telepon: (022) 4204595
Cabang: Paris Van Java Lt.1 – Jl. Sukajadi No. 137–139, Bandung
Jam Buka: 08.00 – 23.00 WIB
Kenapa Harus Mampir ke BMC?
🌿 Nuansa vintage penuh sejarah
🥛 Susu murni legendaris sejak 1928
🍽️ Menu kuliner lengkap dari camilan hingga makanan berat
💸 Harga bersahabat
📸 Spot foto instagramable untuk pecinta heritage cafe
Jadi, kalau kamu ingin merasakan Bandung dari sisi klasik dan lezat dalam satu tempat, BMC adalah jawabannya. Segelas susu, sejuta cerita—semua tersaji hangat di sini.