Evaluasi CPUGGp 2025 Berakhir, Tim UNESCO Tinggalkan Kesan Mendalam

Jabar Tourism
0

Press Conference Closing of The 2025 CPUGGp (sumber : facebook/Zarslaksana Picnic Organizer)

Udara hangat dan debur ombak di pesisir selatan Sukabumi tak hanya memikat wisatawan, tetapi juga meninggalkan kesan mendalam bagi dua evaluator UNESCO yang baru saja menyelesaikan proses revalidasi Ciletuh-Palabuhanratu UNESCO Global Geopark (CPUGGp) 2025. Acara penutupan revalidasi berlangsung pada Kamis malam (3/7/2025) di Grand Inna Samudera Beach Hotel, dan menjadi momentum penuh apresiasi terhadap keindahan alam dan kekuatan budaya lokal.


Bojan Rezun, evaluator asal Slovenia, menyampaikan kekagumannya bukan hanya pada lanskap geologi Ciletuh yang memesona, tetapi lebih pada bagaimana masyarakat setempat terlibat aktif dalam merawat kawasan tersebut. Menurutnya, Ciletuh bukan sekadar geopark, tapi sebuah ekosistem kehidupan yang memperlihatkan harmoni antara manusia dan alam.


“Saya tak hanya melihat kekayaan batuan dan bentang alam, tetapi juga semangat luar biasa dari masyarakat yang menjaganya. Ini adalah pengalaman yang emosional dan sangat berbeda dari geopark lain di dunia,” ujar Bojan.


Yang paling berkesan baginya adalah kunjungan ke Kasepuhan Adat Sinaresmi. Di sana, ia menyaksikan langsung bagaimana kearifan lokal menjadi benteng pelestarian lingkungan di tengah arus modernisasi.


“Saya benar-benar merasa tersentuh. Komunitas di desa adat itu hidup begitu selaras dengan alam. Mereka bukan hanya menjaga hutan dan tanah leluhur, tapi juga menanam nilai-nilai pelestarian kepada generasi mudanya,” tambahnya.


Bukan Infrastruktur Besar, Tapi Pengembangan yang Bijak

Bojan menekankan, yang dibutuhkan Geopark Ciletuh ke depan bukanlah pembangunan fisik besar-besaran. Justru, ia mengimbau pentingnya pengembangan yang bertumpu pada keberlanjutan—baik dari sisi ekologi maupun budaya.


“Ciletuh punya potensi wisata luar biasa. Tapi perlu dijaga agar tidak kehilangan identitasnya. Komersialisasi boleh saja, tapi harus tetap mengakar pada pelestarian lingkungan,” tegasnya.


Zhang Cheng Gong, evaluator dari Tiongkok, juga tak kalah memberikan pujian. Ia menyebut proses revalidasi kali ini sebagai salah satu yang terbaik dalam pengalaman evaluasi UNESCO.


“Persiapannya luar biasa. Tim BP CPUGGp berhasil menyatukan berbagai sektor untuk bekerja sama. Ini contoh sinergi yang jarang terlihat,” ucapnya singkat namun penuh arti.


Komitmen Lokal di Tengah Tantangan

Di balik keberhasilan ini, ada cerita perjuangan yang tidak ringan. Ketua Harian Badan Pengelola CPUGGp, Aat Suwanto, mengakui bahwa revalidasi kali ini berlangsung di tengah kondisi yang cukup berat. Beberapa wilayah terdampak longsor dan persoalan akses masih menjadi tantangan tersendiri. Namun, semangat untuk tetap menjalankan proses revalidasi tak pernah surut.


“Kita memang diterpa ujian, tapi semangat kami tak luntur. Ini adalah wujud nyata komitmen kami untuk terus menjaga dan mengembangkan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu,” kata Aat dengan penuh keyakinan.


Lebih dari Sekadar Warisan Alam

Revalidasi UNESCO bukan hanya tentang status internasional. Lebih dari itu, ini adalah pengakuan dunia terhadap kekayaan alam, budaya, dan semangat masyarakat yang hidup di dalamnya. Geopark Ciletuh-Palabuhanratu kini kembali mencatatkan babak penting dalam sejarahnya—membuktikan bahwa destinasi wisata berbasis pelestarian bisa menjadi kekuatan utama pembangunan yang berkelanjutan.


Jadi, bagi kamu yang ingin menyatu dengan keindahan alam sambil menyelami budaya lokal yang sarat nilai, Ciletuh-Palabuhanratu adalah destinasi yang wajib masuk daftar liburanmu tahun ini.



Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)