![]() |
Sate Kalong khas Cirebon (sumber : instagram/saegaleri) |
Jika Anda sedang merencanakan liburan ke Cirebon dan termasuk pencinta wisata kuliner, maka satu hidangan malam yang tak boleh Anda lewatkan adalah Sate Kalong. Namanya mungkin terdengar sedikit menyeramkan—karena “kalong” berarti kelelawar—tapi tenang saja, sajian khas ini tidak ada hubungannya dengan daging kelelawar. Justru, Sate Kalong adalah kuliner khas Cirebon yang berbahan dasar daging kerbau dan hanya dijajakan saat malam hari.
Mengapa dinamakan Sate Kalong? Nama ini diberikan karena sate ini hanya dijual pada malam hari, mulai pukul 17.00 hingga tengah malam. Seperti kalong alias kelelawar yang aktif saat matahari tenggelam, pedagang sate ini pun baru mulai membuka lapaknya selepas senja. Kuliner unik ini sudah ada sejak awal 1900-an dan masih eksis hingga kini, menjadi bagian dari warisan kuliner tradisional Kota Udang.
Salah satu penjual yang masih melestarikan resep turun-temurun ini adalah Bang Didi, generasi keenam penjual Sate Kalong di kawasan Jalan Pecinan, Lemahwungkuk, Kota Cirebon. “Ini bukan daging kelelawar, tapi daging kerbau. Namanya Kalong karena jualannya memang malam hari,” jelas Didi saat ditemui di lapaknya.
Proses Pengolahan yang Unik dan Penuh Cita Rasa
Sate Kalong tidak hanya menarik dari sisi sejarah dan waktu berjualannya, tetapi juga dari cara pengolahannya yang khas dan jelas berbeda dari sate pada umumnya. Daging kerbau dipilih karena teksturnya yang khas, serta alasan sejarah: pada masa lalu, banyak masyarakat Cirebon yang menganut agama Hindu dan menghindari konsumsi daging sapi, sehingga kerbau menjadi alternatif yang ideal.
Potongan daging kerbau ini terlebih dahulu direbus hingga empuk, kemudian dibaluri bumbu khas yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, ketumbar, garam, dan air asam jawa. Yang membuatnya istimewa, potongan daging kemudian dicelupkan ke dalam larutan gula merah sebelum dibakar.
Hasilnya? Aroma manis yang menyerupai dendeng, berpadu dengan sensasi gurih dari bumbu tradisional. Saat dibakar, lelehan gula merah menciptakan lapisan karamel tipis yang harum dan menggoda. Tak heran jika siapa pun yang mencium aromanya langsung tergoda untuk mencicipi.
Kelezatan yang Bertahan di Tengah Modernitas
Di tengah maraknya makanan cepat saji dan hidangan kekinian, Sate Kalong tetap mempertahankan cita rasa aslinya. Dibakar dengan arang dan disajikan hangat-hangat, sate ini biasa disantap dengan lontong dan kadang tanpa sambal kacang, agar rasa manis gurihnya lebih terasa.
Seporsi Sate Kalong berisi sekitar 10 tusuk sate, dan dibanderol dengan harga yang ramah di kantong, yaitu sekitar Rp20.000 – Rp30.000 per porsi. Cukup terjangkau untuk pengalaman kuliner yang autentik dan penuh cerita sejarah.
Cocok untuk Wisata Malam di Cirebon
Jika Anda mencari pengalaman kuliner malam yang berbeda di Cirebon, Sate Kalong adalah pilihan yang tepat. Anda tidak hanya mencicipi makanan yang enak, tetapi juga menikmati sepotong sejarah dan budaya lokal yang telah bertahan lebih dari satu abad.
Sambil berjalan-jalan malam di kawasan Pecinan atau setelah menjelajah objek wisata siang hari seperti Keraton Kasepuhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, atau Gua Sunyaragi, mampirlah ke lapak Sate Kalong dan rasakan kehangatan dari tusuk demi tusuk satenya.
Cirebon memang tidak pernah kehabisan kejutan dalam hal wisata kuliner. Selain makanan legendaris seperti empal gentong dan nasi jamblang, Sate Kalong menawarkan rasa, aroma, dan cerita yang tak kalah menarik. Jadi, jika Anda tengah berada di Cirebon, sempatkan diri berburu kuliner malam dan rasakan sendiri nikmatnya sate yang hanya muncul saat matahari terbenam ini. Jangan hanya dengar dari cerita—datang dan rasakan sendiri kelezatan Sate Kalong Cirebon. Selamat mencoba!
Ingin tahu kuliner malam lainnya di Cirebon atau rekomendasi wisata lainnya? Jangan lupa bookmark blog ini dan ikuti terus update terbaru dari kami!