![]() |
Seren Taun di Kasepuhan Gelar Alam Sukabumi (sumber : facebook/Uze Photograpy) |
Pernahkah kamu membayangkan sebuah desa adat yang tetap hidup dengan tradisinya selama ratusan tahun, namun tak menutup diri dari teknologi? Di tengah sejuknya pegunungan Halimun, Sukabumi, berdirilah sebuah komunitas masyarakat adat yang begitu tangguh menjaga warisan leluhur—Kasepuhan Gelar Alam.
Berada di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, desa adat ini bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah pusat kearifan lokal, ruang hidup budaya, sekaligus destinasi wisata yang menawarkan pengalaman tak terlupakan. Saat kaki melangkah ke kawasan ini, seakan waktu melambat. Udara dingin nan segar menyapa, dan suasana damai menyelimuti setiap sudut kampung.
Hidup Berdampingan dengan Alam: Ketahanan Pangan Puluhan Tahun
Salah satu hal yang membuat Kasepuhan Gelar Alam begitu istimewa adalah sistem pertanian tradisionalnya yang sangat kuat. Di sini, warga menanam padi sekali dalam setahun tanpa bantuan pupuk kimia ataupun pestisida. Padi yang dihasilkan tak dijual, melainkan disimpan di leuit (lumbung padi) sebagai cadangan pangan. Bahkan, stok beras mereka cukup untuk kebutuhan lebih dari 30.000 jiwa hingga sepuluh tahun ke depan.
Coba bayangkan, di era serba instan ini, masih ada komunitas yang mengandalkan kalender musim, tata cara tanam tradisional, dan nilai gotong royong dalam bertani. Sebuah pelajaran besar bagi kita yang tinggal di kota.
Harmoni Adat dan Teknologi yang Jarang Ditemui
Meski memegang teguh adat istiadat, masyarakat Kasepuhan Gelar Alam bukan berarti anti-modernisasi. Justru mereka mampu memilih dengan bijak teknologi apa yang bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.
Desa ini sudah punya pembangkit listrik mikrohidro yang dikelola sendiri. Selain menyediakan listrik untuk kebutuhan harian, juga digunakan untuk siaran radio komunitas, televisi lokal, bahkan jaringan internet terbatas. Unik, kan? Masyarakat adat yang tetap berkain, berselendang, dan tinggal di rumah kayu bisa dengan santai menonton berita atau berkomunikasi via ponsel.
Seren Taun: Merayakan Syukur dan Warisan Leluhur
![]() |
Seren Taun di Kasepuhan Gelar Alam Sukabumi (sumber : facebook/Uze Photograpy) |
Setiap tahunnya, ribuan pengunjung datang menyaksikan puncak acara Ngampih Pare ka Leuit Si Jimat, saat padi hasil panen secara simbolis disimpan ke dalam lumbung pusaka oleh sesepuh adat. Prosesi ini diiringi kidung, suling, kecapi, hingga tari-tarian tradisional yang menggetarkan hati.
Dalam Seren Taun, kamu juga bisa melihat rengkong, dogdog lojor, debus, gondang buhun, hingga pasar rakyat yang menjual kerajinan tangan dan hasil bumi lokal. Rasanya seperti menyelami zaman dulu, tetapi dalam suasana yang tetap hangat dan meriah.
Wisata Budaya dan Alam yang Selaras
Berkunjung ke Kasepuhan Gelar Alam bukan sekadar jalan-jalan biasa. Kamu akan diajak memahami filosofi hidup yang berakar dari keselarasan dengan alam, saling menghormati, dan kemandirian.
Dengan lanskap pegunungan yang memesona, udara bersih, serta kehidupan masyarakat yang ramah, Kasepuhan ini cocok untuk wisata budaya, edukasi, bahkan retret spiritual. Lokasinya pun relatif mudah dijangkau dari Jakarta atau Bandung, sekitar 4–5 jam perjalanan darat menuju wilayah Cisolok, Sukabumi.
Tips Berkunjung ke Kasepuhan Gelar Alam
- Waktu Terbaik: Saat perayaan Seren Taun, biasanya digelar antara September–Oktober.
- Etika Wisata: Gunakan pakaian sopan, hormati adat setempat, dan hindari mengganggu aktivitas warga.
- Bawa Uang Tunai: Di area kasepuhan belum tersedia banyak fasilitas perbankan.
- Penginapan: Bisa menginap di homestay warga atau penginapan sederhana di sekitar Cisolok dan Pelabuhan Ratu.
![]() |
Perempuan Muda di Kasepuhan Gelar Alam Sukabumi (sumber : facebook/Uze Photograpy) |
Kasepuhan Gelar Alam bukan sekadar desa adat—ia adalah cermin kebijaksanaan nenek moyang yang masih lestari hingga kini. Bagi kamu yang haus akan pengalaman wisata yang autentik, penuh nilai, dan menenangkan jiwa, destinasi ini wajib masuk bucket list.
Tak hanya melihat budaya, kamu akan merasakan budaya itu sendiri. Di sini, kita belajar bahwa hidup bisa sederhana, namun tetap kaya. Kaya akan makna, solidaritas, dan keberlanjutan.
Tertarik menjelajah lebih jauh Sukabumi dan desa adat lainnya? Jangan lupa follow blog ini dan temukan cerita-cerita wisata lokal yang jarang diketahui orang!