![]() |
Masjid Agung Syech Quro Karawang (sumber: google maps/Masjid Agung Karawang) |
Pernahkah kamu membayangkan berdiri di sebuah tempat yang sudah ada bahkan sebelum kota-kota besar di Jawa berkembang pesat? Sebuah masjid yang menjadi saksi bisu awal mula masuknya Islam ke Pulau Jawa, dan masih kokoh hingga hari ini?
Selamat datang di Masjid Agung Syech Quro Karawang, sebuah destinasi religi yang bukan hanya menghadirkan keindahan arsitektur, tetapi juga menyimpan cerita panjang penyebaran Islam di tanah Pasundan. Jika kamu pencinta wisata sejarah, spiritual, dan budaya, masjid ini adalah salah satu tempat yang wajib masuk dalam daftar kunjunganmu di Karawang, Jawa Barat.
Bukan Sekadar Masjid, Tapi Titik Awal Penyebaran Islam di Tanah Jawa
Dibangun pada tahun 1418 Masehi, atau lebih dari 600 tahun yang lalu, Masjid Agung Syech Quro diyakini sebagai masjid tertua di Pulau Jawa. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga menjadi pusat dakwah pertama di Karawang. Di sinilah Syekh Quro, seorang ulama besar dengan nama lengkap Syekh Hasanudin bin Yusuf Sidik, memulai misinya menyebarkan Islam melalui sebuah pesantren kecil.
Bermula dari pondok pesantren berukuran 9x9 meter, bangunan ini tumbuh menjadi masjid besar yang terus direnovasi dan dilestarikan oleh para pemimpin Karawang dari masa ke masa. Sejak awal berdirinya, masjid ini tidak pernah kehilangan perannya sebagai pusat spiritual dan budaya masyarakat.
Lokasi Strategis di Dekat Sungai Bersejarah
Salah satu hal menarik dari masjid ini adalah letaknya yang sangat strategis pada zamannya. Masjid ini dibangun tak jauh dari Pelabuhan Sundapura Padjajaran, sebuah pelabuhan penting di tepi Sungai Citarum yang dulu menjadi jalur perdagangan dan penyebaran budaya. Sekarang, kawasan tersebut dikenal dengan nama Kampung Poponcol, Jebug, dan Bunut.
Letaknya yang kini berada di kawasan Alun-alun Barat Karawang Kulon membuat masjid ini mudah dijangkau dan menjadi titik sentral dalam kegiatan keagamaan warga Karawang.
Jejak Para Tokoh dan Renovasi Penuh Nilai Sejarah
Berjalan menyusuri pelataran masjid, kamu bukan hanya akan melihat keindahan bangunan dan ketenangan suasananya, tetapi juga merasakan aura sejarah yang begitu kental. Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi:
- Tahun 1635, oleh Raden Singaperbangsa, Bupati pertama Karawang.
- Tahun 1747, renovasi kedua oleh Bupati keempat Raden Mochamad Sholeh Singaperbangsa, yang bahkan dimakamkan di serambi masjid bagian selatan.
- Tahun 1957, Bupati ke-15 Raden Tohir Mangku Dijoyo memperluas dan memperindah bangunan, dan beliau pun dimakamkan di kompleks masjid.
- Renovasi selanjutnya oleh Kolonel Husni Hamid (1967) dan Kolonel Sumarmo Suradi (1989–1994) membuat masjid ini menjelma menjadi bangunan seluas 2.230 meter persegi.
- Terakhir, pada tahun 2017, Bupati Cellica Nurrachadiana kembali melakukan perluasan agar masjid ini semakin nyaman dan megah sebagai pusat ibadah dan wisata religi.
Suasana Damai, Arsitektur Khas, dan Energi Spiritual yang Kuat
Masjid Agung Syech Quro bukan hanya menarik secara historis, tapi juga menghadirkan suasana yang menenangkan. Desain arsitekturnya memadukan nuansa tradisional dengan sentuhan modern dari hasil renovasi, menciptakan kenyamanan bagi para jamaah maupun wisatawan.
Bagi wisatawan religi atau pencinta sejarah, tempat ini bukan sekadar destinasi, tapi sebuah pengalaman spiritual yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Kamu bisa merasakan sensasi seolah sedang menapaki jejak para wali dan ulama terdahulu yang menyebarkan ajaran Islam dengan penuh keikhlasan.
Tips Berkunjung ke Masjid Agung Syech Quro Karawang
Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari atau menjelang Magrib, ketika suasana masjid sangat syahdu.
Kenakan pakaian yang sopan dan tertutup, karena ini adalah tempat ibadah.
Jangan lupa untuk mampir ke area makam tokoh-tokoh Karawang yang dimakamkan di sekitar masjid, sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah.
Masjid Agung Syech Quro bukan hanya tempat suci, tapi juga warisan budaya yang menyatukan iman, sejarah, dan keindahan. Saat kamu berkunjung ke Karawang, sempatkan diri untuk menjejakkan kaki di tanah penuh berkah ini—di mana Islam di Jawa pernah bertumbuh dari titik nol.