Museum Talaga Manggung: Menjelajahi Jejak Kerajaan Kuno di Majalengka

Jabar Tourism
0

Pintu Gerbang Museum Talaga Manggung (sumber : pinterest)

Jika Anda sedang merencanakan liburan ke Majalengka, jangan hanya terpaku pada keindahan alamnya saja. Kabupaten di Jawa Barat ini ternyata juga menyimpan situs sejarah yang tak kalah menarik—Museum Talaga Manggung, sebuah destinasi wisata budaya yang menyimpan cerita panjang tentang kejayaan masa lalu.


Terletak di Kecamatan Talaga, sekitar 28 kilometer dari pusat kota Majalengka, museum ini begitu mudah diakses. Letaknya yang berada di pinggir jalan utama dan tak jauh dari Alun-alun Kecamatan Talaga membuatnya bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum.


Museum Talaga Manggung bukan sekadar bangunan tua yang menyimpan benda bersejarah. Ia adalah jejak nyata eksistensi Kerajaan Talaga yang pernah berdiri megah di Majalengka pada tahun 1371 hingga 1819. Di sinilah kita bisa menyaksikan langsung peninggalan kerajaan yang pernah berjaya di tanah Parahyangan.


Nuansa Tradisional yang Kental

Memasuki kawasan museum, pengunjung akan langsung merasakan atmosfer budaya yang kuat. Di halaman depan, terdapat dua batu kuno yaitu Lingga Yoni dan Batu Palungguhan—tempat duduk Raja dan Ratu Talaga. Di bagian belakang, berdiri Leuit Kemendeti, lumbung tradisional, serta beberapa bangunan adat yang memperkaya nuansa khas Talaga.


Bangunan utama museum digunakan untuk memamerkan koleksi benda-benda peninggalan Kerajaan Talaga. Mulai dari patung perunggu Simbar Kancana dan Raden Panglurah, aneka senjata pusaka seperti keris, tombak, kujang, hingga meriam cetbang yang mencerminkan teknologi peperangan masa lampau. Ada pula koin gobog berlubang, alat tukar zaman kerajaan, serta beragam peralatan dapur, guci, lonceng, gamelan, dan teko air suci.


Tradisi Sakral yang Masih Dilestarikan

Salah satu daya tarik unik dari Museum Talaga Manggung adalah keberlangsungan tradisi “Nyiramkeun Pusaka”, sebuah ritual penyucian benda pusaka yang dilaksanakan secara berkala. Tradisi ini dilakukan dengan menggunakan air dari sembilan mata air keramat, seperti dari Gunung Bitung, Situ Sangiang, Ciburuy, hingga Nunuk.


Air dari sumber mata air ini diangkut menggunakan bambu kuning dan dibawa ke museum oleh para juru kunci. Setelah melalui proses doa secara Islam, air kemudian digunakan untuk menyucikan arca, senjata, hingga gamelan peninggalan kerajaan.


Prosesi ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata budaya, tetapi juga merupakan simbol silaturahmi antarketurunan kerajaan dan upaya melestarikan warisan leluhur. Filosofi yang dipegang pun dalam: “Jaga Talaga Jang Jaga”—merawat Talaga adalah menjaga jati diri.


Asal Usul Museum Talaga Manggung

Museum ini berawal dari sebuah bangunan bernama “Bumi Alit”, yang dibangun sekitar tahun 1820 pada masa Pangeran Sumanagara. Setelah pemerintahan Kerajaan Talaga dipindahkan oleh pemerintah Hindia Belanda, Bumi Alit menjadi simbol keberlanjutan sejarah di tengah perubahan zaman.


Kesadaran akan pentingnya pelestarian sejarah membuat Keprabonan Talaga membentuk Yayasan Talaga Manggung pada tahun 1991. Dua tahun berselang, Pemerintah Kabupaten Majalengka melakukan pemugaran dan secara resmi menjadikan bangunan ini sebagai Museum Talaga Manggung.


Destinasi Edukatif dan Budaya

Museum ini sangat cocok untuk wisata keluarga, pelajar, maupun pecinta sejarah yang ingin belajar tentang masa lalu tanah Sunda. Selain belajar sejarah, pengunjung juga bisa merasakan atmosfer sakral dan budaya khas yang tak ditemukan di tempat lain.


Tertarik berkunjung? Jangan lupa siapkan kamera dan hati yang terbuka untuk menyerap cerita masa lalu yang masih hidup di Museum Talaga Manggung. Karena setiap sudutnya menyimpan kisah, dan setiap bendanya berbicara tentang kejayaan Talaga yang tak boleh dilupakan.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)