![]() |
Gabus Pucung khas Bekasi (sumber : Bekasi Food) |
Jika ada satu masakan yang bisa merangkum rasa, sejarah, dan identitas Bekasi dalam satu suapan, jawabannya adalah gabus pucung. Hidangan berkuah hitam pekat ini bukan sekadar santapan, melainkan kisah panjang tentang kreativitas masyarakat Betawi di tengah keterbatasan, yang kini menjelma menjadi ikon kuliner dan daya tarik wisata kuliner di Bekasi.
Pada masa kolonial Belanda, masyarakat pribumi jarang bisa menikmati ikan-ikan “kelas atas” seperti mas, mujair, atau bandeng. Harganya mahal, sulit dijangkau, dan lebih sering menghiasi meja makan kaum penjajah. Namun, orang Betawi punya cara cerdas: mencari sumber protein lain yang lebih mudah ditemukan di alam.
Mereka pun jatuh hati pada ikan gabus—penghuni setia rawa, empang, dan sungai yang kala itu bertebaran di Jakarta dan Bekasi. Ditambah pucung atau kluwek, buah berwarna hitam yang tumbuh di tepi sungai, lahirlah racikan sederhana namun memikat: ikan gabus goreng berpadu kuah hitam pucung. Teksturnya lembut, rasanya gurih-pedas, dan aromanya khas, mengingatkan pada rawon dari Jawa Timur.
Gabus pucung mulai populer di Bekasi sejak 1980-an, meski jejak keberadaannya jauh lebih lama. Saat itu, ia adalah hidangan sehari-hari, jauh dari kesan “mewah” seperti sekarang.
Tradisi Nyorog dan Kehangatan Silaturahmi
Gabus pucung tak sekadar mengenyangkan perut—ia juga mengikat hati. Setiap jelang Ramadan, masyarakat Betawi menghidupkan tradisi nyorog: mengantarkan rantang berisi nasi, gabus pucung, dan lauk lain kepada orang tua, mertua, atau kerabat yang lebih tua.
Tradisi ini adalah simbol kasih sayang dan penghormatan. Di banyak kampung Bekasi, pemandangan orang membawa rantang penuh hidangan khas ini masih sering terlihat menjelang bulan puasa. Saat Lebaran, gabus pucung pun kembali hadir di meja makan, berdampingan dengan pecak bandeng dan sayur-sayur khas Betawi.
Dari Santapan Rakyat ke Menu Mewah
Ironisnya, kini ikan gabus justru menjadi komoditas mahal. Kelangkaan membuat setiap porsi gabus pucung terasa seperti hidangan istimewa. Di restoran Betawi, harga seporsinya bisa menguras dompet sedikit lebih dalam—namun penggemarnya tak pernah surut. Banyak yang rela membayar demi menikmati rasa autentik dan kenangan yang tersaji di setiap suapan.
Wisata Kuliner: Di Mana Bisa Mencicipi Gabus Pucung Asli Bekasi?
Bagi Anda yang ingin menyelami cita rasa asli Bekasi, berikut beberapa rekomendasi tempat berburu gabus pucung legendaris:
- Warung Makan Gabus Pucung Ibu Nana – Berdiri sejak 1980-an, terkenal dengan ikan gabus berukuran besar dan kuah pucung kaya rempah.
- Warung Makan Betawi Tamit Riman – Suasana kampung yang hangat, porsi besar, dan harga ramah di kantong.
- RM Ibu Eni Timan (Jatiasih) – Daging gabus tebal dan lembut, kuah mewah, plus menu Betawi lain seperti pecak gurame.
- Warung Pucung Pekayon – Sederhana tapi selalu ramai, dengan kuah gurih dan sentuhan sayur khas Betawi.
Pelestarian Kuliner yang Bernilai Budaya
Gabus pucung adalah bukti nyata bagaimana kreativitas lokal bisa melahirkan warisan kuliner yang bernilai. Sayangnya, kini hidangan ini mulai sulit ditemukan di luar Bekasi. Untuk itu, pelestarian perlu terus dilakukan, baik melalui festival kuliner, promosi wisata, maupun edukasi kepada generasi muda.
Jadi, jika Anda berkunjung ke Bekasi, jangan hanya mampir ke pusat perbelanjaan atau taman kota. Sisihkan waktu untuk duduk di warung sederhana, memesan sepiring gabus pucung, dan menyelami kisah panjang yang mengalir di setiap sendok kuah hitamnya. Karena di Bekasi, gabus pucung bukan sekadar makanan—ia adalah bagian dari cerita hidup masyarakatnya.