![]() |
Tradisi Nyaneut khas Garut (sumber: pinterest) |
Kalau orang Inggris punya afternoon tea lengkap dengan kue-kue manisnya, urang Garut juga punya tradisi serupa yang nggak kalah keren—namanya Nyaneut. Bedanya, Nyaneut bukan cuma soal minum teh, tapi juga tentang menghangatkan hati, nyambungin obrolan, dan bikin hubungan jadi lebih akrab.
Bayangin aja: sore-sore di kaki Gunung Cikuray, udara dingin khas pegunungan, aroma teh wangi menyeruak, dan di meja ada singkong rebus sama kacang-kacangan. Rasanya? Udah pasti bikin betah duduk lama-lama.
Dari Masa Lalu yang Manis
Nyaneut ini udah ada sejak ratusan tahun lalu. Kata “Nyaneut” sendiri diambil dari bahasa Sunda nyandeutkeun yang artinya “menghubungkan” atau “merekatkan”. Filosofinya, sambil minum teh, orang-orang bisa ngobrol, saling kenal, dan makin dekat.
Sejarahnya lumayan panjang, lho. Konon, Sunan Gunung Jati udah ngenalin kebiasaan minum teh bareng sebagai cara menjalin silaturahmi saat berdakwah. Terus di zaman Belanda, sekitar tahun 1827, tradisi ini makin populer karena ada perkebunan teh besar di Cisurupan, Garut. Dari situ, Nyaneut berkembang jadi kebiasaan warga.
Kalau di Eropa orang minum teh bareng kue kering, urang Sunda punya versi sendiri: beubeutian—singkong rebus, ubi, pisang, kacang rebus, plus teh hangat yang manisnya dari gula merah cair. Sederhana, tapi nikmatnya nggak ada obat.
Ritualnya Penuh Makna
Nyaneut bukan asal tuang teh lalu minum. Ada cara khusus yang udah turun-temurun:
Gelas bambu diputar dua kali searah jarum jam. Katanya ini simbol keseimbangan hidup—ada siang dan malam, pria dan wanita, hidup dan mati.
Aroma teh dihirup tiga kali, buat ngingetin kita bahwa hidup itu nggak lepas dari niat, ucapan, dan tindakan.
Nyeruput teh empat kali pelan-pelan, biar kita inget tubuh manusia ini terbentuk dari empat unsur: tanah, air, udara, dan api.
Ritual ini bikin Nyaneut terasa lebih dalam daripada sekadar minum teh.
Sempat Hilang, Lalu Bangkit Lagi
Sayangnya, dari awal kemerdekaan sampai awal 2000-an, Nyaneut mulai jarang terdengar. Orang Sunda sih masih minum teh tiap hari—terutama kalau ada tamu—tapi udah nggak banyak yang ngerti asal-usulnya.
Untungnya, sejak 2014 tradisi ini dibangkitkan lagi lewat Festival Nyaneut di Kampung Situgede, Cigedug. Festival ini biasanya diadakan tiap bulan purnama. Saking kerennya, acara ini sempat masuk Karisma Event Nusantara (KEN) dari Kemenparekraf RI.
Di festival, pengunjung bisa ngerasain Nyaneut lengkap dengan prosesi tradisional, sambil nonton pertunjukan musik dan tarian Sunda. Nggak cuma itu, ada juga pasar kuliner dan kerajinan lokal yang bikin wisatawan betah.
Tips Buat Kamu yang Mau Nyaneut di Garut
Kalau kamu lagi jalan-jalan ke Garut, coba deh mampir pas ada Festival Nyaneut. Lokasinya di Cigedug, nggak terlalu jauh dari pusat kota. Biar makin nikmat, pilih waktu sore menjelang malam, pas udara mulai dingin.
Oh iya, selain festival, beberapa kedai di Garut juga udah mulai mengangkat konsep Nyaneut dalam menu mereka. Jadi, kalau nggak sempat ke acara besar, kamu tetap bisa merasakan sensasinya di suasana yang lebih santai.
Tradisi Nyaneut ini bukti kalau minum teh itu nggak sekadar ngilangin haus, tapi juga cara buat menyatukan hati. Jadi, kapan nih kita Nyaneut bareng di Garut?