Situs Jambansari: Menyusuri Jejak Kejayaan RAA. Koesoemadiningrat di Ciamis

Jabar Tourism
0

Situs Bersejarah Jambansari Ciamis (sumber : google maps/Rachmat Januar)

Kabupaten Ciamis dikenal kaya akan destinasi wisata sejarah. Selama ini, nama besar Situs Astana Gede Kawali dan Kompleks Ciungwanara sering menjadi ikon wisata budaya yang melekat di benak masyarakat. Namun, siapa sangka, tepat di jantung kota Ciamis terdapat sebuah situs bersejarah yang tak kalah penting: Situs Jambansari. Tempat ini bukan hanya sekadar area pemakaman, melainkan saksi bisu kejayaan Tatar Galuh pada masa kepemimpinan Raden Adipati Aria Koesoemadiningrat.


RAA. Koesoemadiningrat merupakan bupati ke-18 Galuh yang memimpin dari tahun 1839 hingga 1886. Selama 47 tahun kepemimpinannya, beliau berhasil membawa perubahan besar dalam berbagai bidang—mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga infrastruktur. Tidak heran bila masyarakat Ciamis hingga kini masih menaruh hormat yang tinggi terhadap sosoknya. Makam beliau pun kerap diziarahi, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya.


Salah satu kisah yang paling dikenang adalah keberhasilannya melobi pemerintah kolonial Belanda agar jalur kereta api dibelokkan dan melewati Ciamis. Keputusan ini membawa dampak besar: Ciamis semakin berkembang sebagai pusat keramaian. Dari perjuangan tersebut pula lahirlah Jembatan Cirahong, penghubung ikonik antara Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis.


Selain itu, RAA. Koesoemadiningrat juga dikenal sebagai tokoh yang menentang sistem tanam paksa (Cultuur Stelsel), membangun jaringan irigasi untuk mengairi sawah, serta mendirikan tiga pabrik penggilingan kopi yang menghubungkan sektor perkebunan dengan perdagangan. Di bidang pendidikan, beliau berjasa mendirikan Sekolah Sunda di Kawali dan Ciamis, membuka jalan bagi generasi muda pada masa itu untuk memperoleh ilmu pengetahuan.


Situs Jambansari sendiri dibangun pada tahun 1872 di atas lahan seluas kurang lebih 4 hektar, terletak di Jalan RAA. Koesoemadiningrat, kawasan Gayam, Ciamis. Kompleks ini menjadi tempat peristirahatan terakhir RAA. Koesoemadiningrat beserta keluarganya. Menariknya, di area ini juga terdapat 13 arca kuno yang dijaga dengan penuh kehati-hatian oleh juru kunci setempat. Dahulu, selain untuk berziarah, warga kerap berkunjung ke sini untuk memancing ikan di kolam yang mengelilingi situs.


Transformasi Menjadi Taman RAA. Koesoemadiningrat

Memasuki era modern, pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR melakukan revitalisasi besar-besaran pada Agustus 2020 dengan anggaran mencapai 9 miliar rupiah. Situs Jambansari pun bertransformasi dan diperkenalkan dengan nama baru: Taman RAA. Koesoemadiningrat. Kini, kawasan ini tampil lebih segar dan modern dengan berbagai fasilitas, seperti teater terbuka, aula, plaza kuliner, hingga jembatan ikonik yang kerap dijadikan spot swafoto.


Keindahan taman semakin terasa dengan hadirnya berbagai hiasan bunga yang ditata membentuk lambang Galuh. Kolam yang dulu identik sebagai tempat memancing kini berubah menjadi area yang estetik, lengkap dengan jembatan cantik yang menambah daya tarik visual.


Destinasi Wisata Alternatif di Jantung Kota

Hari ini, Taman RAA. Koesoemadiningrat menjadi ruang publik yang ramai dikunjungi. Warga maupun wisatawan datang untuk berolahraga, bersantai, nongkrong bersama teman, atau sekadar berburu foto instagramable. Suasana rindang dengan sentuhan sejarah menjadikan tempat ini sebagai pilihan wisata alternatif yang unik—perpaduan antara edukasi sejarah dan rekreasi modern.


Bagi siapa pun yang ingin menyusuri jejak kejayaan masa lalu sekaligus menikmati wajah baru Ciamis yang lebih segar, Situs Jambansari adalah destinasi yang wajib masuk daftar kunjungan. Di sinilah sejarah dan kehidupan modern berpadu harmonis, mengingatkan kita bahwa kejayaan masa lalu tetap hidup di tengah denyut kehidupan hari ini.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)