Mengenal Tradisi Seka Banda : Ritual Penghormatan Leluhur di Gunung Padang Cianjur

Jabar Tourism
0

Ritual Seka Banda di Gunung Padang Cianjur (Sumber : facebook/Disbudpar Cianjur)

Di tengah megahnya situs megalitikum Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, hidup sebuah tradisi adat yang hingga kini masih dijaga dengan penuh khidmat oleh masyarakat sekitar. Tradisi tersebut bernama Seka Banda, sebuah ritual tahunan yang digelar setiap tanggal 14 Mulud atau bertepatan dengan bulan Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.


Meski zaman terus berubah, Seka Banda tetap menjadi denyut kebudayaan yang mengikat warga. Bagi masyarakat lokal, tradisi ini bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari identitas dan warisan leluhur yang patut dijaga.


Rangkaian Doa, Syukur, dan Penghormatan Leluhur

Dalam pelaksanaannya, Seka Banda diawali dengan pembacaan doa dan dzikir sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta. Warga juga menyampaikan rasa syukur atas rezeki, hasil bumi, serta keselamatan yang mereka terima sepanjang tahun. Tak ketinggalan, doa khusus dipanjatkan untuk mengenang jasa para leluhur yang diyakini telah mewariskan kearifan dalam menjaga harmoni antara manusia dengan alam.


Tradisi ini juga menjadi ajang mempererat ikatan sosial antarwarga. Sehari sebelum puncak acara, masyarakat bergotong royong mempersiapkan berbagai keperluan. Mulai dari memasak hidangan khas daerah, menyiapkan tumpeng, hingga merapikan area tempat pelaksanaan ritual. Semua dilakukan dengan semangat kebersamaan yang masih sangat terasa di pedesaan.


Pada hari H, prosesi diwarnai dengan pementasan seni tradisional seperti pencak silat, degung, hingga pembacaan pantun atau rajah. Anak-anak hingga orang tua ikut larut dalam suasana meriah namun tetap sakral. Kehadiran kesenian ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga media untuk melestarikan ekspresi budaya yang hampir tergerus modernisasi.


Makna Spiritual dan Kultural

Seka Banda mengandung pesan mendalam yang tak hanya bersifat spiritual, tetapi juga sosial. Tradisi ini mengajarkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa hubungan baik dengan lingkungan dan sesamanya. Ada filosofi tentang keseimbangan antara bumi yang memberi kehidupan dan manusia yang berkewajiban menjaga kelestariannya.


Selain itu, Seka Banda menjadi sarana edukasi budaya bagi generasi muda. Dengan terlibat langsung, mereka dapat memahami nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun, mulai dari rasa hormat kepada orang tua, sikap gotong royong, hingga kepedulian terhadap lingkungan.


Warisan Budaya Tak Benda

Sebagai bagian dari warisan budaya tak benda, Seka Banda mencerminkan daya tahan tradisi lokal dalam menghadapi perubahan zaman. Keberadaannya menunjukkan betapa kaya dan berwarnanya kebudayaan di Cianjur, khususnya di kawasan Gunung Padang yang juga dikenal sebagai salah satu situs prasejarah terbesar di Asia Tenggara.


Banyak pihak menilai, pelestarian Seka Banda perlu mendapat perhatian serius. Tak hanya dari masyarakat adat, tetapi juga dari pemerintah daerah, pegiat budaya, hingga akademisi. Dengan begitu, tradisi ini tidak hanya menjadi tontonan tahunan, melainkan juga dapat dipromosikan sebagai bagian dari daya tarik wisata budaya Cianjur.


Lebih dari Sekadar Ritual

Menariknya, dalam perkembangannya, Seka Banda juga mulai dilengkapi dengan kegiatan pendukung seperti diskusi budaya, pameran kerajinan lokal, dan bazar hasil bumi. Hal ini menjadikan tradisi tersebut bukan hanya ritual spiritual, tetapi juga ruang interaksi sosial-ekonomi yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.


Tak jarang, acara ini juga dihadiri peneliti dan wisatawan yang tertarik melihat lebih dekat tradisi asli masyarakat Gunung Padang. Kehadiran mereka menambah semarak perayaan, sekaligus membuka peluang bagi promosi pariwisata berbasis budaya.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)