Milangkala ke-16 Gong Perdamaian Dunia 2025: Ciamis Menggema dengan Spirit Kebinekaan

Jabar Tourism
0

Gong Perdamaian Dunia di Ciamis (sumber : facebook/Ki Guna Wisesa)

Suara tabuhan gong yang menggema dari Situs Bojong Galuh Karangkamulyan pagi ini bukan sekadar dentuman logam, melainkan gema persatuan. Ribuan warga bersama tokoh masyarakat, budayawan, dan tamu undangan hadir sejak pukul 07.30 WIB, mengenakan pakaian adat berwarna-warni yang melambangkan ragam budaya Nusantara. Di situlah, semangat kebinekaan berpadu dalam Milangkala ke-16 Gong Perdamaian Dunia.


Dengan mengusung tema “Perdamaian Menyatukan Hati”, perayaan tahun ini menjadi momentum untuk merekatkan kembali nilai luhur yang diwariskan leluhur Galuh. Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, dalam sambutannya menekankan bahwa acara ini bukan sekadar tradisi seremonial, tetapi pengingat penting tentang akar budaya bangsa yang menjunjung tinggi harmoni. “Gong Perdamaian Dunia ini adalah simbol pemersatu, bukan hanya bagi Ciamis, tetapi juga untuk Indonesia bahkan dunia,” ujarnya.


Panggung Budaya yang Memikat

Rangkaian acara berlangsung meriah. Kirab Kebhinekaan membuka jalannya perayaan, diikuti deretan masyarakat yang menampilkan keberagaman suku, agama, dan budaya. Setelah itu, hadirin disuguhkan Rajah Pasundan, pembacaan puisi sakral yang mengandung doa dan filosofi kehidupan Sunda.


Momen sakral tiba saat prosesi “Ngagungkeun Gong” dilaksanakan. Gong yang dihiasi bendera dari 228 negara dan simbol kerukunan antaragama ini ditabuh dengan khidmat. Sebelum dipukul, gong terlebih dahulu diperciki air dari sembilan mata air bersejarah, melambangkan pembersihan hati dan kesucian niat dalam menjaga perdamaian. Suasana hening sesaat, sebelum akhirnya riuh tepuk tangan membahana saat dentuman gong menggetarkan udara.


Tak berhenti di sana, panggung budaya pun diisi dengan pagelaran tari tradisional, seni musik daerah, hingga atraksi budaya yang menghadirkan keindahan sekaligus kekayaan warisan Nusantara.


Jejak Sejarah Galuh

Peringatan ini tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Kerajaan Galuh yang berdiri sejak abad ke-7. Warisan leluhur berupa Sepuluh Perjanjian Damai Galuh tahun 739 Masehi kembali digaungkan. Nilai-nilai seperti Mitra Samaya (persahabatan), Mapulang Rahi (musyawarah), dan Parapura (tidak menyerang) menjadi inti ajaran yang hingga kini tetap relevan di tengah tantangan zaman.


Gong Perdamaian Dunia sendiri berdiri di Karangkamulyan sejak 2009 sebagai bagian dari gerakan global untuk mempromosikan perdamaian. Keberadaannya menjadikan Ciamis sebagai salah satu titik penting dalam peta perdamaian dunia.


Setelah status siaga darurat daerah resmi dicabut pada 5 September lalu, Pemerintah Kabupaten Ciamis memastikan seluruh persiapan berjalan baik. Dinas Pariwisata, Disbudpora, hingga aparat kepolisian dikerahkan untuk memastikan kenyamanan dan keamanan acara. Lingkungan sekitar situs pun telah dibersihkan, sehingga pengunjung dapat menikmati perayaan tanpa hambatan.


Simbol Universal untuk Dunia

Tabuhan gong yang terdengar hari ini tidak hanya menggema di Ciamis. Ia adalah seruan universal bahwa perdamaian adalah hak sekaligus tanggung jawab bersama. Dari tanah leluhur Galuh, pesan itu dipancarkan: kebinekaan bukan alasan untuk terpecah, melainkan kekuatan untuk terus bersatu.


Milangkala ke-16 Gong Perdamaian Dunia menjadi bukti bahwa Ciamis bukan hanya menyimpan jejak sejarah, tetapi juga terus menyalakan api persatuan. Dalam setiap dentuman gong, masyarakat diingatkan bahwa perdamaian bukan sekadar impian, melainkan warisan yang wajib dijaga dan diwariskan kembali.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)