![]() |
Aas Ratnasih Pemilik Dodol Niknok Pagerageung Tasikmalaya (sumber :YouTube@plut-kumkmkabtasikmalaya) |
Kalau kamu berkunjung ke Kabupaten Tasikmalaya, rasanya belum lengkap tanpa membawa pulang oleh-oleh manis khas daerah ini — Dodol Niknok. Bukan sekadar camilan tradisional, dodol yang satu ini menyimpan kisah panjang tentang warisan keluarga, ketekunan, dan cita rasa yang tak lekang oleh waktu.
Di tengah banyaknya jajanan modern yang bermunculan, Dodol Niknok dari Pagerageung tetap bertahan dengan cara yang sederhana: mempertahankan resep turun-temurun sejak tahun 1970. Setiap potong dodol yang manis dan legit ini adalah hasil tangan-tangan terampil yang menjaga tradisi dengan penuh cinta.
Dari Dapur Sederhana, Lahir Cita Rasa Legendaris
Adalah Aas Ratnasih, perempuan tangguh berusia 61 tahun asal Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, yang kini melanjutkan usaha keluarga ini. Usaha yang dirintis sejak lebih dari setengah abad lalu ini diwariskan secara turun-temurun dari dua sosok perempuan: Enok (ibunda Aas) dan Enik (kakak sang ibu). Dari dua nama itulah, lahir merek unik “Niknok” — singkatan dari Enik dan Enok.
Kini, Dodol Niknok sudah masuk generasi keempat. Anak Aas mulai ikut mengelola usaha keluarga ini agar tetap bertahan di tengah perubahan zaman. Dengan delapan karyawan yang bekerja setiap hari, dapur kecil milik Aas di rumahnya selalu ramai oleh aroma harum dodol yang dimasak di atas tungku kayu bakar.
Masih Mempertahankan Cara Tradisional
![]() |
Proses Pembuatan Dodol Niknok (sumber :YouTube@plut-kumkmkabtasikmalaya) |
Salah satu daya tarik Dodol Niknok adalah proses pembuatannya yang masih tradisional. Semua bahan — mulai dari tepung beras, gula aren, gula pasir, hingga santan kelapa — diproses secara alami tanpa bahan pengawet. Adonan dodol dimasak perlahan di atas tungku kayu, lalu diaduk selama berjam-jam hingga teksturnya lembut dan lengket sempurna.
Yang paling khas adalah pembungkusnya, yaitu daun pisang kering (kararas). Selain berfungsi menjaga ketahanan dodol, daun pisang ini memberikan aroma khas yang membuat Dodol Niknok berbeda dari dodol kebanyakan.
“Sejak dulu kami tetap pakai tungku dan kararas. Rasanya lebih legit dan aromanya khas, nggak bisa digantikan mesin,” ujar Aas sambil tersenyum.
Tantangan di Balik Manisnya Dodol Niknok
Meski sudah dikenal luas, bukan berarti perjalanan Dodol Niknok tanpa rintangan. Salah satu kendala terbesar muncul saat musim hujan, karena sulit mendapatkan daun pisang yang bisa dikeringkan sempurna. Jika tidak hati-hati, daun pembungkus bisa cepat rusak dan memengaruhi kualitas dodol.
Selain itu, menjelang hari-hari besar seperti Idul Fitri, harga bahan baku — terutama gula aren — biasanya naik tajam. Hal ini tentu berpengaruh terhadap biaya produksi. Meski begitu, Aas tetap berusaha agar harga Dodol Niknok tetap terjangkau bagi para pelanggan setianya.
Ia juga berharap ada perhatian dari pemerintah daerah untuk membantu keberlangsungan usaha kecil ini. “Kami pernah dibina oleh Dinas Koperasi dan Perindustrian Kabupaten Tasikmalaya, tapi harapan saya semoga bisa dapat bantuan untuk bangunan produksi yang lebih permanen dan alat pemeras santan yang lebih efisien,” ungkap Aas.
Dari Pagerageung ke Seluruh Jawa Barat
![]() |
Dodol Niknok Pagerageung (sumber :YouTube@plut-kumkmkabtasikmalaya) |
Kini, Dodol Niknok tak hanya dikenal di Tasikmalaya saja. Banyak pembeli yang datang langsung ke rumah produksi Aas di Pagerageung, namun pesanan juga datang dari Garut, Ciamis, Bandung, bahkan dari pembeli online. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Tasikmalaya pun sengaja mampir hanya untuk membeli dodol legendaris ini sebagai buah tangan khas daerah.
Setiap bungkus Dodol Niknok terasa istimewa — bukan hanya karena rasanya yang manis dan lembut, tapi juga karena cerita panjang di baliknya. Bagi warga Tasikmalaya, dodol ini bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari identitas dan kebanggaan daerah.
Oleh-oleh Wajib Saat Wisata ke Tasikmalaya
Bagi kamu yang sedang berwisata ke Tasikmalaya, jangan lupa untuk mampir ke Kecamatan Pagerageung dan mencoba langsung Dodol Niknok. Selain bisa mencicipi cita rasa autentik dodol tradisional, kamu juga bisa melihat proses pembuatannya secara langsung — mulai dari mengaduk adonan hingga membungkus dengan daun pisang kering.
Rasa manisnya yang khas, teksturnya yang lembut, serta aroma alami dari daun pisang membuat Dodol Niknok cocok dijadikan oleh-oleh untuk keluarga atau teman.
Menjaga Warisan, Menguatkan Identitas Lokal
Lebih dari sekadar camilan, Dodol Niknok adalah simbol keteguhan dan semangat masyarakat Pagerageung dalam menjaga warisan kuliner. Di tengah gempuran makanan instan dan tren modern, Dodol Niknok membuktikan bahwa tradisi dan cita rasa lokal tetap punya tempat di hati banyak orang.
Dengan dukungan dari pemerintah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya produk lokal, Dodol Niknok diharapkan bisa terus bertahan — menjadi bagian dari cerita wisata kuliner Jawa Barat yang mendunia.