![]() |
Opak Kolontong (sumber: pinterest) |
Jawa Barat dikenal dengan kekayaan tradisi dan budayanya, yang kerap dirayakan dalam berbagai hajatan. Acara ini biasanya diisi dengan pengajian, pertunjukan kesenian leluhur Sunda, serta sajian kuliner khas yang tak boleh terlewatkan. Salah satu kudapan yang selalu hadir dalam perayaan di Kabupaten Bandung Barat adalah opak kolontong.
Sekilas, camilan ini menyerupai kerupuk dengan bentuk bulat dan pipih. Terbuat dari tepung beras, opak kolontong menawarkan sensasi renyah yang menggoda, dengan rasa gurih dan sedikit manis. Keistimewaan lain dari makanan ini adalah proses pembuatannya yang masih mempertahankan cara tradisional tanpa menggunakan mesin.
Camilan Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu
Keunikan opak kolontong sempat diangkat dalam sebuah liputan di kanal YouTube Andrian Deni, yang kerap membahas kehidupan pedesaan di Jawa Barat. Dalam salah satu videonya, terlihat bagaimana proses pembuatan opak kolontong masih mengandalkan metode tradisional.
Di salah satu rumah pembuat opak kolontong, camilan ini diberi olesan gula merah yang memberikan perpaduan rasa manis dan gurih. Menurut Andrian Deni, kudapan khas ini terbuat dari beras ketan, yang memberikan tekstur renyah saat digigit.
Kudapan Wajib di Berbagai Hajatan
Opak kolontong tidak hanya sekadar camilan sehari-hari, tetapi juga memiliki peran penting dalam berbagai acara adat dan hajatan di Bandung Barat. Masyarakat setempat kerap menyajikannya saat perayaan besar, termasuk saat haul—peringatan satu tahun wafatnya anggota keluarga.
Produksi opak kolontong sebagian besar masih dilakukan dalam skala rumahan. Dari pemilihan tepung beras berkualitas hingga proses pembuatannya, semuanya dilakukan dengan penuh ketelitian. Setelah siap, opak ini dibungkus dalam plastik dan dijual di berbagai toko oleh-oleh khas Bandung Barat.
Proses Pembuatan yang Unik
Berbeda dengan kerupuk pada umumnya yang digoreng, opak kolontong melalui proses pemanggangan khusus. Adonan yang terbuat dari tepung beras, air, dan bumbu-bumbu pilihan ditumbuk menggunakan lisung—alat penumbuk kayu tradisional—hingga teksturnya kalis. Setelah itu, adonan dibentuk menyerupai bunga dengan lubang-lubang kecil di tengahnya.
Selanjutnya, opak dipanggang hingga mengembang sempurna. Hasil akhirnya adalah camilan tipis yang mudah hancur di mulut, menjadi ciri khas utama opak kolontong dari Bandung Barat.
Dipanggang dengan Asap, Bukan Api
Keunikan lainnya dari opak kolontong adalah teknik pemanggangannya. Alih-alih menggunakan api langsung, opak ini dipanggang dengan panas dari asap dan bara arang. Cara ini dipercaya mampu menghasilkan opak yang lebih renyah tanpa risiko gosong. Jika terkena api besar, tekstur opak akan rusak dan rasanya kurang maksimal.
Ada berbagai varian rasa yang disukai oleh masyarakat, tergantung pada selera masing-masing. Beberapa orang lebih menyukai opak yang dioles gula merah, sementara yang lain lebih menyukai gula putih.
Dalam hal pemasaran, sebagian besar produsen menjual opak kolontong langsung dari rumah mereka atau memasoknya ke pasar tradisional. Selain cocok untuk dinikmati langsung, opak ini juga terasa nikmat saat disantap bersama secangkir teh atau kopi hangat.
Dengan keunikan rasa dan proses pembuatannya yang masih mempertahankan tradisi, opak kolontong bukan hanya sekadar camilan biasa, melainkan juga bagian dari warisan budaya yang tetap lestari di tengah modernisasi.