![]() |
Goa Pawon di Gununmasigit (sumber : pinterest) |
Bandung tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga menyimpan banyak misteri yang belum sepenuhnya terungkap. Salah satunya adalah Gua Pawon, situs yang diyakini sebagai tempat tinggal manusia purba dan menjadi bukti awal peradaban di Tatar Sunda.
Secara geologis, kawasan Bandung merupakan bekas cekungan danau purba yang terbentuk akibat letusan Gunung Sunda Purba sekitar 210.000–105.000 tahun lalu. Setelah mengering, kawasan ini mulai dihuni oleh manusia sekitar 5.600 hingga 9.500 tahun yang lalu. Salah satu bukti keberadaan manusia purba tersebut dapat ditemukan di Gua Pawon.
Lokasi dan Akses Menuju Gua Pawon
Gua Pawon terletak di kawasan karst Citatah, Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Bandung. Jika datang dari arah Jakarta, pengunjung dapat melihat plang penunjuk jalan di Jalan Raya Padalarang-Cianjur, kemudian melanjutkan perjalanan sejauh 2 kilometer.
Perjalanan menuju Gua Pawon cukup menantang, terutama karena jalan yang berbatu dan licin saat musim hujan. Setibanya di lokasi, pengunjung harus melewati medan berbatu kapur yang kasar dan keras untuk mencapai pintu gua.
Gua Pawon memiliki panjang sekitar 38 meter dan lebar 16 meter. Namun, atapnya telah runtuh sehingga bentuknya menyerupai "pawon" dalam bahasa Sunda, yang berarti cerobong asap. Nama ini diberikan oleh masyarakat sekitar.
Menurut Geizka Medina Rozal, gua ini menarik perhatian sebagai destinasi wisata edukasi, arkeologi, hingga tempat berburu foto karena keindahan batuan raksasa unik yang ada di sekitarnya.
Gua Pawon sebagai Situs Penting Arkeologi
![]() |
Fosil Manusia Pawon (sumber : pinterest) |
Penemuan fosil manusia purba pada tahun 2009 menjadi titik penting bagi Gua Pawon. Pada tahun 2010, pemerintah mengajukan gua ini sebagai situs warisan dunia kepada UNESCO. Penetapan ini bertujuan agar pelestariannya menjadi tanggung jawab bersama dunia.
Kerangka manusia purba yang ditemukan berusia antara 7.300 hingga 9.500 tahun. Salah satu kerangka yang paling utuh, Rangka III, diyakini berasal dari 7.300 tahun lalu, sementara Rangka IV diperkirakan berusia 9.500 tahun. Studi odontologi forensik mengungkap bahwa mereka termasuk ras Mongoloid dengan usia rata-rata 30 tahun.
Artefak dan Kehidupan Purba
Penelitian di Gua Pawon sejak tahun 1930-an telah menemukan berbagai artefak, seperti anak panah, pisau, dan alat serpih dari zaman Preneolitik. Pada ekskavasi 2003–2004, ditemukan gerabah, pecahan keramik, dan alat-alat berbahan tulang dan batu. Penemuan ini memberikan gambaran tentang kehidupan manusia purba di kawasan tersebut.
Selain itu, pola penguburan di Gua Pawon menunjukkan kesamaan dengan situs prasejarah lain di Jawa, seperti Song Keplek di Pacitan dan Song Terus di Gunung Kidul. Hal ini mengindikasikan pola migrasi manusia purba yang mengikuti pergerakan hewan buruan.
Keberadaan Gua Pawon menjadi bukti hubungan manusia purba dengan lingkungannya. Meskipun situs ini tidak lebih tua dari budaya Toala di Sulawesi Selatan, Gua Pawon memiliki nilai penting dalam memahami sejarah migrasi dan adaptasi manusia purba di Nusantara.
Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap periode hunian yang lebih tua di Jawa Barat, mengisi mata rantai sejarah yang masih hilang. Hingga saat ini, Gua Pawon terus menjadi saksi bisu peradaban purba yang pernah hidup di Tatar Sunda.