Mengenal Tradisi Kuda Kosong: Kesenian Leluhur Cianjur yang Sarat Makna Kerendahan Hati

Jabar Tourism
2 minute read
0

Tradisi Kuda Kosong Cianjur (Sumber: pinterest)
Sebagai salah satu warisan budaya yang berharga, tradisi Kuda Kosong dari Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menyimpan berbagai nilai yang patut dijadikan teladan. Nilai-nilai ini tercermin dalam setiap elemen pertunjukannya, termasuk dari sejarah panjang tradisi tersebut.

Asal-Usul Tradisi Kuda Kosong

Mengutip dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, tradisi Kuda Kosong memiliki kaitan erat dengan sikap rendah hati yang dimiliki leluhur Sunda di Cianjur. Konon, tradisi ini bermula ketika Raja Mataram yang menguasai Tatar Pasundan pada masa itu memberikan hadiah berupa seekor kuda kepada pemimpin daerah Cianjur sebagai simbol penghargaan. Kisah ini menjadi tonggak penting dalam sejarah seni tradisional Cianjur.


Lahir Bersamaan dengan Berdirinya Cianjur

Tradisi Kuda Kosong muncul bersamaan dengan berdirinya wilayah Cianjur. Saat itu, Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar, pemimpin pertama Cianjur, mengutus adiknya, Aria Natadimanggala, untuk memberikan upeti kepada Raja Mataram. Upeti yang diberikan hanya berupa tiga butir padi, tiga butir lada, dan tiga buah cabai rawit, sebuah jumlah yang terbilang sangat sederhana.


Namun, Raja Mataram dengan bijaksana menerima upeti tersebut dan, sebagai tanda penghormatan, memberikan hadiah berupa seekor kuda, sebilah keris, dan pohon saparantu (kemenyan). Kuda tersebut kemudian diarak keliling kota Cianjur tanpa ditunggangi sebagai simbol kerendahan hati dan penghormatan kepada pemimpin daerah. Dari situlah istilah "Kuda Kosong" muncul.


Tradisi Kuda Kosong mengajarkan banyak nilai luhur, terutama kerendahan hati. Aria Natadimanggala, yang diberi amanah membawa hadiah tersebut, menolak menunggangi kuda itu karena merasa hadiah tersebut milik kakaknya. Di sisi lain, Raja Mataram juga menunjukkan kerendahan hati dengan menerima upeti sederhana dan memberikan hadiah yang jauh lebih berharga.


Penyelenggaraan Tradisi

Tradisi Kuda Kosong rutin diadakan setiap tahun, baik pada hari jadi Kabupaten Cianjur (12 Juli) maupun pada perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus). Pada acara tersebut, kuda yang digunakan dipakaikan kain hijau dan diarak keliling kota, seolah-olah kuda tersebut memberi hormat kepada masyarakat yang menyaksikan.


Dalam pelaksanaannya, upacara ini melibatkan berbagai perlengkapan seperti kain penutup badan kuda, hiasan kepala, dan bunga warna-warni. Selain itu, payung digunakan untuk menaungi Bupati Cianjur serta kuda yang diarak. Sebelum pawai dimulai, kuda dimandikan dengan air dari mata air Cikundul agar bersih dan siap untuk diarak. Prosesi ini juga diawali dengan doa dan ritual tawasul untuk mengenang jasa para leluhur dan memohon kelancaran acara.


Nilai-Nilai Filosofis

Melalui tradisi Kuda Kosong, masyarakat Cianjur terus mengenang kebijaksanaan dan kerendahan hati para pendahulu mereka. Acara ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga sarana untuk merenungkan nilai-nilai positif yang telah diwariskan secara turun-temurun.


Dengan keberlanjutan tradisi ini, Kuda Kosong menjadi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Cianjur, sekaligus pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya yang penuh makna.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)