![]() |
Situs Prasasti Perjuangan Kemerdekaan (sumber : portal bandung timur) |
Di sudut Desa Ciparay, Kabupaten Bandung, berdiri sebuah rumah yang menyimpan kisah heroik perjuangan bangsa. Sebuah papan petunjuk berkarat yang dipasang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung masih setia berdiri di depannya, meski warna kuning karat mulai menyelimuti permukaannya. Tulisan besar yang terpampang jelas di sana berbunyi: Situs Prasasti Perjuangan Kemerdekaan. Di bagian bawah, tertulis alamat rumah bersejarah ini—Kampung Babakan Caringin, Desa Ciparay, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Meski sederhana, rumah ini pernah menjadi saksi bisu perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan Indonesia.
Di tempat inilah, sosok pejuang seperti Mohammad Toha, Ibrahim Aji, dan Aang Kunaefi pernah berkumpul untuk menyusun strategi penyerangan terhadap pasukan penjajah. Rumah ini pun menjadi tempat berkumpulnya para perempuan tangguh yang tergabung dalam Laskar Wanita Indonesia (Laswi). Peristiwa bersejarah Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946 tak lepas dari rumah ini, yang kala itu menjadi pusat perencanaan perlawanan demi mempertahankan harga diri bangsa.
![]() |
Plang Situs Prasasti Perjuangan Kemerdekaan (sumber : portal bandung timur) |
Kini, rumah yang berlokasi di Jalan Toha Ramdan ini masih berdiri, meski tak lagi ramai dikunjungi. Namun, jika kita menilik kembali ke masa lalu, rumah ini bukan sekadar bangunan biasa. Di sanalah Mohammad Ramdan bersama Mohammad Toha, Ibrahim Aji, dan Aang Kunaefi merancang strategi untuk melawan penjajah. Di tempat itu pula, para perempuan pejuang dari Laswi berkumpul, membuktikan bahwa semangat juang bukan hanya milik kaum lelaki.
Laskar Wanita Indonesia, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Laswi, adalah sekelompok perempuan pemberani yang berjuang tanpa gentar di medan tempur. Mereka adalah simbol keberanian dan pengorbanan, menghadapi musuh dengan tekad membara. Dalam sejarah perjuangan Bandung, Laswi memiliki peran penting yang tak bisa diabaikan. Keberanian mereka membuat penjajah gentar, hingga mereka dijuluki Maung Bikang—perempuan pemberani bak singa yang mengaum di tengah pertempuran.
Laswi resmi didirikan pada 12 Oktober 1945 di Bandung, Jawa Barat, oleh Sumarsih Subiyati, istri dari Arudji Kartawinata, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Divisi III Jawa Barat. Keanggotaan Laswi sangat beragam—dari remaja, ibu rumah tangga, janda, hingga perempuan berpendidikan tinggi. Meski awalnya kehadiran mereka dianggap mempersulit perjuangan, dua anggota Laswi, Soesilowati dan Willy, berhasil membuktikan ketangguhan mereka dengan tindakan berani, bahkan dikisahkan keduanya pernah memenggal kepala penjajah dalam medan pertempuran.
Pada puncak pertempuran Bandung Lautan Api, rumah di Ciparay ini menjadi saksi bisu keberanian para pejuang. Para perempuan Laswi turut mengambil bagian dalam pertempuran sengit yang membakar semangat kemerdekaan. Tak heran jika nama jalan tempat rumah ini berdiri kini dikenal sebagai Jalan Toha Ramdan, merujuk pada dua sosok pejuang besar yang pernah menjadikannya sebagai markas perjuangan—Mohammad Toha dan Mohammad Ramdan.
Namun, seiring berjalannya waktu, situs bersejarah ini mulai terlupakan. Tak banyak yang tahu bahwa di balik bangunan sederhana ini tersimpan jejak heroisme yang patut dikenang. Papan petunjuk yang berkarat menjadi simbol bahwa sejarah besar ini perlahan memudar dari ingatan masyarakat. Padahal, tempat ini bukan sekadar rumah tua, melainkan bagian dari identitas perjuangan bangsa.
Sejarah bukan sekadar kenangan, melainkan pelajaran bagi generasi mendatang. Sudah seharusnya rumah ini mendapat perhatian lebih, agar kisah perjuangan yang pernah terjadi di sana tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi anak bangsa. Jangan biarkan sejarah ini terkubur oleh waktu—mari lestarikan, kenali, dan banggakan jejak perjuangan para pahlawan di rumah bersejarah ini.