Stasiun Bogor : Warisan Sejarah yang Masih Terjaga Hingga Saat Ini

Jabar Tourism
3 minute read
0

Stasiun Bogor (sumber : wikipedia)

Jika berbicara tentang bangunan bersejarah yang ada di Jawa Barat dan tetap kokoh meski telah melewati lebih dari satu abad, mungkin Stasiun Bogor bisa menjadi salah satu jawabannya. Stasiun Bogor, sebuah cagar budaya peninggalan era kolonial Hindia Belanda, masih menjalankan fungsinya sebagai tempat naik turun penumpang kereta. Dengan usia yang kini mencapai 144 tahun, stasiun ini menjadi salah satu saksi perjalanan panjang transportasi di Indonesia.


Sebagai stasiun kelas besar tipe A, Stasiun Bogor berlokasi di kawasan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, pada ketinggian lebih dari 246 meter di atas permukaan laut. Stasiun ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta dan berada di bawah pengelolaan KAI Commuter. Perannya semakin vital sebagai salah satu jalur utama KRL Commuter Line serta rute Kereta Rel Diesel (KRD) yang menghubungkan Bogor dan Sukabumi.


Meski telah mengalami berbagai perubahan dan penyesuaian, Stasiun Bogor tetap mempertahankan unsur arsitektur khas Eropa yang menjadi ciri khasnya. Penambahan fasilitas modern seperti restoran, kafe, dan toko ritel tidak menghapus jejak sejarah yang melekat erat pada bangunan ini. Bahkan, pada 26 Maret 2007, stasiun ini resmi ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya melalui Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No: PM. 26/PW.007/MKP/2007.


Jejak Sejarah Stasiun Bogor

Dibangun pada awal tahun 1870-an oleh pemerintah kolonial Belanda, Stasiun Bogor awalnya berfungsi sebagai terminal akhir yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor). Kehadiran stasiun ini bertujuan untuk mempercepat perjalanan antara kedua kota yang sebelumnya masih mengandalkan transportasi kereta kuda.


Pada 31 Januari 1873, Stasiun Bogor mulai beroperasi untuk umum dan selama 40 tahun pertama pengelolaannya dipegang oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Kemudian, pada tahun 1881, Staatsspoorwegen (SS) membangun jalur baru yang menghubungkan Bogor dengan Bandung, Banjar, Kutoarjo, hingga Yogyakarta.


Stasiun Bogor bukan hanya sekadar tempat transit, tetapi juga sebuah peninggalan arsitektur klasik yang mengagumkan. Ornamen geometris yang menyerupai awan, kaki singa, serta relung yang menghiasi bangunan ini mengadopsi gaya Yunani Klasik dengan sentuhan geometri yang simetris.


Pintu utama stasiun didesain dalam gaya Indische Empire dengan pengaruh Neoklasik yang semakin menegaskan nuansa Eropa yang kental. Salah satu bagian yang menarik perhatian adalah ruang VIP, tempat sebuah prasasti marmer setinggi satu meter berdiri. Prasasti ini menjadi simbol penghormatan dari para pekerja Staatsspoorwegen kepada Davis Maarschalk, sosok yang berperan penting dalam pengembangan jalur kereta api di Jawa.


Material dinding stasiun terdiri dari bata berplester dengan motif guratan yang dihiasi bingkai moulding cornice di bagian atapnya. Awalnya, atap stasiun berbentuk besi bergelombang yang ditopang oleh kerangka baja untuk melindungi peron dari hujan dan terik matahari. Namun, seiring waktu, beberapa bagian atap ini telah dipotong dan dilubangi guna mengakomodasi sistem kabel listrik aliran atas.


Struktur dan Tata Letak Stasiun

Stasiun Bogor memiliki dua bangunan utama yang berdampingan. Bangunan pertama berfungsi sebagai pintu masuk, lobi, serta area pelayanan penumpang, sementara bangunan kedua menaungi peron dan jalur kereta api.


Dalam sistem operasionalnya, Stasiun Bogor memiliki delapan jalur kereta. Beberapa jalur digunakan sebagai sepur lurus tunggal maupun ganda untuk perjalanan menuju Jakarta dan Depok, sementara jalur lainnya melayani rute sepur tunggal menuju Cianjur dan Padalarang.


Sebagai salah satu stasiun tertua di Indonesia, Stasiun Bogor tidak hanya menjadi tempat persinggahan bagi ribuan penumpang setiap harinya, tetapi juga sebagai bukti hidup dari perjalanan sejarah perkeretaapian di Indonesia. Dengan perpaduan antara warisan kolonial dan modernisasi, stasiun ini tetap menjadi ikon bersejarah yang memperkaya karakter Kota Bogor.


Seiring berjalannya waktu, tantangan dalam pelestarian bangunan bersejarah ini tentu tidak mudah. Namun, dengan statusnya sebagai cagar budaya, Stasiun Bogor diharapkan dapat terus bertahan sebagai saksi bisu perjalanan peradaban, dari masa kolonial hingga era digital seperti sekarang.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)