Lawang Sanga (Pintu Sembilan) Bangunan Bersejarah di Cirebon yang Berusia Lebih dari 400 Tahun

Jabar Tourism
3 minute read
0

Lawang Sanga Cirebon (sumber : Facebook/Sultan Arief Natadiningrat)

Di balik megahnya Keraton Kasepuhan Cirebon, terdapat sebuah bangunan bersejarah yang menyimpan jejak peradaban masa lalu. Lawang Sanga, atau yang berarti "Pintu Sembilan," adalah sebuah struktur unik yang telah berdiri selama lebih dari 400 tahun. Terletak di bagian selatan keraton, bangunan ini bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi juga saksi bisu perjalanan Cirebon sebagai pusat perdagangan maritim yang pernah berjaya. Dengan arsitektur yang menggabungkan tiga budaya—Jawa, Cina, dan Eropa—Lawang Sanga menjadi satu-satunya bangunan di dunia dengan perpaduan artistik yang begitu khas.


Bangunan ini memiliki atap bergaya Jawa, kuda-kuda khas arsitektur Cina, serta tembok yang dipengaruhi gaya Eropa, khususnya Portugis. Keunikan arsitektur ini mencerminkan bagaimana Cirebon pada masa lalu menjadi titik temu berbagai budaya, terutama dalam perdagangan dan diplomasi. Lawang Sanga bukan sekadar bangunan, melainkan juga pintu gerbang yang menghubungkan Keraton Kasepuhan dengan Laut Jawa. Inilah yang menjadikan Keraton Kasepuhan sebagai keraton maritim yang diapit oleh dua sungai, yakni Sungai Sipadu di bagian depan dan Sungai Krian di bagian belakang. Melalui Lawang Sanga, kapal-kapal kecil yang membawa tamu dan pedagang dari berbagai penjuru Nusantara bisa langsung bersandar, menjadikan Cirebon sebagai pusat interaksi budaya dan ekonomi.


Jejak Sejarah Lawang Sanga di Pusaran Peradaban

Pada abad ke-17, Keraton Kasepuhan mengadakan sebuah perhelatan besar bernama Gotrasawala, yaitu seminar sejarah dan budaya Nusantara yang diinisiasi oleh Pangeran Wangsakerta, adik dari Sultan Sepuh I. Acara ini menjadi ajang pertemuan bagi para sejarawan dan budayawan dari berbagai kerajaan di Nusantara. Saat itu, Lawang Sanga memainkan peran penting sebagai pintu gerbang masuknya para tamu kehormatan yang datang dengan kapal melalui jalur maritim. Tidak hanya menjadi pusat intelektual, Cirebon juga semakin diperhitungkan sebagai kota dagang yang strategis.


Lawang Sanga menjadi simbol keterbukaan Cirebon terhadap dunia luar. Arsitektur yang menggabungkan tiga budaya utama menjadi bukti nyata betapa Cirebon saat itu telah menjalin hubungan erat dengan berbagai bangsa. Perpaduan budaya ini juga tampak dalam kehidupan masyarakatnya yang harmonis dan beragam, menjadikan Cirebon sebagai salah satu pusat peradaban yang berkembang pesat di pantai utara Jawa.


Keunikan Arsitektur yang Tak Tertandingi

Lawang Sanga Cirebon (sumber : Facebook/Sultan Arief Natadiningrat)

Jika menelusuri lebih dalam, setiap bagian dari Lawang Sanga memiliki makna tersendiri. Atapnya yang bercorak khas Jawa melambangkan kekuatan dan keluhuran nilai tradisional. Kuda-kuda bangunan yang berasal dari pengaruh arsitektur Cina melambangkan fleksibilitas dan daya tahan, sesuai dengan karakter pedagang Cina yang banyak bermukim di Cirebon sejak masa lampau. Sementara itu, temboknya yang bergaya Eropa mencerminkan pengaruh kolonialisme dan hubungan dagang yang terjalin dengan bangsa Portugis dan Belanda.


Tak hanya dari segi desain, letak strategis Lawang Sanga juga menunjukkan pentingnya bangunan ini dalam aktivitas maritim Keraton Kasepuhan. Sebagai akses utama menuju Laut Jawa, bangunan ini menjadi penghubung antara keraton dan dunia luar. Kapal-kapal kecil dari berbagai daerah Nusantara, bahkan dari Tiongkok dan Timur Tengah, pernah bersandar di sini untuk berdagang atau mengantarkan utusan kerajaan.


Lawang Sanga dalam Perspektif Masa Kini

Saat ini, Lawang Sanga tetap berdiri kokoh sebagai salah satu saksi bisu kejayaan masa lalu Cirebon. Meski fungsinya tidak lagi seperti dahulu, bangunan ini masih menyimpan nilai historis yang tinggi. Sayangnya, tidak banyak orang yang mengetahui kisah besar di balik pintu sembilan ini. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan promosi Lawang Sanga sebagai situs sejarah perlu terus digalakkan, baik oleh pemerintah maupun komunitas pecinta sejarah dan budaya.


Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Keraton Kasepuhan, Lawang Sanga adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Berjalan menyusuri bangunan ini seperti mengunjungi lorong waktu yang membawa kita kembali ke masa kejayaan Cirebon sebagai kota maritim yang gemilang. Dengan memahami sejarahnya, kita tak hanya melihat bangunan tua, tetapi juga mengenali bagaimana budaya dan peradaban bertemu dalam harmoni yang luar biasa.


Lawang Sanga bukan hanya sekadar bangunan tua di sudut Keraton Kasepuhan, melainkan sebuah monumen bersejarah yang menyimpan kisah panjang tentang kejayaan Cirebon. Sebagai satu-satunya bangunan dengan perpaduan arsitektur Jawa, Cina, dan Eropa, keberadaannya mencerminkan bagaimana Cirebon pernah menjadi pusat perdagangan dan budaya di Nusantara. Di masa lalu, Lawang Sanga menjadi gerbang maritim yang menghubungkan kerajaan dengan dunia luar, khususnya saat Gotrasawala berlangsung. Kini, tugas kita adalah menjaga dan mengenalkan kembali warisan berharga ini agar tetap hidup dalam ingatan generasi mendatang.


Jadi, jika Anda berkunjung ke Cirebon, sempatkanlah mampir ke Lawang Sanga. Karena di balik sembilan pintunya, tersimpan sejuta kisah tentang kebesaran masa lalu yang patut kita kenang dan lestarikan.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)