Sejuta Sejarah dalam Keindahan Alam Situ Wangi Kawali yang Tak Pernah Surut

Jabar Tourism
2 minute read
0

(sumber gambar : Facebook/Ezih Sukaesih Halaman)

Di tengah hamparan hijau perbukitan dan udara sejuk khas pedesaan, Situ Wangi Kawali berdiri sebagai saksi bisu perjalanan sejarah yang panjang. Danau seluas 2,9 hektare ini membentang anggun di atas lahan 5 hektare di Dusun Hayawang, Desa Winduraja, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Keindahannya begitu menenangkan, airnya jernih memantulkan langit biru dan rimbunan pepohonan yang mengelilinginya. Namun, di balik pesonanya yang menawan, Situ Wangi menyimpan kisah yang telah mengalir sejak tahun 1818—sebuah cerita tentang sejarah, kepercayaan, dan kehidupan masyarakat setempat.


Menurut legenda, keberadaan Situ Wangi tak lepas dari perjalanan Imam Fakih, seorang santri dari Cirebon yang datang ke wilayah Kerajaan Galuh untuk menyebarkan syiar Islam. Saat tiba di daerah Hayawang, ia melihat potensi besar dari aliran Sungai Cipadaren yang membawa limpahan air dari Gunung Cakrabuana. Demi mendukung kehidupan pertanian masyarakat, Situ Wangi pun dibuat sebagai sumber air utama. Keunikan danau ini semakin bertambah dengan satu fakta menarik: airnya tak pernah surut, bahkan saat musim kemarau panjang melanda. Hingga kini, danau ini masih menjadi sumber kehidupan bagi para petani yang menggantungkan irigasi sawah dan ladangnya pada kejernihan air Situ Wangi.


Namun, Situ Wangi bukan sekadar danau untuk kebutuhan irigasi. Seiring waktu, kawasan ini berkembang menjadi destinasi wisata unggulan Kabupaten Ciamis. Keasriannya yang masih terjaga, dipadukan dengan berbagai fasilitas yang semakin memanjakan pengunjung, menjadikan Situ Wangi pilihan ideal bagi mereka yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk kota. Berbagai sarana telah dibangun, mulai dari gazebo untuk bersantai, area olahraga air, hingga jalur jogging yang membentang mengelilingi danau. Suasana di sini begitu tenang, seolah mengajak siapa pun yang datang untuk sejenak melupakan hiruk-pikuk dunia luar dan menyatu dengan alam.


Bagi para pecinta wisata sejarah dan religi, Situ Wangi juga memiliki daya tarik tersendiri. Di sekitar kawasan ini, terdapat makam Eyang Suba, tokoh yang dipercaya sebagai salah satu pendiri Situ Wangi. Sementara itu, makam Imam Fakih sendiri terletak di Desa Awiluar, Kecamatan Lumbung, tak jauh dari danau. Hal ini menjadikan Situ Wangi sebagai salah satu destinasi spiritual yang kerap dikunjungi oleh para peziarah yang ingin mengenang jasa para tokoh penyebar Islam di tanah Sunda.


Dulu, sebelum revitalisasi dilakukan, Situ Wangi lebih dikenal sebagai tempat memancing yang sekaligus menjadi sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Pepohonan liar dan jalan tanah yang sulit diakses membuat kawasan ini belum begitu dilirik sebagai tujuan wisata. Namun kini, wajah Situ Wangi telah berubah drastis. Jalannya sudah diperkeras dan diberi pembatas, menciptakan jalur yang nyaman bagi pengunjung yang ingin berkeliling menikmati pemandangan. Gazebo-gazebo tersebar di berbagai sudut, memberikan tempat berteduh bagi mereka yang ingin bersantai di tepi danau sambil menikmati hembusan angin yang menyejukkan.


Daya tarik Situ Wangi tidak hanya terletak pada keindahannya, tetapi juga pada perpaduan antara sejarah, spiritualitas, dan keseharian masyarakat yang terus menjaga kelestariannya. Di sini, kita bisa menemukan cerita tentang masa lalu yang tetap hidup dalam ingatan, diiringi oleh alunan air danau yang tak pernah berhenti mengalir. Situ Wangi bukan hanya sebuah destinasi wisata; ia adalah saksi sejarah yang terus berbicara kepada setiap pengunjung yang datang untuk mendengar kisahnya.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)