![]() |
Koleksi dari Stranough Gitar Technology (sumber : google maps/Stranough Gitar Technology) |
Tak banyak yang tahu bahwa di balik indahnya dentingan nada dari sebuah gitar, tersimpan kisah panjang kreativitas anak bangsa. Indonesia bukan hanya kaya akan hutan tropis, tetapi juga melimpah dengan jenis kayu berkualitas tinggi yang menjadi incaran dunia—terutama untuk pembuatan gitar. Namun, kekayaan alam itu seolah menemukan makna lebih ketika berpadu dengan tangan-tangan terampil para pengrajin lokal yang tak pernah kehabisan akal untuk berinovasi.
Salah satu nama yang berhasil menyatukan dua kekuatan tersebut—bahan baku unggulan dan inovasi tanpa henti—adalah Stranough Guitar Technology, sebuah merek gitar asal Bandung yang digawangi oleh Muhammad Satrianugraha, atau yang akrab disapa Hanung. Sejak tahun 2002, Hanung telah menapaki jalan sebagai perajin gitar, menekuni setiap detail dari instrumen berdawai itu dengan sepenuh hati. Setelah lebih dari satu dekade berkarya, kini ia berhasil membawa Stranough menembus panggung internasional.
“Kita sempat tampil di NAMM Show 2020, tapi kemudian pandemi datang di bulan Maret. Jadi bisa dibilang, Sound Messe Osaka 2023 lalu adalah kebangkitan pertama kita untuk kembali unjuk gigi di dunia internasional,” cerita Hanung dengan semangat.
Gitar Mungil yang Memikat Negeri Sakura
Partisipasi Stranough di NAMM Show 2020 sebenarnya sudah dipersiapkan dengan matang sejak tahun sebelumnya. Bahkan, mereka sudah mengantongi daftar potential buyer alias calon pembeli dari berbagai negara. Sayangnya, rencana manis itu harus terganjal oleh pandemi global yang membuat segala aktivitas bisnis melambat drastis.
Namun dari ajang itu, lahirlah sebuah titik terang: sebuah gitar mini bernama The Tripper. Gitar ini tampil beda dengan desain ramping dan ukuran super kompak, membuatnya ideal untuk para musisi yang hobi bepergian. “The Tripper ini memang didesain untuk traveling. Ukurannya kecil, jadi praktis dan nggak makan tempat,” ungkap Hanung.
Uniknya, The Tripper justru menjadi bintang utama di NAMM Show. Semua unit yang dipajang langsung ludes terjual. Dan yang lebih mengejutkan, sebagian besar pembelinya datang dari Jepang. “Mungkin karena orang Jepang itu suka hal-hal yang praktis dan compact, ya. Jadi gitar ini langsung menarik perhatian mereka,” tambahnya.
Membaca sinyal positif dari pasar Jepang, Hanung pun membawa versi edisi khusus The Tripper ke Sound Messe Osaka 2023. “Kami tetap percaya diri membawa The Tripper, karena kita sudah tahu ada ketertarikan besar dari pasar Jepang. Harapannya tentu bisa memperluas potensi bisnis di sana,” jelasnya.
Bandung, Gudang Talenta Pengrajin Gitar
Ajang Sound Messe Osaka 2023 tidak hanya menjadi panggung untuk Stranough. Ada pula dua merek lain dari Bandung yang ikut tampil: Dr. Case dan Genta. Ketiganya menjadi bagian dari perwakilan Indonesia bersama pelaku industri gitar dari kota lain seperti Jakarta, Surabaya, dan Solo. Setiap brand hadir dengan ciri khas dan inovasi masing-masing, serta sudah memiliki calon pembeli luar negeri yang siap menjalin kerja sama.
Apa yang dilakukan oleh para seniman gitar dari Bandung ini adalah bukti nyata bahwa kualitas gitar buatan lokal sudah bisa bersaing di tingkat dunia. Bukan hanya karena kualitas kayu atau desainnya yang unik, tapi juga karena daya tarik produk mereka di mata pasar internasional.
“Pasarnya sudah ada, produknya juga sudah siap. Jadi untuk ekspor, sebenarnya tinggal selangkah lagi,” tutup Hanung, penuh optimisme.