Cerita Panjang Sejarah Cirebon di Balik Makam Panjang yang Terlupakan

Jabar Tourism
0

Situs Makam Panjang (sumber : google maps/Riza Haikal)

Cirebon tak hanya dikenal sebagai kota pesisir yang kaya akan budaya dan tradisi Islam. Di balik hingar-bingar keraton, batik megamendung, dan aroma empal gentong yang khas, tersimpan pula jejak-jejak sejarah yang sunyi namun sarat makna. Salah satunya adalah situs makam tua yang tak begitu populer di kalangan wisatawan, namun menyimpan cerita panjang tentang dakwah, kearifan lokal, dan nilai-nilai filosofi kehidupan.


Adalah Situs Makam Panjang, sebuah peninggalan masa lampau yang berdiri tenang di tengah permukiman warga di Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Meski namanya tak sepopuler destinasi wisata lain di kota udang ini, makam tersebut menyuguhkan kisah yang mengajak kita merenungi makna hidup dan warisan budaya yang tak ternilai. Dari panjangnya makam hingga legenda sang tokoh penyebar Islam, semua mengalir dalam narasi yang patut untuk digali lebih dalam.


Berbeda dari makam pada umumnya, Situs Makam Panjang memiliki keunikan yang langsung mencuri perhatian: ukuran makamnya tidak biasa. Terdapat dua makam utama di sana, satu memiliki panjang sekitar 3 meter, sementara yang lainnya bisa mencapai hingga 5 meter. Di sekelilingnya, berserakan serpihan batu bata tua yang diyakini sebagai sisa tembok kuno, seolah menjadi saksi bisu dari perjalanan zaman yang telah lama berlalu.


Di sisi makam, berdiri sebuah musala kecil bernama Musala Asyifa. Bangunan mungil ini dikelilingi pagar hijau, dengan ornamen keramik dan hiasan gelas kaca di bagian atas pintu masuk. Nuansa sakral terasa kental, menyambut siapa pun yang datang dengan tenang dan rasa hormat.


Menurut Jajat Sudrajat, seorang pemerhati sejarah dan budaya Cirebon, panjang makam ini bukan sekadar ukuran fisik, melainkan sarat akan makna simbolis. “Kata ‘panjang’ mengandung filosofi: panjang umur, panjang silaturahmi, panjang sejarah. Semacam pesan agar kita menjadi pribadi yang selalu diingat dan meninggalkan jejak kebaikan,” ujar Jajat.


Jejak Pangeran Jayalelana: Dakwah Lewat Gerabah

Salah satu makam di situs ini diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Pangeran Jayalelana, tokoh penting dalam penyebaran Islam di Cirebon pada abad ke-16. Ia merupakan keturunan dari Pangeran Panjunan—sosok yang dikenal lewat keahliannya dalam membuat gerabah dan menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan kebudayaan.


Tak seperti metode dakwah yang keras atau menakut-nakuti, Pangeran Jayalelana memilih jalan yang lembut dan membumi. Ia mendirikan padepokan sebagai ruang berkumpul masyarakat, tempat di mana dakwah dan karya berjalan beriringan. “Beliau mengajarkan membuat gerabah sambil berdakwah. Pendekatannya kreatif dan dekat dengan keseharian warga,” ungkap Jajat.


Wilayah Kesambi, tempat situs ini berada, dulunya dikenal sebagai daerah penghasil kayu dan tanah liat—bahan utama gerabah. Maka tak heran jika dakwah melalui kerajinan menjadi sarana efektif untuk menarik hati masyarakat non-Muslim kala itu.


Misteri Makam yang Lebih Panjang

Dari dua makam utama yang ada, satu di antaranya—yang lebih panjang—diyakini bukan makam manusia, melainkan makam pusaka atau benda peninggalan dari masa hidup Pangeran Jayalelana. Keberadaannya memperkaya aura mistis dan sejarah dari situs ini, yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17.


Meski tak sepopuler situs sejarah lainnya, Makam Panjang menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana warisan leluhur dapat menginspirasi kehidupan masa kini. Bukan sekadar destinasi ziarah, tempat ini adalah pengingat bahwa nilai-nilai kebajikan, kreativitas, dan kesantunan adalah warisan sejati yang patut dijaga.


Di balik keheningan makam tua dan tembok bata yang mulai rapuh, tersimpan kekayaan makna yang tak akan pernah usang dimakan waktu. Cirebon memang punya banyak cerita—dan Makam Panjang adalah salah satu kisah yang layak untuk dikenang dan diteruskan. Sudah saatnya kita tak hanya melancong untuk berfoto, tetapi juga untuk mendengar bisikan sejarah yang tersimpan dalam diam.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)