![]() |
Motif Batik Kuningan (sumber : facebook/Jenal Abidin) |
Jika kita berbicara tentang kekayaan wastra di tanah Jawa Barat, pikiran kita mungkin akan langsung melayang ke Cirebon dengan motif Mega Mendung-nya yang ikonik. Namun, jauh di kaki Gunung Ciremai, tersembunyi sebuah permata lain yang tak kalah memesona: batik khas Kuningan. Di balik kesejukan alamnya dan jejak sejarah yang terpatri di setiap sudut, Kuningan menyimpan kekayaan budaya yang jarang disorot, namun justru itulah yang membuatnya begitu istimewa. Di sini, batik bukan hanya kain berpola indah, melainkan sebuah narasi visual yang mencerminkan jati diri masyarakatnya.
Di setiap helai kain batik Kuningan, terselip filosofi, doa, dan kisah-kisah lokal yang diwariskan turun-temurun. Keunikan motif-motifnya tidak hanya mempercantik tampilan, tetapi juga mengandung makna mendalam tentang kehidupan, alam, dan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Inilah yang menjadikan batik Kuningan lebih dari sekadar produk budaya—ia adalah warisan hidup yang terus bertumbuh bersama zaman.
Motif yang Menyimpan Cerita Leluhur
Batik Kuningan memiliki identitas yang kuat berkat ragam motif khas yang sarat makna. Bukan sekadar hiasan visual, setiap pola adalah simbol yang berbicara—tentang sejarah, alam, hingga filosofi hidup masyarakat Kuningan. Motif Ikan Dewa (Kancra Bodas), misalnya, bukan hanya menggambarkan fauna lokal yang langka, tetapi juga melambangkan kesucian dan keberkahan yang dijaga oleh masyarakat. Ada pula motif Bokor Emas, yang menjadi simbol kemakmuran dan kejayaan, serta motif Kuda, yang mencerminkan semangat, kekuatan, dan keteguhan.
Motif-motif ini dirancang dengan penuh perenungan, mengajak siapa pun yang mengenakannya untuk ikut merasakan denyut kehidupan masyarakat Kuningan yang bersahaja namun penuh makna.
Nisya Batik: Dari Cinta Menjadi Cipta
Salah satu nama yang tak bisa dilepaskan dari perjalanan batik Kuningan adalah Nisya Batik. Usaha ini digagas oleh Emay Marsiti, seorang perempuan tangguh dari Desa Cikubangsari, Kecamatan Kramatmulya. Sejak 2008, Emay menapaki jalan pelestarian budaya ini dengan tekad kuat. Ia belajar membatik hingga ke Pekalongan dan Cirebon, menimba ilmu dari kota-kota yang telah lama dikenal sebagai pusat batik nasional.
Dari sana, lahirlah Nisya Batik yang bukan hanya memproduksi kain, tetapi juga mengolahnya menjadi aneka produk seperti kemeja, daster, tas, hingga ikat kepala—semuanya membawa identitas Kuningan dalam setiap polanya. Kini, produk-produk Nisya Batik telah menjangkau pasar di luar Jawa, bahkan menarik perhatian pecinta batik dari Australia dan Jepang. Lebih dari sekadar bisnis, Nisya Batik menjadi ruang pemberdayaan yang membuka peluang kerja bagi warga sekitar, menjadikan batik sebagai sumber penghidupan sekaligus kebanggaan.
Satu hal yang menarik dari batik Kuningan adalah kemampuannya untuk terus bergerak dan beradaptasi. Para perajin tidak terpaku pada motif lama, namun terus menciptakan desain-desain baru yang memadukan kearifan lokal dengan sentuhan modern. Inovasi ini membuat batik Kuningan tetap relevan di mata generasi muda, tanpa kehilangan ruh budayanya.
Batik Kuningan adalah bukti bahwa warisan budaya bukan sesuatu yang membeku di masa lalu. Ia tumbuh, berubah, dan terus bercerita melalui tangan-tangan kreatif yang mencintainya. Di tiap helai kain, ada denyut kehidupan yang mengalir, membawa serta kisah-kisah leluhur dan semangat zaman yang menyatu dalam harmoni.
Inilah wajah batik Kuningan: lembut namun kuat, sederhana namun bermakna. Sebuah warisan budaya yang tak hanya layak dilestarikan, tetapi juga dirayakan—dengan bangga dan sepenuh hati.