![]() |
Jembatan Cisomang Lama (sumber : wikipedia) |
Di balik rimbunnya semak belukar dan kebun warga di perbatasan Bandung Barat dan Purwakarta, berdiri sisa-sisa masa lalu yang nyaris terlupakan. Ia bukan bangunan biasa, melainkan potongan sejarah dari era kolonial: Jembatan Kereta Api Cisomang generasi pertama. Meski usia bangunannya sudah lebih dari satu abad, jejak-jejak kejayaan di tahun 1906 masih tertinggal pada dinding-dinding fondasi batu yang kini mulai digerogoti waktu.
Awalnya, jembatan ini dibangun sebagai penghubung vital jalur kereta api yang melayani angkutan barang dan penumpang. Di masanya, ini adalah proyek ambisius untuk memperlancar mobilitas antar wilayah. Tapi harapan itu tak bertahan lama. Takdir berkata lain: usia pakainya hanya 26 tahun. Sejak 1932, roda-roda besi tak lagi melintasi jembatan ini karena seringnya insiden anjlok akibat tanah yang labil dan pola rel yang bergeser.
Kini, yang tersisa hanyalah dinding pondasi dan tiga lorong berbentuk cincin di bawahnya. Lorong-lorong ini dulunya menopang laju kereta, kini berubah fungsi menjadi tempat berteduh para petani saat rehat dari ladang. Semak liar menjalari sudut-sudut bangunan, seolah berusaha menyembunyikan cerita masa lalu yang hampir hilang dari ingatan.
Akses ke lokasi ini pun bukan perkara mudah. Terletak di tengah kebun milik warga dan tertutup tumbuhan liar, hanya mereka yang benar-benar penasaran yang rela menembus jalur sempit untuk sampai ke sana. Padahal, jika diamati lebih dekat, detail arsitekturnya menyimpan keindahan khas bangunan kolonial: tiga cincin batu di bagian bawah jembatan — desain yang juga bisa kita temukan di Jembatan Cincin Jatinangor, Sumedang.
![]() |
Jembatan Cisomang Lama (sumber : Youtube @Dekat Rumah) |
Menurut penuturan warga, total ada empat jembatan Cisomang generasi awal. Dua berada di Bandung Barat, sementara dua lainnya tersembunyi di daerah Darangdan, Purwakarta — letaknya bahkan lebih sulit dijangkau karena berada tepat di atas sungai. Bekas rel besi yang dahulu menjadi nadi penghubung antarkota pun telah hilang. Tak ada yang tahu pasti apakah dipindahkan atau terkubur oleh waktu.
Meski fisiknya tak lagi utuh, keberadaan jembatan ini menjadi saksi sunyi dari masa keemasan transportasi kereta api di Hindia Belanda. Batu-batu kapur yang membentuk struktur bangunan masih berdiri, seakan menolak roboh meski tergerus zaman. Di sekitarnya, kehidupan terus berjalan: petani menanam padi, anak-anak bermain di antara rerumputan, dan jembatan tua itu... tetap setia berdiri, membisikkan kisah yang tak semua orang sempat dengar.
Tidak banyak yang tahu bahwa bangunan tua ini pernah menjadi bagian penting dari sistem transportasi di masa lalu. Tapi bagi mereka yang berani menelusuri jejak sejarah, Jembatan Cisomang lama bukan sekadar reruntuhan — ia adalah pengingat bahwa setiap batu dan fondasi punya cerita yang layak dikenang.