Mengenal Badogar, Reog Ala Garut dengan Sentuhan Domba yang Unik dan Menghibur

Jabar Tourism
3 minute read
0

Badogar Garut (sumber : duniabudayagarut)

Kalau bicara soal seni dan budaya di Jawa Barat, jangan kaget kalau kamu akan dibikin takjub berkali-kali. Mulai dari rampak kendang yang enerjik, angklung yang merdu, sampai wayang golek yang legendaris, semuanya punya cerita dan daya tariknya masing-masing. Tapi, di tengah deretan kesenian yang sudah lebih dulu populer itu, ada satu pertunjukan khas dari Garut yang belakangan mulai mencuri perhatian. Namanya unik dan bikin penasaran: Badogar.


Dari namanya saja sudah terasa nuansa lokalnya. Tapi tunggu dulu, Badogar ini bukan sekadar seni tradisional biasa. Ia menggabungkan elemen Reog ala Ponorogo dengan identitas khas Garut, yaitu domba. Ya, kamu nggak salah baca—domba. Tapi bukan domba hidup, melainkan “boneka” domba besar yang dimainkan layaknya barong. Unik, kan?


Kalau kamu pernah nonton Reog Ponorogo, pasti familiar dengan musik khas dan tarian yang energik dari sosok barong bermahkota bulu merak. Nah, Badogar memang sekilas mirip, terutama dari cara pementasannya. Tapi yang membuatnya berbeda dan begitu khas adalah penggunaan “barong domba” sebagai karakter utama. Barong di sini nggak berkepala singa atau burung, tapi berbentuk kepala domba Garut yang dibuat dalam ukuran besar dan penuh warna.


Badogar sendiri merupakan singkatan dari Barong Domba Garut, sebuah bentuk kesenian baru yang lahir pada tahun 2011. Sang penggagasnya adalah Cecep Surachman, seniman asal Kampung Cikancung, Desa Margalaksana, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut. Cecep terinspirasi dari Reog, tapi ingin menciptakan sesuatu yang lebih merepresentasikan Garut—maka lahirlah Badogar, dengan domba sebagai simbol lokal.


Berbeda dengan Reog yang menggunakan selompet bernada tinggi dan tajam, Badogar diiringi alunan musik khas Sunda yang lebih dinamis dan fleksibel. Alat-alat yang digunakan pun cukup beragam: saron, bonang, kendang, bedug, kecrek, suling, hingga gong. Musik ini mengikuti gerakan pemain barong domba yang menari-nari seirama, membuat pertunjukan jadi hidup dan memukau.


Gerakan si “domba” dalam Badogar sering kali dibuat seperti sedang mengamuk, berputar, meloncat, hingga menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan. Penonton pun ikut larut dalam suasana yang meriah, penuh semangat namun tetap kental dengan nuansa tradisional.


Boneka Domba yang Sarat Simbol

Topeng domba dalam Badogar bukan sekadar hiasan, tapi punya filosofi yang mendalam. Warna hitam dan putih yang dominan menggambarkan dua sisi kehidupan: kebaikan dan kejahatan. Lewat pertunjukan ini, ada pesan moral yang ingin disampaikan—agar manusia bisa menjaga keseimbangan hidup, dan tidak membiarkan sisi gelap menguasai dirinya.


Di atas kepala topeng domba, biasanya tertulis "Badogar Cilawu", lengkap dengan gambar barong bergigi tajam. Cukup menyeramkan tapi tetap mengundang decak kagum. Selain pemain barong, ada juga penari pembawa umbul-umbul yang menari-nari dengan bendera, melambangkan keharmonisan dan keluwesan hidup berdampingan.


Meski terbilang baru, eksistensi Badogar semakin hari semakin dikenal, baik di kalangan masyarakat Garut maupun luar daerah. Pertunjukannya kini mulai rutin hadir di berbagai acara—dari festival budaya, hajatan warga, sampai kegiatan resmi tingkat kabupaten.


Menariknya lagi, karena pertunjukan ini sangat atraktif, banyak penonton dari kalangan anak-anak hingga dewasa ikut terbawa suasana. Anak-anak biasanya antusias melihat boneka domba raksasa, sementara orang tua menikmati iringan musik tradisional yang mengingatkan mereka pada masa lalu.


Badogar adalah bukti nyata bahwa kesenian tradisional bisa terus hidup dan berkembang jika diberikan ruang untuk berinovasi. Ia memadukan unsur lama dan baru, lokal dan universal, menjadi satu pertunjukan yang unik dan sarat makna. Di tengah gempuran budaya modern, Badogar hadir sebagai pengingat bahwa akar budaya kita begitu kaya dan tak ada habisnya untuk digali.


Jadi, kalau suatu hari kamu mampir ke Garut dan kebetulan ada pertunjukan Badogar, pastikan kamu nggak melewatkannya. Siapa tahu, si “domba” itu justru jadi kenangan paling berkesan dari perjalananmu ke Swiss-nya Jawa ini.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)
June 23, 2025