Mencicipi Warisan Rasa dari Bandung Barat: Kerupuk Gurilem, Camilan Unik dari Cililin

Jabar Tourism
0

Kerupuk Gurilem (sumber : pinterest)

Kalau kita bicara soal kekayaan kuliner Jawa Barat, jangan cuma bayangkan peuyeum atau surabi. Bandung Barat, misalnya, punya sejuta rasa yang tersembunyi di balik lereng-lerengnya yang sejuk. Di antara camilan-camilan khas yang menggoda lidah, ada satu nama yang mungkin belum begitu akrab di telinga: kerupuk gurilem. Camilan asal Kecamatan Cililin ini bukan hanya sekadar gurih, tapi juga punya cerita dan cara pengolahan yang bikin penasaran.


Bayangkan sebuah camilan yang digoreng tanpa minyak, melainkan disangrai dengan pasir panas. Iya, pasir! Bukan trik sulap, tapi tradisi yang masih bertahan hingga kini. Di Kampung Pasir Meong, sebuah wilayah kecil di Cililin yang sejak lama dikenal sebagai sentra penghasil kerupuk, kerupuk gurilem dibuat dengan cara yang tidak berubah sejak puluhan tahun silam. Bukan hanya rasa yang khas, tapi juga proses pembuatannya yang menyimpan kearifan lokal.


Asal Usul Nama dan Rasa yang Tak Terlupa

Gurilem sendiri bukan nama yang asal tempel. Ini singkatan dari dua kata dalam bahasa Sunda: “gurih” dan “pelem”. Kata pelem di sini bukan berarti mangga, melainkan bisa diartikan sebagai “enak” atau “lezat” dalam konteks percakapan sehari-hari masyarakat Sunda. Jadi, secara harfiah, gurilem bisa diartikan sebagai "gurih dan enak"—dan itu bukan klaim kosong. Sekali kamu coba, bisa-bisa langsung jatuh hati!


Menurut cerita warga setempat, terutama dari penuturan seorang pengusaha kerupuk bernama Kang Yayan, gurilem pertama kali dibuat oleh seorang tokoh bernama Hj. Mardi sekitar tahun 1970-an. Sebelum dinamai gurilem, masyarakat menyebutnya “kurupuk jendil”, mungkin karena bentuknya yang menggembung saat matang. Namun, seiring waktu dan popularitasnya yang meningkat, nama “gurilem” pun melekat sebagai identitas kerupuk ini.


Tradisi yang Terjaga Lewat Pasir Panas

Yang membuat kerupuk ini makin istimewa adalah proses pengolahannya. Bukan digoreng dengan minyak seperti kerupuk biasa, gurilem justru disangrai di dalam pasir yang telah dipanaskan. Pasir yang digunakan bukan sembarang pasir, tentunya sudah dibersihkan dan dipilih khusus. Teknik ini tidak hanya menjaga cita rasa otentik gurilem, tapi juga membuat teksturnya lebih renyah dan rasa gurihnya lebih nendang.


Proses ini bukan sekadar teknik, tapi warisan turun-temurun yang masih dijaga oleh para pengrajin kerupuk di Pasir Meong. Setiap gigitan gurilem seperti membawa kita menyusuri waktu, merasakan bagaimana tradisi tetap hidup di tengah kemajuan zaman.


Kerupuk gurilem bukan hanya teman ngemil saat santai. Ia juga cocok disandingkan dengan nasi hangat, jadi topping mi instan, atau bahkan diolah jadi kerupuk bumbu pedas yang kekinian. Fleksibel dan tetap nikmat! Tak heran jika camilan ini jadi buah tangan favorit para pelancong yang mampir ke Bandung Barat.


Lebih dari itu, gurilem punya peran penting dalam kehidupan masyarakat Cililin. Ia bukan hanya sumber mata pencaharian, tapi juga simbol kekayaan budaya lokal. Lewat kerupuk ini, masyarakat menjaga identitas mereka sekaligus memperkenalkan rasa khas daerah ke khalayak lebih luas.


Kalau kamu punya rencana berkunjung ke Kabupaten Bandung Barat, sempatkan mampir ke Cililin. Di sepanjang jalan kampung Pasir Meong, kamu akan menemukan deretan kios yang menjual berbagai jenis kerupuk, termasuk gurilem. Cobalah satu bungkus saja, dan lihat bagaimana rasa gurihnya membuatmu sulit berhenti mengunyah.


Kerupuk gurilem bukan sekadar camilan tradisional. Ia adalah potret kecil dari cinta, tradisi, dan inovasi masyarakat yang terus menjaga cita rasa lokal tetap hidup di tengah arus zaman. Jadi, selamat menikmati—dan bersiaplah ketagihan!

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)