Mie Kocok: Hidangan Legendaris dari Bandung yang Tak Lekang oleh Waktu

Jabar Tourism
0

Mie Kocok khas Bandung (sumber : indonesiakaya)

Jika sedang berkunjung ke Kota Bandung dan ingin memanjakan lidah dengan kuliner khas yang menggugah selera, tak ada salahnya menjajal semangkuk mie kocok. Rasanya yang gurih, hangat, dan kaya akan cita rasa menjadikan hidangan ini favorit lintas generasi. Anak-anak hingga orang tua bisa menikmati sajian ini dalam suasana apapun—baik saat santai di rumah maupun tengah hujan turun perlahan.


Meski kini mie kocok mudah dijumpai di berbagai kota di Indonesia, siapa sangka hidangan ini pertama kali muncul dari tanah Parahyangan, tepatnya di Bandung, Jawa Barat. Asal usulnya memang belum tercatat secara pasti, namun sejarah panjang mi sebagai bahan dasar telah melewati perjalanan waktu ribuan tahun.


Jejak Sejarah Mie Dari Tiongkok ke Nusantara

Menurut catatan sejarawan kuliner Suryatini N. Ganie dalam bukunya Dapur Naga di Indonesia, mie diyakini pertama kali dibuat di kawasan Lajia, Tiongkok Utara sekitar 4.000 tahun lalu. Para arkeolog menemukan sisa-sisa mie berwarna kuning sepanjang 50 cm di dalam guci tanah liat. Uniknya, mie tersebut berasal dari biji-bijian rumput, bukan tepung gandum seperti yang kita kenal saat ini.


Seiring waktu, mie menyebar ke berbagai belahan dunia melalui jalur perdagangan, termasuk ke Indonesia. Para pedagang dari Tiongkok yang berlayar ke Nusantara untuk mencari rempah-rempah membawa serta kuliner ini dan menetap, terutama di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Dari sanalah, ragam olahan mie mulai berkembang—salah satunya menjadi mie kocok khas Bandung.


Asal-Usul Nama dan Cara Mengolah yang Unik

Nama mie kocok bukanlah sekadar sebutan tanpa arti. Istilah ini merujuk pada proses memasaknya: mie dan tauge yang “dikocok” atau dicelup-celupkan ke air panas hingga layu. Teknik ini serupa dengan pembuatan mie kopyok yang terkenal di Jawa Tengah, meskipun tentu saja hasil akhirnya punya karakter dan rasa yang berbeda.


Biasanya mie yang digunakan adalah mie telor, yang bisa dengan mudah ditemui di pasar-pasar tradisional hingga supermarket. Namun, beberapa pengusaha mie kocok memilih membuat mie sendiri untuk menjaga kualitas dan keunikan rasa.


Dalam satu mangkuk mie kocok, kita bisa menemukan kombinasi mie telor, sawi, tauge, potongan daging sapi, bakso, serta taburan daun bawang dan bawang goreng. Kuah kaldunya menjadi jiwa dari hidangan ini—dibuat dari racikan rempah sederhana seperti kemiri, bawang putih, merica, dan garam, namun mampu menciptakan rasa yang menggoda selera.


Beberapa penjual mie kocok legendaris punya rahasia sendiri dalam menjaga kelezatan kaldu. Ada yang masih setia menggunakan bara api dari arang agar rasa dan aroma kaldunya tetap kuat. Rebusan daging, kikil, dan tulang sumsum dilakukan selama berjam-jam hingga menghasilkan kaldu kental yang nikmat. Untuk menambah aroma dan menetralisir bau amis, daun salam, serai, dan jahe sering ditambahkan. Ada juga yang memperkaya rasa dengan kunyit, ketumbar, atau bahkan ikan tenggiri.


Mie Kocok dalam Lintasan Sejarah Bandung

Mie kocok bukanlah kuliner baru. Sejak masa kolonial, keberadaannya telah tercatat dalam sejarah. Salah satu bukti bisa ditemukan dalam iklan restoran Hoa Sang yang dimuat di Algemeen Indisch Dagblad pada 14 Februari 1947. Restoran yang dikelola Lim Tjie ini tak hanya menyajikan makanan bergaya Eropa, tetapi juga menyuguhkan mie kocok dan mie pangsit sebagai menu andalan. Putranya, Lim Wasim, bahkan dikenal sebagai pelukis istana favorit Presiden Sukarno.


Penulis sejarah Bandung, Haryoto Kunto, dalam bukunya Semerbak Bunga di Bandung Raya menyebut kawasan Bojongloa, Pasirkaliki, dan Kebun Binatang sebagai pusat awal ketenaran mie kocok. Sementara R.O. Simatupang dalam panduan wisata tahun 1960-an menyebut nama Kebon Tangkil sebagai tempat yang tak kalah tersohor.


Jejak Legendaris yang Tetap Hidup

Kini, nama-nama seperti Mie Kocok Haji Endan, Mie Kocok Persib, Mie Kocok Subur, hingga Mie Kocok Mang Dadeng masih bertahan bahkan makin berkembang. Banyak dari mereka telah eksis sejak 1960-an hingga 1970-an, dan menjadi tujuan utama wisata kuliner di Bandung.


Dengan harga yang relatif terjangkau dan rasa yang selalu bikin kangen, mie kocok tetap menjadi primadona di tengah gempuran tren kuliner modern. Di warung kaki lima, kafe kekinian, hingga hotel bintang lima—mie kocok tetap punya tempat di hati para pencinta kuliner Nusantara.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)