Menelusuri Kampung Pandai Besi Cipari, Warisan Golok Legendaris Sejak 1930 di Bandung Barat

Jabar Tourism
0

 

Pengrajin Golok di Kampung Cipari (sumber : YouTube Petualangan Alam Desaku)

Kabupaten Bandung Barat tak hanya terkenal dengan pesona alamnya, tetapi juga menyimpan jejak sejarah panjang dalam dunia pertukangan tradisional. Di balik lereng perbukitan Kecamatan Cipongkor, tepatnya di Kampung Cipari Girang, Desa Cijambu, tersembunyi sebuah sentra pembuatan golok yang telah bertahan sejak zaman kolonial: Kampung Pandai Besi Cipari.


Di kampung yang terletak di dataran tinggi ini, dentingan palu menghantam besi terdengar nyaring setiap harinya. Bunyi khas tersebut berasal dari sekitar 40 perajin lokal yang masih setia menekuni profesi sebagai pandai besi. Suara itu berpadu dengan deru mesin gerinda yang memekik keras saat golok-golok diasah hingga mengeluarkan percikan api, menjadi alunan keseharian yang khas di kampung ini.


Sepanjang jalan setapak di Kampung Cipari Girang, deretan bengkel kecil terlihat berdiri bersahaja di samping rumah warga. Meskipun sebagian besar hanya berupa saung sederhana, namun di tempat-tempat inilah lahir berbagai jenis pisau, golok, hingga pedang, yang dibuat dengan teknik tradisional turun-temurun. Warga memulai aktivitas sejak pagi dan bekerja hingga senja, mengikuti ritme pesanan yang datang.


“Sudah sejak tahun 1930-an para orang tua kami mulai menempa besi di kampung ini,” ungkap seorang perajin lokal. Konon, para leluhur mereka adalah perantau dari Ciwidey yang menetap di Cipari dan memulai usaha ini dari nol. Dari generasi ke generasi, keterampilan tersebut diwariskan secara otodidak, tanpa pendidikan formal, namun tetap menghasilkan karya berkualitas tinggi.


Tak hanya menempa logam, para perajin juga membuat sendiri gagang dan sarung golok. Bahan-bahannya pun alami: dari kayu mahoni, jati, hingga tanduk hewan. Semuanya dirakit dengan ketelatenan, menjadikan setiap golok tak sekadar alat, melainkan hasil karya seni tradisional.


Harga produk yang dihasilkan bervariasi. Untuk pisau kecil, dibanderol mulai Rp15.000 hingga Rp20.000. Sementara untuk golok dan pedang berukuran besar, bisa mencapai Rp600.000 per unitnya. Meski nilai jualnya tak selalu tinggi, semangat menjaga tradisi tetap mengalir kuat dalam diri warga Kampung Cipari.


Tak hanya dikenal sebagai pusat produksi golok, Kampung Cipari juga menyimpan kisah heroik dalam sejarah perjuangan bangsa. Pada masa penjajahan Belanda, wilayah ini sempat menjadi incaran karena potensi dan posisinya yang strategis. Warga kampung dikenal gigih melawan penjajah meski hanya bersenjatakan bambu runcing. Tak sedikit yang gugur, namun semangat perjuangan itu kini diabadikan melalui sebuah monumen berupa tugu dan tembok peringatan di jantung kampung.


Di dinding tugu, tergambar jelas perlawanan masyarakat Cipari melawan pasukan Belanda—sebuah pengingat bahwa kampung ini bukan hanya penghasil golok, tetapi juga saksi bisu perjuangan mempertahankan tanah air.


Meski harus melalui jalan setapak berbatu dan berlumpur, suasana alami Kampung Cipari serta keramahan penduduknya seolah menjadi daya tarik tersendiri. Bagi para pencinta budaya, sejarah, dan warisan lokal, kampung ini adalah destinasi otentik yang layak dikunjungi.


Kini, di tengah gempuran zaman modern, Kampung Cipari tetap berdiri tegak sebagai simbol ketekunan dan warisan budaya. Sebuah potret ketahanan tradisi yang terus berdenyut dari bara api dan suara palu di balik sejuknya dataran tinggi Bandung Barat.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)