![]() |
Bupati Pangandaran Apresiasi Festival Nampaling (sumber : facebook/ Di Pangandaran) |
Tradisi Nampaling yang berlangsung di Desa Cikalong, Kecamatan Sidamulih, kembali menjadi sorotan. Bupati Pangandaran, Citra Pitriyami, memberikan apresiasi tinggi terhadap festival yang setiap tahunnya digelar masyarakat setempat ini. Menurutnya, Nampaling bukan sekadar atraksi budaya, melainkan simbol gotong royong dan kebersamaan yang diwariskan turun-temurun.
“Festival ini luar biasa. Nampaling menggambarkan cara masyarakat dulu menyelesaikan pekerjaan bersama-sama. Karena itu, tradisi ini harus kita rawat dan lestarikan,” ujar Bupati Citra dengan penuh antusias, Sabtu (20/9/2025).
Tradisi Menangkap Belalang, Lebih dari Sekadar Ritual
Nampaling sendiri merupakan tradisi menangkap belalang menggunakan alat khusus yang disebut tampaling. Hasil tangkapan itu kemudian dikumpulkan ke dalam wadah bernama toler atau kembu. Bagi warga Cikalong, belalang tidak hanya sekadar hama, melainkan simbol kearifan lokal sekaligus bahan pangan yang bisa diolah menjadi kuliner khas. Salah satu menu andalan yang selalu hadir di festival ini adalah oseng simeut, masakan berbahan dasar belalang yang menjadi favorit para pengunjung.
Namun, Festival Nampaling tidak berhenti pada prosesi penangkapan belalang. Acara ini juga menghadirkan berbagai kuliner tradisional khas daerah, mempertemukan warga dari berbagai lapisan, dan menjadi ruang silaturahmi yang sarat makna kebersamaan. Tak heran, perayaan ini selalu dinanti, baik oleh masyarakat lokal maupun wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya Pangandaran.
Simbol Identitas dan Penguat Ekonomi Lokal
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Citra menegaskan dukungan pemerintah daerah untuk terus menjaga tradisi Nampaling. Menurutnya, identitas sebuah daerah akan semakin kuat jika warganya mampu merawat warisan leluhur.
“Budaya adalah kekuatan yang mempersatukan kita. Lewat gotong royong, kita belajar bagaimana para pendahulu membangun kebersamaan. Inilah yang harus kita teruskan kepada generasi muda,” katanya.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Cikalong, Ruspandi. Ia menilai Nampaling adalah identitas desa yang perlu terus diwariskan. Lebih jauh, festival ini juga membuka peluang ekonomi, khususnya di bidang kuliner dan pariwisata.
“Nampaling bukan hanya tradisi, tapi juga potensi. Melalui festival ini, kami ingin anak-anak muda belajar bahwa budaya bisa diwariskan sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Magnet Wisata dan Agenda Budaya Unggulan
Festival Nampaling kini menjelma menjadi magnet wisata yang mampu menarik ribuan pengunjung dari luar daerah. Mereka datang bukan hanya untuk menyaksikan prosesi unik menangkap belalang, tetapi juga untuk menikmati suasana pedesaan, berinteraksi langsung dengan masyarakat, dan mencicipi kuliner khas yang jarang dijumpai di tempat lain.
Keunikan ini menjadikan Festival Nampaling berpotensi masuk dalam agenda budaya unggulan Kabupaten Pangandaran. Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah dan antusiasme warga, tradisi ini diyakini dapat terus berkembang hingga menjadi daya tarik wisata budaya berskala nasional, bahkan internasional.
Harmoni Manusia dan Alam
Lebih dari sekadar festival, Nampaling mencerminkan harmoni antara manusia dengan alam. Dari belalang yang ditangkap, lahir kuliner khas yang memperkaya khazanah masakan Nusantara. Sementara nilai gotong royong, kebersamaan, dan penghormatan terhadap leluhur tetap terjaga di tengah arus modernisasi.
Pada akhirnya, Festival Nampaling bukan hanya perayaan budaya, melainkan cerminan jati diri masyarakat Pangandaran: hidup selaras dengan alam, menjunjung kebersamaan, dan menjaga warisan leluhur untuk generasi mendatang.