![]() |
Pembukaan West Java Paragliding Championship 2025 (sumber : Disparbud Jabar) |
Suasana Minggu pagi (21/9/2025) di Pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang terasa berbeda dari biasanya. Ribuan pasang mata tertuju ke langit biru, ketika puluhan pilot paralayang mulai mengepakkan sayap warna-warni dari Gunung Lingga, Kecamatan Cisitu. Dengan lambaian angin, mereka terbang anggun di atas hamparan hijau perbukitan Sumedang, lalu perlahan turun menuju lapangan tempat acara pembukaan West Java Paragliding Championship 2025.
Riuh tepuk tangan penonton pecah setiap kali satu per satu pilot mendarat mulus. Tidak sedikit warga lokal yang mengabadikan momen tersebut dengan ponsel mereka, sementara anak-anak bersorak gembira melihat atraksi udara yang jarang bisa disaksikan dari dekat. Atmosfer pembukaan begitu meriah, mencerminkan antusiasme masyarakat Sumedang menyambut kehadiran para tamu internasional.
Pertemuan 18 Negara di Langit Sumedang
Tahun ini, Sumedang menjadi tuan rumah perhelatan bergengsi yang diikuti 120 atlet dari 18 negara. Peserta datang dari berbagai belahan dunia, mulai dari India, China, Malaysia, Iran, Turki, Argentina, Korea Selatan, Australia, Singapura, Swedia, Jerman, hingga Republik Ceko. Mereka akan bersaing dalam nomor cross country—lomba terbang lintas alam yang menuntut keahlian membaca arah angin, strategi, dan keberanian.
Bupati Sumedang, Dony Ahmad Munir, dalam sambutannya menyampaikan kebanggaan sekaligus harapan besar atas terselenggaranya kejuaraan ini.
“Langit Sumedang selama sepekan menjadi saksi pertemuan para pilot dunia. Bukan hanya olahraga, tetapi juga persaudaraan antarbangsa. Mari hadirkan keramahan terbaik kita, agar para tamu merasa betah di sini,” katanya.
Sport Tourism: Ikhtiar Membangun Ekonomi Daerah
Kejuaraan yang berlangsung 21–28 September 2025 ini tidak berdiri sendiri. Event internasional tersebut menjadi bagian dari Festival Pesona Jatigede, rangkaian kegiatan tahunan yang dirancang untuk mengangkat potensi wisata dan budaya Sumedang. Selain paralayang, festival juga menghadirkan Sumedang Creative Festival yang menampilkan seni pertunjukan, kuliner, hingga produk lokal khas daerah.
“Melalui festival ini, kami berikhtiar agar pariwisata Sumedang semakin dikenal, sehingga bisa menggerakkan roda ekonomi dan membawa kesejahteraan masyarakat,” jelas Dony.
Ia bahkan mengaitkan filosofi paralayang dengan perjalanan Sumedang. “Paralayang mengajarkan kita berani melawan angin, percaya diri untuk terbang tinggi, dan bijak memilih arah. Sama seperti Sumedang yang harus siap menghadapi perubahan zaman,” tambahnya.
Suasana Pembukaan yang Meriah
Di sekitar area pembukaan, panggung utama dihiasi ornamen tradisional Sunda dengan sentuhan modern. Musik gamelan berpadu dengan penampilan seni kontemporer, menciptakan suasana hangat sekaligus membanggakan. Penjual makanan tradisional berjejer, menawarkan tahu Sumedang hangat, ubi Cilembu manis, hingga minuman segar khas daerah.
Warga yang hadir pun seolah menjadi tuan rumah bersama. Banyak yang dengan ramah menyapa atlet asing, bahkan beberapa pedagang menggunakan bahasa Inggris sederhana untuk melayani pembeli dari luar negeri. Kehangatan inilah yang diharapkan dapat meninggalkan kesan mendalam bagi para tamu internasional.
Cerita dari Para Peserta
![]() |
Salah Satu Peserta West Java Paragliding Championship 2025 (sumber : Disparbud Jabar) |
Bagi sejumlah atlet, ini bukan kali pertama mereka datang ke Indonesia, tetapi Sumedang memberikan pengalaman berbeda. Andreas Müller, peserta asal Jerman, mengaku terkesan dengan pemandangan alam Sumedang.
“Gunung di sini indah sekali, vegetasi hijaunya sangat berbeda dengan Eropa. Saya merasa terbang di atas lukisan alam,” ujarnya.
Sementara itu, Aisha Rahman, atlet asal Malaysia, mengatakan bahwa keramahan warga membuatnya betah. “Saya senang sekali bisa berlaga di sini. Orang-orangnya ramah, makanannya enak, dan suasananya sangat mendukung untuk olahraga paralayang,” ungkapnya sambil tersenyum.
Destinasi Wisata dan Kuliner Jadi Daya Tarik
Bupati Sumedang juga mempromosikan sejumlah destinasi unggulan yang bisa dinikmati peserta dan wisatawan. “Silakan cicipi kuliner khas kami: tahu Sumedang, ubi Cilembu, sawo Sukatali, hingga mangga Gedong Gincu. Untuk wisata, kami punya Bendungan Jatigede, Museum Prabu Geusan Ulun, Toga Hill, Gunung Tampomas, Gunung Kunci, dan Palasari,” ujarnya.
Promosi pariwisata ini menjadi bagian tak terpisahkan dari strategi sport tourism yang kini gencar dikembangkan pemerintah daerah. Dengan menggabungkan olahraga berkelas internasional dan potensi wisata, Sumedang berharap mampu menarik lebih banyak kunjungan di masa mendatang.
Kreativitas Lokal Turut Menggema
Di sela-sela kejuaraan, pengunjung juga disuguhkan Sumedang Creative Festival. Panggung budaya menghadirkan tarian tradisional Sunda, pertunjukan musik, hingga pameran produk UMKM lokal. Batik khas Sumedang, kerajinan tangan, dan aneka olahan pangan menjadi incaran para wisatawan asing yang ingin membawa buah tangan.
Festival ini menjadi ruang pertemuan antara dunia olahraga, seni, dan ekonomi kreatif. “Kami ingin menunjukkan bahwa Sumedang tidak hanya punya alam yang indah, tapi juga warisan budaya dan kreativitas masyarakatnya,” ujar salah satu panitia festival.
Sumedang di Mata Dunia
Dengan suksesnya penyelenggaraan ajang ini, Sumedang meneguhkan diri sebagai destinasi sport tourism baru di Jawa Barat. Langit biru, keramahan masyarakat, hingga kekayaan kuliner dan budaya menjadi paket lengkap yang memikat para tamu dari mancanegara.
Bagi warga, kejuaraan ini bukan sekadar tontonan, melainkan kebanggaan yang bisa diwariskan. Sementara bagi pemerintah, event ini adalah pijakan untuk melangkah lebih jauh, menjadikan Sumedang semakin dikenal dunia.
Dan ketika matahari sore mulai condong, sayap-sayap paralayang kembali menghiasi langit. Warna-warni itu bukan sekadar atraksi, tetapi simbol harapan bahwa Sumedang siap terbang lebih tinggi, menembus batas-batas baru dalam pariwisata dan persaudaraan antarbangsa.