Menengok Stasiun Cirebon Kejaksan: Jejak Sejarah Seabad Arsitektur Perkeretaapian yang Masih Terjaga

Jabar Tourism
0

Stasiun Kejaksan Cirebon (sumber : pinterest)

Di jantung Kota Cirebon, berdiri sebuah bangunan megah yang menjadi saksi perjalanan waktu lebih dari satu abad. Dialah Stasiun Cirebon Kejaksan, sebuah stasiun kereta api yang hingga kini tetap berdenyut sebagai simpul transportasi penting di jalur utara Jawa. Meski usianya telah melewati seratus tahun, stasiun ini tak hanya bertahan, tetapi juga terus berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar ribuan penumpang dari berbagai penjuru negeri.


Sebagai stasiun besar di bawah naungan PT KAI Daerah Operasi (Daop) 3 Cirebon, hampir seluruh kereta api komersial kelas bisnis dan eksekutif selalu singgah di sini. Dengan posisinya yang strategis, Stasiun Kejaksan bukan sekadar tempat persinggahan, melainkan juga menjadi ikon sejarah yang melekat dalam perjalanan panjang transportasi di Indonesia.


Dari Gula ke Rel Baja

Sejarah keberadaan stasiun ini erat kaitannya dengan masa kejayaan industri gula di pesisir utara Jawa. Di awal abad ke-20, pabrik-pabrik gula bermunculan dari Semarang hingga Cirebon. Melimpahnya hasil produksi membuat sarana angkutan tradisional seperti pedati tak lagi mampu menampung kebutuhan distribusi. Dari sinilah muncul gagasan menghadirkan jaringan kereta api untuk mendukung arus ekonomi yang kian berkembang.


Pembangunan jalur rel di Cirebon kala itu digarap oleh dua perusahaan besar: Staatssporwegen (SS), perusahaan milik pemerintah kolonial Belanda, dan Samarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), yang dikelola swasta. Puncaknya, pada 3 Juni 1912, Staatssporwegen meresmikan jalur Cikampek–Cirebon sepanjang 137 kilometer sekaligus membuka Stasiun Cirebon untuk umum.


Sentuhan Arsitektur Belanda

Bangunan stasiun ini dirancang oleh arsitek asal Belanda, Pieter Adriaan Jacobus Moojen. Moojen dikenal piawai memadukan gaya lokal dengan sentuhan modern yang kala itu populer, yakni art deco. Hasilnya, fasad stasiun tampil dengan kesan simetris, menonjolkan bagian tengah yang menjulang lebih tinggi dibanding dua menara kembar di sisi kanan dan kiri.


Pada masa kolonial, kedua menara ini memiliki fungsi yang jelas. Menara sebelah kiri diberi tulisan “KAARTJES” (karcis) untuk melayani penumpang, sementara menara kanan bertuliskan “BAGAGE” (bagasi) khusus untuk barang bawaan. Konsep pemisahan layanan ini mencerminkan disiplin dan keteraturan yang menjadi ciri khas perkeretaapian Belanda.


Keindahan stasiun makin terasa dengan hadirnya deretan kaca patri warna-warni di bagian atas bangunan. Selain menambah nilai estetika, kaca tersebut menjadi sumber cahaya alami di siang hari. Saat malam tiba, suasana berganti temaram berkat lampu gantung antik yang masih dipertahankan hingga kini.


Status Cagar Budaya

Keunikan arsitektur dan nilai sejarahnya membuat Stasiun Cirebon Kejaksan resmi ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.58/PW.007/MKP/2010, stasiun ini terdaftar dengan nomor registrasi RNCB.20100622.02.000798. Artinya, keberadaannya dilindungi dan dijaga sebagai warisan yang tak ternilai bagi generasi mendatang.


Nadi Transportasi Modern

Meski dibangun lebih dari seabad lalu, peran Stasiun Kejaksan tidak pernah surut. Hingga hari ini, kereta-kereta dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, hingga kota-kota lain masih hilir mudik melintasi peron tua yang penuh cerita.


Menurut keterangan Ayep Hanapi, Manager Humas PT KAI Daop 3 Cirebon, mayoritas kereta yang berhenti di stasiun ini memang didominasi oleh kelas bisnis dan eksekutif. “Kalau di Stasiun Cirebon Kejaksan, kereta yang datang maupun berangkat sebagian besar memang kereta komersial kelas menengah ke atas,” ungkapnya.


Menjaga Warisan, Merangkai Masa Depan

Stasiun Cirebon Kejaksan adalah bukti bahwa bangunan bersejarah tak hanya bisa menjadi monumen bisu, melainkan juga terus hidup bersama zaman. Ia menghubungkan masa lalu, ketika rel baja dibentangkan untuk mengangkut gula, dengan masa kini, ketika ribuan penumpang setiap harinya menggantungkan perjalanan mereka di sini.


Bagi Cirebon, stasiun ini bukan sekadar tempat transit, tetapi simbol pertemuan antara sejarah, arsitektur, dan mobilitas modern. Sebuah warisan yang terus mengingatkan kita bahwa perjalanan panjang selalu dimulai dari sebuah peron.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)