Adang Muhidin Founder Virageawie Indonesia (sumber : virageawi indonesia) |
Semangat kebersamaan dan kreativitas kembali menggema di markas besar Virageawie Indonesia, Jalan Raya Batujajar No. 81, Cimareme, Kabupaten Bandung Barat, pada Kamis (17/9). Komunitas yang konsisten bergerak di bidang seni dan pemberdayaan masyarakat ini sukses menyelenggarakan Festival Diburuan Jilid 3 dengan mengusung tema “Kreatif, Inovatif, dan Kolaboratif.”
Tidak sekadar menjadi panggung hiburan, festival ini tampil sebagai ruang kolaborasi lintas sektor. Seniman, pelaku UMKM, akademisi, hingga penyandang disabilitas saling bertemu dan berbagi gagasan, menjadikan acara ini lebih dari sekadar perayaan seni—tetapi juga momentum penguatan ekosistem kreatif lokal.
Hadir dalam perhelatan tersebut sejumlah tamu penting, di antaranya Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat Sri Dustirawati, Camat Ngamprah Agnes Virganty, perwakilan Universitas INABA, serta perwakilan dari Surveyor Indonesia.
Seni, Ekonomi, dan Pemberdayaan Menyatu
Pembukaan Festival Diburuan Jilid 3 (sumber : virageawi indonesia) |
Lebih dari itu, festival juga diisi dengan sesi pelatihan peningkatan kapasitas, khususnya bagi pelaku UMKM dan penyandang disabilitas. Langkah ini menunjukkan komitmen nyata Virageawie dalam mendukung kemandirian ekonomi masyarakat sekaligus merangkul kelompok difabel agar dapat berdaya secara produktif.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bandung Barat Sri Dustirawati menyampaikan penghargaan atas konsistensi Virageawie Indonesia dalam menghadirkan kegiatan positif.
Tamu dan peserta Festival Diburuan Jilid 3 (sumber : virageawi indonesia) |
“Festival Diburuan bukan hanya wadah seni budaya, tetapi juga motor penggerak ekonomi masyarakat. Kehadiran pelaku UMKM dan keterlibatan penyandang disabilitas melalui pelatihan patut diapresiasi. Salut untuk Kang Adang Muhidin yang terus menghadirkan kegiatan bermakna ini,” ujarnya.
Senada dengan itu, perwakilan Universitas INABA, Farida, menegaskan bahwa kerja sama pihaknya dengan Virageawie sudah terjalin selama enam tahun. Menurutnya, Festival Diburuan merupakan bentuk nyata pengabdian kampus kepada masyarakat.
Antusiasme juga terlihat dari para peserta pelatihan. Desi Septiani, salah satu penyandang disabilitas yang ikut serta, mengaku mendapat banyak manfaat.
“Kegiatan ini membuka wawasan kami, menambah ilmu baru, sekaligus membuat kami merasa dihargai karena dilibatkan. Semoga festival ini terus berlanjut setiap tahun,” ungkapnya penuh haru.
Suasana festival kian meriah dengan ramainya tamu undangan, masyarakat, hingga anak-anak yang ikut tampil dalam tari jaipongan. Alunan musik bambu yang khas berpadu dengan sajian kuliner UMKM, menghadirkan pengalaman berkesan bagi para pengunjung.
Pada akhirnya, Festival Diburuan Jilid 3 tercatat bukan hanya sebagai ajang seni budaya, tetapi juga sebagai media pemberdayaan masyarakat dan penguatan ekosistem kreatif di Bandung Barat. Acara ini menjadi bukti bahwa kreativitas, inovasi, dan kolaborasi bisa menyatu untuk menghadirkan energi positif bagi semua kalangan.