Mengenal Situs Lingga Sagarahiang: Jejak Para Dewa di Kaki Gunung Ciremai

Jabar Tourism
0

Situs Lingga Sagarahiang Kuningan (sumber : gmaps/Laurio Leonald)

Di balik udara sejuk pegunungan dan hamparan hijau Kecamatan Darma, Kabupaten Kuningan, tersimpan kisah yang lebih tua dari peradaban kerajaan mana pun di tanah Jawa. Di sinilah berdiri Situs Lingga Sagarahiang, sebuah situs purbakala yang konon telah ada sejak 2000 tahun sebelum Masehi. Tempat ini bukan sekadar tumpukan batu kuno, melainkan jejak spiritual dan sejarah leluhur Sunda yang masih terasa hingga kini.


Situs Lingga menjadi bagian dari 48 situs bersejarah yang ditemukan di Desa Sagarahiang, sebuah desa tua yang telah berusia lebih dari enam abad. Masyarakat setempat percaya, desa ini merupakan salah satu titik awal peradaban di Kuningan. Dan nama “Sagarahiang” sendiri menyimpan makna yang dalam—sagara berarti lautan, sementara hiang berarti dewa atau sesuatu yang gaib. Jika digabungkan, Sagarahiang bermakna “lautan para dewa”, seolah menegaskan bahwa tempat ini adalah wilayah suci tempat roh-roh leluhur bersemayam.


Warisan Kuno Sebelum Tarumanegara Berdiri

Situs Lingga dipercaya sudah ada jauh sebelum masa Kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan cerita turun-temurun, tempat ini pernah menjadi pusat aktivitas seorang tokoh legendaris bernama Raden Purba Lingga, yang dikenal sebagai ahli perhitungan waktu dan bulan. Ia diyakini telah menciptakan sistem kalender tradisional sebelum dikenal istilah paparancaka.


Di kawasan Blok Lingga, masih dapat ditemukan hamparan batu-batu besar berbentuk lingga—simbol kekuatan, kesuburan, dan hubungan spiritual antara manusia dan alam. Batu-batu ini bukan sekadar artefak bisu, melainkan alat penanda waktu yang digunakan untuk membaca pergerakan matahari dan menentukan hari baik.


Menariknya, pada masa lampau, raja-raja dari Tatar Pasundan hingga Pulau Jawa konon datang ke tempat ini untuk bertanya tentang waktu dan perhitungan tahun. Tradisi tersebut dikenal dengan sebutan “Cacandaran Tahun Pahu” atau “Cacandaran Surya”, yang berarti membaca waktu melalui cahaya matahari di permukaan batu Lingga. Bayangkan, jauh sebelum kalender modern lahir, para leluhur kita sudah memahami ilmu astronomi secara alami.


Lokasi yang Tersembunyi di Hutan Ciremai

Situs Lingga berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, tepatnya di ketinggian sekitar 1.130 meter di atas permukaan laut. Untuk sampai ke sana, pengunjung harus melewati jalan setapak yang menanjak, melintasi pepohonan pinus dan rimba alami yang menenangkan. Suara angin, kicau burung, dan aroma tanah basah seolah mengiringi setiap langkah menuju tempat yang diselimuti aura mistis ini.


Begitu tiba di lokasi, suasana terasa begitu tenang. Di antara rimbun pepohonan, berdirilah batu-batu besar berlumut, kokoh namun penuh misteri. Banyak pengunjung mengaku merasakan keteduhan dan kedamaian saat berada di sini. Warga setempat pun masih menjadikan tempat ini sebagai lokasi ziarah dan doa, terutama pada malam-malam tertentu seperti saat bulan purnama. Mereka percaya, cahaya bulan yang jatuh di antara batu-batu Lingga adalah tanda keberkahan dari para leluhur.


Jejak Budaya dan Simbol Spiritualitas Sunda

Situs Lingga tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga nilai budaya dan spiritual yang tinggi. Batu-batu besar di sana menjadi bukti kemampuan nenek moyang Sunda dalam membaca fenomena alam dan menerjemahkannya ke dalam simbol-simbol suci.


Beberapa fragmen batu berbentuk altar atau meja persembahan ditemukan di sekitar lokasi. Para peneliti meyakini, area ini dulunya digunakan untuk ritual pemujaan terhadap Dewa Surya atau Dewa Matahari. Hal ini memperkuat dugaan bahwa masyarakat masa lalu telah memiliki sistem kepercayaan yang teratur, di mana alam menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual mereka.


Selain itu, menurut cerita lisan masyarakat, para raja Sunda dan Galuh kerap menjadikan Desa Sagarahiang sebagai tempat singgah sebelum melanjutkan perjalanan spiritual ke puncak Gunung Ciremai. Mereka percaya bahwa Ciremai adalah gerbang menuju dunia para dewa, dan Situs Lingga adalah tempat memohon restu sebelum menapaki jalur suci menuju puncak.


Wisata Sejarah dan Spiritualitas di Kuningan

Kini, Situs Lingga menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik di Kabupaten Kuningan. Selain pesona alamnya yang sejuk dan alami, situs ini juga memberikan pengalaman batin yang berbeda. Pengunjung tidak hanya diajak untuk melihat peninggalan purba, tetapi juga untuk merenungkan kebesaran alam dan kearifan leluhur Sunda.


Pemerintah daerah bersama pengelola Taman Nasional Gunung Ciremai mulai melakukan berbagai langkah pelestarian agar situs ini tetap terjaga. Harapannya, Situs Lingga dapat menjadi warisan budaya dunia yang diakui luas, sekaligus memperkuat identitas Kuningan sebagai daerah kaya sejarah dan spiritualitas.


Menelusuri Akar Budaya di Lautan Para Dewa

Mengunjungi Situs Lingga Sagarahiang bukan sekadar perjalanan wisata biasa. Ini adalah perjalanan menuju akar budaya, tempat di mana manusia, alam, dan waktu berpadu menjadi satu kesatuan harmoni. Di sini, kita belajar bahwa peradaban besar tidak selalu dibangun dari istana megah atau monumen tinggi, tetapi dari rasa hormat terhadap alam dan kehidupan.


Jadi, jika suatu hari kamu berada di Kuningan, sempatkanlah menyusuri jalan menuju Desa Sagarahiang. Rasakan kesejukan udara Gunung Ciremai, dengarkan bisikan angin di antara batu-batu tua, dan biarkan hatimu berbicara dengan sejarah yang telah bertahan ribuan tahun. Karena di lautan para dewa inilah, jejak leluhur Sunda masih hidup, menunggu untuk kembali didengar.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)